Judulin sendiri

5.1K 365 15
                                    

Happy Reading

****

Abi berdiri dengan bantuan Aji. Dia memegang bahu kirinya yang terasa perih dan nyeri. Mungkin selain luka luar, bahunya itu juga luka dalam. Patah mungkin.

"Abi, ya tuhan. Kita ke rumah sakit sekarang" ucap Gara saat melihat penampakan anaknya yang penuh luka.

"Eh eh, Om siapa? Seenaknya mau bawa teman saya" sahut Aji.

"Saya Papanya Abi" balas Gara.

"Papa apaan? Sahabat saya itu udah gak punya Papa hampir 2 tahun lebih"

Abi menepuk keningnya. Ternyata sahabat satunya ini sudah pikun. Atau memang tak menyadari siapa sosok yang berdiri dan ditatap dengan laser dari matanya.

Abi yang berdiri di antara keduanya menatap Aji dan Gara bergantian sebelum akhirnya dia melangkah maju berdiri di tengah-tengah kedua orang itu. Dengan tangan kanan yang memegangi lengannya.

"Ini apa-apaan sih? Ji, udah. Dan...hah...Pa, cukup! Mending sekarang Papa pulang"

"Jaya, bawa Abi ke mobil" ucap Gara tanpa mengalihkan tatapannya dari mata Aji.

"Baik tuan" balas Jaya.

Jaya langsung menghampiri Abi lalu sedikit menariknya keluar dari lingkaran yang kedua orang itu buat.

"Mari tuan muda"

"Jaya gak usah ikut-ikutan! Lepasin gue anjing!"

Abi berontak. Mencoba melepaskan diri dari Jaya dan pengawal Gara. Tapi semakin dia berontak, semakin erat pula mereka menahan tubuhnya. Bukannya terlepas, tapi bahunya malah semakin sakit.

"Anjing! Asu! Lepas! Sakit anjing!" teriak Abi.

"Maaf tuan muda, saya telah menyakiti anda. Tapi saya tidak bisa melepaskan anda karena ini perintah dari tuan besar" balas Jaya.

"Anjing! Lepasin gue!" teriak Abi.

****

Abi duduk di atas bankarnya dengan mata yang menatap dan meneliti satu persatu pengawal Gara yang ada di dalam ruang rawatnya.

Kini hanya ada dia dan 7 pengawal Gara yang ada di dalam ruang rawatnya, sedangkan Gara, dia sedang menemui dokter pribadi yang menangani Abi.

Abi menghela nafas. Matanya menatap tangan kanannya yang infus, dan tangan kirinya yang harus memakai benda yang bernama arm sling. Karena bahunya mengalami cidera setelah terbentur batu tadi.

Sungguh, perih. Baru beberapa hari yang lalu tangannya terbebas dari benda terkutuk itu, tapi sekarang dia harus kembali memakai benda itu lagi. Sungguh sial nasibnya.

Baru saja dia merebahkan tubuhnya, dia sudah bosan. Ingin keluar, pasti tidak boleh. Apalagi dengan kondisi kaki kirinya yang ikut di gips, semakin mempersulit keadaannya.

Jika begini, biasanya Candra dan Aji selalu siap membantunya. Ah membicarakan Aji dan Candra, dia jadi penasaran dengan keadaan mereka.

AbimanyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang