Gelotak!
"Sudah, Kang. Sudah, Kang." Ustaz Sopyan mencoba merebut kaleng yang terus dipukul-pukulkan ke kepala Pak RT.
"Eh, Ustaz?"
"Alhamdulillah," ucap Samamudin berbarengan dengan Letung, Gantolan, serta Riswandi.
Sementara itu juga makin banyak orang berdatangan ke pertigaan untuk melihat kebenaran kabar tersiar dari Grup Wa.
"Ya, Allah. Edan tenen tibakne." (Ya, Allah. Benar-benar gila ternyata). Sebagian mulai berbisik-bisik.
"Kang Noto, kenal, 'kan dengan Ustaz Sopyan?"
Kuswanoto malah memandang langit.
"Aelah."
"Dasar wong edan!" (Dasar orang gila!).
"Topan?" tanya Kuswanoto setelah kembali menoleh Ustaz Sopyan.
"Sopyan, Kang," jawabnya.
"O? Iyo, iyo. Awakmu ki seng seneng ngomongno uwong neng mimbar iko to? Iyo to? Ha ha ha." (O? Iya, iya. Kamu ini yang senang membicarakan orang di mimbar itu toh? Iya, 'kan? Ha ha ha).
"Astagfirullah, Kang. Itu sudah tugas saya untuk menyampaikan satu kebenaran menurut ayat-ayat Alquran."
"Sudah, Ustaz. Jangan dilayani serius. Orang gila," kata satu warga dengan menyilangkan telunjuk di dahi.
"Njenengan, benar-benar sudah tak ingat dengan saya, Kang?"
"Istigfar, Kang. Istigfar," imbuhnya.
Kuswanoto malah menyengir kuda. "Ngopo balon ijo iso mbeledos, he?" (Kenapa balon hijau bisa meletus, he?).
Semua malah saling pandang akan pertanyaan Kuswanoto.
"Ngopo gak kuning, kelawu, abang nom, lan biru? Ngopo, ha?" (Kenapa tidak kuning, kelabu, merah jambu, dan biru?).
"Ya saya tidak tahu, Kang," jawab Ustaz Sopyan.
"Ha ha ha." Terdengar tawa dari semua orang di belakang.
Kuswanoto beranjak seraya menenteng tali kaleng.
"Ngopo iso mbledos, ha?" (Kenapa bisa meletus, ha?).
Wajahnya mulai terlihat sangar. Sorot matanya menyimpan kebencian.
"Ngopo iso mbledos!" (Kenapa bisa meletus!).
Tap!
Seketika Ustaz Sopyan ketakutan saat tangan Kuswanoto meraih kerah baju surjan yang ia kenakan.
"Budek kupingmu! Ngopo balon ijo iso mbledos, ha!" Ngopo gak kuning! Ngopo gak biru!" (Tuli kupingmu! Kenapa balon hijau bisa meletus, ha! Kenapa tidak kuning! Kenapa tidak biru!).
"Ya. Ya, ya mungkin ... mungkin balonnya sudah tipis, Kang." Dengan wajah pias, terlebih Kuswanoto mengangkat kaleng dan mendekatkan ke wajahnya.
Gelotak!
Kuswanoto segera menghajar kepala Ustaz Sopyan dengan untaian kaleng.
"Salah!"
"Ya saya tidak tahu kenapa balon hijau bisa meletus, Kang. Ampun, Kang."
Gelotak!
Lagi kaleng mendarat di kepala.
Tak ada yang berani mendekat. Malah semua bergerak mundur saat Ustaz Sopyan juga terlihat surut selangkah demi selangkah ketika Kuswanoto terus mendorong serta tak melepas cengkeram kerah surjan.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗖𝗘𝗥𝗞𝗔𝗞: 𝗔𝗠𝗕𝗔𝗟 𝗪𝗔𝗥𝗦𝗢 (𝗦𝗽𝗲𝘀𝗶𝗮𝗹 𝗨𝗹𝗮𝗻𝗴 𝗧𝗮𝗵𝘂𝗻)
HumorPagi yang mengesalkan bagi Kuswanoto saat Pondi pemilik warung tiba-tiba datang menagih, dan menyita motor. Berusaha keras untuk menebus dengan mendatangi kedua sahabatnya, justru semakin membuat dia merasa seperti orang yang paling papa di dunia. *...