Maaf banget ya aku baru up. Belakangan ini aku sibuk banget kuliah sama organisasi. Gak tau kenapa kok akhir-akhir ini banyak banget tugas yang deket sama deadline. Apa karna selama ini aku nunda-nunda waktu buat ngerjain ya?
Duh pokoknya aku minta maaf banget ya sama kalian. Aku kayak ngasih harapan palsu buat kalian. Padahal vote di part sebelumnya udah 100 lebih 🥺 aku juga minta maaf kalau part ini gak sesuai ekspektasi kalian🥺
Aku janji kalau besok malam vote di part ini udah 100 dan komennya sampai 50 aku langsung up saat itu juga. Jadi ayo semangat vote dan ajakin temen kalian buat vote sama komen juga ya.
Terima kasih
And....
Happy Reading
****
Abi melepas paksa kedua lengannya dari cekalan Jaya dan salah satu bodyguard Gara saat mereka sampai di kamar miliknya. Melangkah mendekat ke tempat tidurnya dan segera membaringkan tubuhnya diatas tempat tidur itu.
Abi berbaring membelakangi Jaya. Dia kemudian menarik selimut tebal untuk menutupi seluruh tubuhnya. Tapi Jaya dengan cepat membuka selimut itu sebatas leher Abi agar tuan mudanya itu bisa bernafas dengan lega dan bebas.
"Itu bisa membuat anda sesak, tuan muda" kata Jaya sebelum Abi protes karena tindakannya. "Saya akan memasangkan rantai ke kaki anda, tuan muda" lanjut Jaya begitu bodyguard yang dia perintah mengambil rantai khusus untuk kaki Abi sudah kembali.
Abi yang mendengarnya sontak duduk dan menatap tajam Jaya dengan matanya yang masih memerah. "Jaya, kau serius?!" tanya Abi tajam.
"Saya hanya menjalankan perintah Tuan besar Gara, tuan muda" balas Jaya seraya mulai mengaitkan ujung lain rantai pada tempat tidur Abi sebelum mengaitkan ujung lain rantai pada kaki Abi.
"Yang kau maksud tuan besar adalah pria yang dengan tega menampar dan merantai kaki anaknya sendiri? Jaya, kusarankan kau segera berhenti menjadi babu pria kejam tak punya hati itu sebelum kau menyesal" ucap Abi lagi sebelum dia berbaring dan pasrah saat salah satu kakinya dirantai oleh Jaya.
"Rantai ini lumayan panjang, tuan muda. Jadi anda masih bisa ke kamar mandi tanpa kesulitan" kata Jaya setelah dia selesai merantai kaki Abi.
"Di meja sudah ada es batu untuk mengkompres pipi anda, tuan muda. Saya akan keluar, jika anda membutuhkan saya kapanpun, saya berada di luar kamar anda" lanjut Jaya sebelum dia beranjak keluar dari kamar Abi.
Abi tak menjawab. Dia memejamkan matanya erat dan mengabaikan ucapan Jaya. Karena bagaimana pun dia membutuhkan waktu sendiri untuk menenangkan dirinya setelah ditampar dan dibentak oleh Gara.
Sakit sialan, dasar tua bangka, batin Abi seraya mengusap pelan pipinya yang ditampar oleh Gara tadi. Bahkan kini pipinya itu masih terasa panas dan perih. Pasti kini pipinya itu sudah memerah. Sialan, batin Abi lagi.
Dia kemudian berbalik, menatap handuk dan sebaskom es batu yang dimaksud oleh Jaya tadi. Tapi mengingat perlakuan kasar Gara tadi, Abi mendengus sebal dan mengurungkan niatnya mengambil es batu itu.
Biarkan saja, biarkan pipinya itu tidak diobati dan meninggalkan bekas bengkak dan memerah untuk beberapa hari kedepan. Agar nanti Gara bisa melihat sendiri bagaimana kasarnya dia kepada anaknya sendiri.
.
Keesokan paginya, Abi sudah berteriak heboh memanggil Jaya agar orang kepercayaan Papanya itu segera masuk kedalam kamarnya. Membuat bodyguard yang berjaga di dekat kamar Abi harus menutup kedua telinganya.
Karena jujur saja, suara Abi itu sangatlah keras dan cukup membuat telinga mereka pengang di pagi-pagi buta. Bahkan matahari saja masih malu-malu menunjukan sinarnya saat Abi berteriak untuk pertama kalinya tadi, berbeda dengan suara teriakan Abi yang tidak ada malunya padahal hari masih pagi.
"JAYA! MASUK KEDALAM KAMAR SEKARANG!" teriak Abi untuk kesekian kalinya di pagi-pagi buta ini.
Tak lama setelah itu, pintu kamarnya terbuka dan menampilkan sosok Jaya masuk kedalam kamar Abi.
"YANG BENER AJA DONG! MASA TUAN LO NGERANTAI KAKI GUE?! INI GUE MAU GANTI CELANA GIMANA CARANYA?! DISOBEK?!" teriak Abi yang menyambut telinga Jaya setelah dia masuk ke dalam kamar tuan mudanya.
"Saya hanya menuruti perintah dari tuan besar" balas Jaya kalem dan tenang.
Walaupun dalam hati dia sudah mendumel kesal karena anak dari tuan besarnya ini sudah berulangkali memanggilnya. Yang membuatnya berulangkali bolak-balik dari kamar Abi ke ruang kerja Gara. Dan begitu terus sejak subuh tadi.
"TERUS GIMANA GUE GANTI CELANANYA?! MASA GUE GAK GANTI CELANA?! YANG BENER AJA DONG, JAYA! LO MAU ANU GUE JAMURAN KARENA GAK GANTI CELANA DALAM?!" teriak Abi lagi.
"GAK MAU TAU, LEPAS RANTAINYA DARI KAKI GUE! GUE MAU GANTI CELANA!" lanjut Abi.
Jaya nampak berpikir sebentar sebelum akhirnya mengangguk. Dia berjalan lebih dekat kepada Abi lalu melepas rantai pada kaki tuan mudanya. Abi terlihat sangat senang saat Jaya melepaskan rantai di kakinya.
Tapi kemudian, senyumnya langsung pudar saat Jaya meraih tangannya dan berganti merantai tangan kirinya. "APA-APAAN INI JAYA?!" teriak Abi.
"Jika begini tuan muda bisa bebas berganti celana tanpa terhalang rantai dan melanggar hukuman yang diberikan oleh tuan besar" balas Jaya setelah selesai mengaitkan rantai di tangan tuan mudanya.
"TERUS GUE GANTI BAJUNYA GIMANA?!"
"Anda bisa memanggil saya nanti jika ingin berganti baju. Minumlah dulu Tuan muda, tenggorokan anda bisa sakit karena berteriak sejak tadi" kata Jaya seraya mengulurkan segelas air kepada Abi. Dia khawatir tenggorokan tuan mudanya itu akan sakit karena terlalu banyak berteriak sejak pagi tadi.
Namun Abi menepisnya. Beruntung gelas itu tak sampai jatuh karena Jaya memegangnya dengan erat.
"KELUAR!" teriak Abi lagi.
Jaya mengangguk lalu segera keluar dari kamar tuan mudanya setelah meletakkan kembali gelas tadi di atas nakas yang ada di sebelah tempat tidur Abi.
Sepeninggal Jaya, Abi kemudian menyambar celana yang sudah dia siapkan di atas tempat tidur lalu berjalan ke kamar mandi untuk mengganti celananya.
"Dasar tua bangka! Awas aja kalau dedek gue iritasi atau jamuran gara-gara gak ganti celana semalaman. Gue tuntut tuh tua bangka-Argh"
Abi refleks berpegang ke dinding dengan tangan kanan terangkat memegang kepalanya yang tiba-tiba terasa pening dan berat. Seperti ada sebuah beban diatasi kepalanya itu.
"Ah anjing! Pasti karena gue begadang semalam" gumam Abi.
Setelah dirasa pening di kepalanya sedikit berkurang, Abi kemudian dengan cepat memakai celananya dan segera keluar dari kamar mandi. Berjalan menuju jendela, Abi kemudian menutup gorden jendela kamarnya, membuat cahaya di kamarnya kini lebih gelap. Setelah itu dia langsung membaringkan tubuhnya di tempat tidur, kemudian menarik selimut untuk membungkus tubuhnya sampai sebatas leher lalu mencoba untuk tidur.
TBC
Btw kasih saran dong buat part kedepannya.Thank you

KAMU SEDANG MEMBACA
Abimanyu
FanfictionHARAP FOLLOW PENULISNYA TERLEBIH DAHULU TERIMA KASIH :) **** Punten slur. Mohon maap nih ye kalau part awalnya berantakan kayak jalan percintaan author. Tapi author berjanji dengan segenap jiwa dan hidup author, author akan memperbaiki tulisan autho...