Berkunjung

2.6K 302 32
                                    

Happy Reading

****

"PERMISI! ANAK MU YANG PALING TAMPAN SEJAGAD RAYA INI DATANG BERKUNJUNG KE KANTOR WAHAI DUDA ANAK SATU!"

Teriak manusia kekurangan akhlak di ambang pintu ruang kerja Gara. Dengan seragam yang sudah berantakan dan beberapa luka lebam di wajahnya, Abi berjalan menghampiri Gara yang meringis karena malu dengan tingkah Abi.

"Maaf ya, Pak. Akhlak anak saya sepertinya rontok setelah berkelahi tadi, jadinya seperti itu" ucap Gara kepada seorang pria paruh baya yang terlihat seumuran dengan Gara. Yang duduk di sofa yang ada di dalam ruangan Gara seraya memegang sebuah berkas.

Pria paruh baya itu tersenyum maklum dan mengangguk kecil. "Tidak masalah, Pak Gara. Anak saya juga suka seperti itu saat berkunjung ke kantor saya" balas pria itu.

Setelah sampai di sebelah sofa tempat Gara duduk, Abi dengan percaya dirinya menyerahkan sebuah amplop yang berasal dari sekolahan dimana Abi bersekolah, yang tentu saja berisi surat panggilan orang tua dari sekolah, tepat di depan wajah Gara. Yang disambut dengan wajah bingung Gara.

"Ini apa? Surat DO dari sekolah?" tanya Gara seraya menerima surat dari Abi dan membukanya.

"Masih belum dapet. Sekarang dapetnya masih surat panggilan orang tua. Dateng ya, Pa. Siapa tau kalau Papa yang dateng, kepala sekolah ngasih langsung surat DO sebagai buah tangan buat Papa" balas Abi santai.

Setelah mengatakan hal itu Abi kemudian berjalan menuju kursi besar milik Gara dan duduk di atasnya. Abi kemudian mengambil asal berkas yang ada di atas meja kerja Gara dan membukanya sambil duduk senderan.

Ya mirip seperti bos yang sedang bekerja membaca berkas sambil senderan di kursi gitu loh. Enak banget rasanya, nyaman.

Sedangkan Gara yang melihat itu langsung memejamkan matanya sambil mengucapkan kata sabar berulang kali di dalam hati. Menghadapi Abi memang membutuhkan kesabaran dan ketabahan hati dengan ekstra.

"Kamu udah makan siang?" tanya Gara.

"Belum. Kan kesini niatnya mau minta dibeliin makanan" balas Abi polos.

Gara mengangguk lalu mengambil ponselnya yang ada di atas meja dan menghubungi Jaya. Agar pria itu bisa membawa Abi untuk pergi makan siang.

Dan tepat setelah Gara meletakkan ponselnya, pintu ruangannya terbuka menampakkan sosok Jaya yang berdiri di ambang pintu. "Itu Jayanya udah dateng, sana pergi makan siang dulu" ucap Gara kepada Abi.

Abi tanpa mengatakan apapun langsung beranjak dari kursi kebesaran Gara dan berjalan menghampiri Jaya. Tak lupa dia juga menyambar Hoodie yang memang dia bawa dan dia letakan asal di sofa bersama tasnya.

"Jangan lupa minum obat, kamu udah janji bakal rajin minum obatnya kalau boleh pulang kemarin" kata Gara sebelum Abi keluar dari ruangannya. "Jaya, pastikan anak bandel itu meminum obatnya. Larang Abi juga kalau dia mau makan makanan pedas. Pokoknya jangan biarin Abi makan makanan yang dilarang sama dokter" lanjut Gara memberikan pesan kepada Jaya.

Padahal tanpa diminta pun Jaya pasti akan melarang Abi memakan makanan yang memang menurutnya berbahaya bagi anak dari majikannya itu.

"Baik, Tuan" balas Jaya.

Abi yang melihatnya hanya mendengus dan memutar matanya malas. Lalu tanpa mengatakan apapun lagi Abi beranjak keluar dari ruangan Gara dan memilih pergi ke kantin yang ada di kantor. Dia terlalu malas untuk pergi ke cafe yang berada di ujung jalan sana ataupun ke restoran yang ada di depan kantor.

"Tuan muda tidak ingin pergi ke restoran yang ada di seberang kantor saja? Disana makanannya sudah terjamin bersih dan enak daripada di kantin kantor" ucap Jaya kala mereka berada di koridor lantai 2, letak kantin kantor berada.

"Gue udah laper banget ini Jaya. Gue udah gak kuat buat sekedar pergi ke restoran seberang kantor terus nungguin makanan selesai di buat. Lo mau gue pingsan karena kelaperan?" balas Abi sewot. Jujur saya, dia memang sangat kelaparan saat ini. Sejak pulang sekolah tadi, cacing-cacing yang ada di perutnya secara intens berdemo ingin diberi makan.

"Tentu saja tidak, tuan muda" balas Jaya dengan cepat. Bisa mati ditembak oleh Gara jika membuat anak satu-satunya dari pengusaha itu pingsan.

"Yaudah gak usah cerewet kalau gitu" ucap Abi sedikit pelan karena mereka sudah berada di kawasan kantin kantor.

Seketika banyak mata yang mengawasi gerak-gerik Abi saat dia tiba di kantin. Membuat remaja itu sedikit risih dan malu tentunya. Sudah lama dia tidak menunjukan dirinya di hadapan para karyawan Papanya, mungkin sudah 2 tahun lalu saat dia menghadiri acara perusahaan sebelum diusir dari rumah:(

Dan itu menjadi kali terakhirnya menunjukan wajah tampan dan rupawannya di hadapan para karyawan Papanya. Membuat Abi kini sedikit merasa canggung karena menjadi pusat perhatian.

Kedua tangannya yang berada dalam saku Hoodie itu bahkan sudah saling meremat. Belum lagi gumaman para karyawan itu. Membuat wajah Abi semakin memerah karena malu.

"Itu bukannya anak Pak Gara?"

"Tuan Muda Abi bukan sih?"

"Makin ganteng ya anaknya Pak Gara setelah lama gak kelihatan"

"Lucuk banget sih anaknya Pak Gara!"

"Ya ampun aku sudah lama gak liat anaknya Pak Gara. Makin manis dan gemesin ya!"

"Jaya, suruh mereka jangan liatin gue napa. Gue malu tau" bisik Abi kepada Jaya yang berdiri di belakangnya setelah mereka berhenti untuk menunggu antrian.

Jaya yang mendengar perintah tuan mudanya itu langsung menatap seisi kantin dengan tajam dan menakutkan. Seolah memperingatkan semua orang untuk berhenti menatap tuan mudanya.

Dan Abi merasa sedikit lega setelah itu. Karena setelahnya semua tatapan yang tertuju padanya langsung hilang. Ternyata Jaya bisa diandalkan untuk urusan seperti ini. Tak salah Papanya memperkerjakan Jaya untuk menjaga dirinya.

"Jangan berikan makanan pedas kepada tuan muda Abi. Kalau bisa buatkan Sop Ayam u-"

"Gak usah di dengerin! Saya bisa makan apa saja. Tidak usah di buat Sop Ayam juga, itu terlalu lama dan saya sekarang sudah sangat lapar" potong Abi kala Jaya meminta koki perusahaan memasakkan Sop Ayam untuk dirinya. Yang tentu saja ditolak oleh Abi. Dia kemudian menatap Jaya dengan mata yang melotot dan bibir yang menggerutu kesal.

Yang benar saja, cacing-cacing di perutnya sudah berdemo ingin diisi sejak tadi. Dan Jaya meminta koki perusahaan memasakkan Sop Ayam yang tentu saja memakan waktu yang lumayan lama. Abi bisa pingsan duluan kalau begitu. 

"Tapi tuan-"

"Jaya gue udah bilang kalau gue sekarang udah laper banget. Lo beneran mau liat gue pingsan?" potong Abi sekali lagi dengan penuh kesal.

Lalu setelahnya Abi mengambil tempat makan dan mulai mengisinya dengan makanan yang memang sejak tadi sudah dia inginkan.

****

Thanks,

AbimanyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang