PERTEMUAN

104 8 5
                                    

Motor terus melaju menyusuri belukar rendah. Atap-atap rumah sudah mulai terlihat saat Kuswanoto melintasi beberapa perkebunan sayur.

Jalan yang ditempuh kini sedikit menurun, bahkan Kuswanoto harus menurunkan kedua kaki untuk terus menjaga keseimbangan saat roda mulai meniti jerambah anyam bambu.

Brom.

Harus sedikit memutar tuas lebih dalam saat di ujung jerambah jalanan menanjak.

Brom.

Melintas rimbunnya beberapa rumpun bambu apus.

Brom.

Hamparan kebun cabai mengapit jalan yang sedikit menikung ke kiri.

Brom.

Tin!

Satu mobil dengan pelat merah memakan jalan sepenuhnya saat Kuswanoto mulai menikung tajam ke kiri. Alhasil.

Tin!

Kuswanoto harus menghindar, dan mau tak mau harus menyasak belukar kecil yang ada di sisi kiri untuk menghindari tabrakan.

Brak!

Kelontang!

Timbangan jatuh beserta satu nampan sebagai alas.

Gerosak!

Bruk!

Derum motor seketika berhenti, menghadirkan satu roda belakang yang terus berputar.

Tampak satu lelaki turun dari mobil, dan bergegas menghampiri Kuswanoto di dalam belukar.

"Pak!"

"Pak!"

Lelaki itu mencoba mencari Kuswanoto.

"Astagfirullah!"

Dilihatnya Kuswanoto sudah tertindih keranjang dengan berbagai jenis ikan menguruk tubuhnya.

"Aduh, Yung." (Aduh, Mak).

Hanya bisa merintih tanpa bisa bangkit, terlebih saat kepalanya membentur banir liar dari satu pohon besar yang tumbuh tak jauh dari belukar menghasilkan puluhan bintang yang terus mengelilingi kepalanya.

"Maaf. Maaf."

"Saya tidak sengaja," ujarnya seraya menepis ikan untuk lekas membantu Kuswanoto.

"Lambemu mbledos!" (Bibirmu meletus!).

Kuswanoto terpaksa menerima uluran tangan itu untuknya bangkit.

"Motomu picek opo! Gak roh wong lewat!" (Matamu buta apa! Tidak tahu orang lewat!).

Kuswanoto terus memaki dengan mengambil satu ikan yang setengah badannya masuk ke dalam celana.

"Kang Noto?"

Kuswanoto sontak terkejut saat namanya disebut.

"Pak Karsono?"

Lama keduanya saling pandang. Bibir Pak Karsono mengembang dengan bunga-bunga cinta beterbangan.

"Aduh. Maaf loh, Kang. Saya tidak mendengar suara motornya Sampean. Sungguh."

Pak Karsono lalu membantu Kuswanoto untuk memungut ikan-ikan jualan yang berhamburan. Hingga satu ikan tongkol yang tersisa.

Kuswanoto mencoba memungutnya, tetapi begitu pula yang dilakukan oleh Pak Karsono.

Kuswanoto hanya tertunduk saat Pak Karsono menggenggam tangannya. Cepat Kuswanoto menariknya.

"Maafkan saya," kata Pak Karsono sedikit malu.

"Sini, saya bantu."

Motor berhasil berdiri dengan dibantu oleh Pak Karsono.

𝗖𝗘𝗥𝗞𝗔𝗞: 𝗔𝗠𝗕𝗔𝗟 𝗪𝗔𝗥𝗦𝗢 (𝗦𝗽𝗲𝘀𝗶𝗮𝗹 𝗨𝗹𝗮𝗻𝗴 𝗧𝗮𝗵𝘂𝗻)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang