Kuswanoto terus meronta-ronta saat empat petugas berusaha untuk membawanya ke mobil.
"Awakku ki gak edan!" (Aku ini tidak gila!).
"Bapak, sebaiknya ikut kami, karena kami mendapat laporan kalau Bapak, mulai meresahkan warga."
"Sopo seng ngomong! Awas!" (Siapa yang bilang! Awas!). Terus berontak saat kedua tangan siap untuk diborgol.
"Awakku ki waras!" (Aku ini waras!).
"Wong-wong kampung kene seng wes edan!" (Orang-orang kampung sini yang sudah gila!).
Petugas tak memedulikan ocehan Kuswanoto. Mereka terus berusaha untuk membawanya ke dalam mobil dengan terali besi pada badan mobil.
"Sek!" (Tunggu!).
"Awakku kate digowo neng ndi, ha!" (Aku mau dibawa ke mana, ha!).
"Bapak, mesti direhabilitasi untuk segera pulih."
"Mangan gratis?" (Makan gratis?).
"Iya," jawab petugas, tak lebih trik agar Kuswanoto tak lagi berontak.
"Turu gratis?" (Tidur gratis?).
"Iya, Pak."
"Adose piye?" (Mandinya bagaimana?).
"Sudah disiapkan, Pak." Dengan terus berusaha untuk menyilangkan lengan Kuswanoto.
"Onok rondone gak?" (Ada jandanya tidak?).
"Ada."
"Hus! Mana ada," tolak satu petugas.
"Sst!"
"Didusi rondo ngko yo awakku." (Dimandikan janda ya nanti aku).
"Iya, Pak."
Glek!
Borgol berhasil terkunci.
"He, Manungso-manungso! Awakku kate mangan gratis! Turu gratis! Didusi rondo ngisan! Ha ha ha. He, Badut! Awas sampek balon ijo mbok bledosno! Ha ha ha." (He, Manusia-manusia! Aku mau makan gratis! Tidur gratis! Dimandikan janda lagi! Ha ha ha. He, Badut! Awas kalau sampai balon hijau kamu buat meletus! Ha ha ha).
"Sri, awakku pamit, yo?" (Sri, aku pamit, ya?).
"Hu hu hu." Sri masih tak menyangka begitu hebatnya memukul jiwa Kuswanoto akibat apa yang telah dia lakukan dengan Pak RT.
"Kang, hu hu hu."
"Gak usah nangis, Sri. Awakmu panggah cintaku, Sri." (Tidak usah menangis, Sri. Kamu tetap cintaku, Sri).
"Sudah ayo. Jalan."
"Kang, hu hu hu." Sri hanya terpaku tanpa bisa mengejar Kuswanoto yang digelandang masuk ke dalam mobil.
"Kunci."
Glek!
Kuswanoto bak gorila sirkus yang harus kembali ke kerangkeng.
Air mata Sri jatuh berderai dalam gugu tangis.
Mobil mulai bergerak, dan seketika kerumunan terbuka untuk memberi jalan.
Kuswanoto melambai kepada semuanya dengan senyum mengembang. Puluhan lambaian tangan membalasnya, mengantarnya untuk menempati tempat paling aman tanpa mainan kaleng yang telah memakan korban.
"Sri!"
Kuswanoto melambai ke arah Sri.
Sri justru menutup muka, tergugu dalam isak, lalu berlari pergi meninggalkan lingkaran kerumunan warga.
![](https://img.wattpad.com/cover/316548906-288-k40886.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗖𝗘𝗥𝗞𝗔𝗞: 𝗔𝗠𝗕𝗔𝗟 𝗪𝗔𝗥𝗦𝗢 (𝗦𝗽𝗲𝘀𝗶𝗮𝗹 𝗨𝗹𝗮𝗻𝗴 𝗧𝗮𝗵𝘂𝗻)
HumorPagi yang mengesalkan bagi Kuswanoto saat Pondi pemilik warung tiba-tiba datang menagih, dan menyita motor. Berusaha keras untuk menebus dengan mendatangi kedua sahabatnya, justru semakin membuat dia merasa seperti orang yang paling papa di dunia. *...