Happy Reading
****
Abi memandang mie instan yang ada di depannya dengan mata berbinar. Di depannya kini sudah tersaji mie instan ghost pepper yang pernah viral pada waktunya. Yang katanya sangat pedas, dan cenderung ke rasa pahit sangking pedasnya.
Saat jalan-jalan bersama kakak sepupunya kamarin, Abi tak sengaja melihat mie itu di deretan rak-rak berisi mie yang lain. Melihat kemasannya yang terlihat sangat menarik, membuat Abi penasaran.
Karena itulah, Abi meminta bantuan pelayan yang baru bekerja di mansion itu beberapa bulan belakangan, untuk membelikan mie itu di toko swalayan dekat mansion. Karena tak mungkin dia membeli mie itu sendiri. Belum juga ngambil mie itu, baru jalan ke arah rak berisi mie aja Abi yakin dia bakal langsung ditarik keluar toko oleh Jaya.
Dan kebetulan tengah malam ini Abi terbangun karena sebuah mimpi, dan tak bisa melanjutkan tidurnya lagi, jadilah Abi memutuskan memasak mie itu diam-diam. Kebetulan lagi, malam ini dia tidur di kamarnya sendiri, dan tidak ada bodyguard yang berjaga di depan kamarnya.
Jadilah dengan bebas Abi bisa keluar dari kamarnya, lalu pergi ke dapur untuk memasak mie tersebut dan membuat susu. Ya walaupun Abi kurang suka dengan susu, namun karena tahu susu bisa menghilangkan atau mengurangi rasa pedas dan panas pada lidah. Jadilah Abi membawa serta susu itu.
For your information nih, Abi tuh sebenarnya bukan tipikal orang yang tahan sama rasa pedas. Dulu pernah Abi coba makan pop mie dower karena kata temen-temennya enak. Dengan rasa penasaran yang tinggi, Abi nyoba makan mie itu. Awalnya sih gapapa, tapi malemnya, Abi muntah-muntah dan perutnya sakit. Sampai harus dilarikan ke rumah sakit.
Dan sekarang dengan bermodalkan rasa penasaran karena kemasannya yang menarik, Abi nyoba makan mie pedes itu. Berdoa aja setelah ini Abi tak kenapa-kenapa.
Abi mengaduk-aduk mie itu lagi agar bumbunya tercampur dengan rata, sebelum akhirnya melahap mie itu. Bulir-bulir keringat mulai membasahi dahinya. Wajahnya pun memerah karena kepedasan.
"Anjir gila....shhhh....pedes banget!" gumam Abi.
"Shhhh...hahhh....pedes...shhhh....tapi enak....shhh"
2 suap. Baru 2 suap Abi makan mie itu. Namun tenggorokannya sudah sakit dan panas, seperti terbakar. Lidahnya pun terasa seperti ditusuk-tusuk.
Abi segera meraih gelas berisi susu lalu menegaknya sampai habis. Sesaat setelah minum susu itu, lidah Abi terasa lebih baik. Namun hal itu hanya bertahan sebentar, karena selanjutnya, lidahnya kembali terasa seperti terbakar.
"Huwaaaa....shhhh.....masih pedes.... shhhh"
Abi bangkit dari duduknya dan pergi menuju dapur untuk mengambil susu lagi. Namun saat dia membuka pintu kamarnya, Abi malah mendapati Gara yang berdiri di luar kamarnya.
.
Tengah malam ini Gara belum tidur karena pekerjaannya. Gara menghempaskan dirinya di sandaran kursi lalu melepas kacamata yang sejak tadi bertengger di pangkal hidungnya.
Tangannya memijat pelan pangkal hidungnya itu sebelum akhirnya bangkit dan berjalan menuju tempat tidurnya. Melihat tempat tidurnya yang kosong, membuat Gara teringat dengan Abi yang tidur di kamarnya sendiri.
Entah kenapa saat ini Gara merasa perasaannya tak enak. Jadi untuk memastikannya, Gara keluar dari kamarnya dan pergi menuju kamar Abi yang ada di sebelahnya.
Namun baru saja Gara hendak membuka pintu kamar Abi, pintu itu sudah terbuka dari dalam dan menampilkan wajah Abi yang memerah dan keringat yang bercucuran membasahi dahi Abi. Hal itu tentu membuat Gara khawatir.
Gara memilih melihat isi kamar Abi sebelum menyusul Abi yang sudah berlari menuruni tangga. Dan betapa terkejutnya Gara saat mendapati kemasan mie instan ada di atas meja belajar anaknya. Berwarna hitam, dan kalau dia tak salah lihat, dia melihat tulisan 'Ghost Pepper Spicy Chicken'. Mohon digaris bawahi kata Spicy yang ada di kemasan itu.
"Astaga anak itu" gumam Gara lalu berlari menyusul Abi yang mungkin sudah berada di dapur.
"JAYA! SIAPKAN MOBIL! KITA KE RUMAH SAKIT SEKARANG!" teriak Gara setelah berada di lantai dasar. Tak peduli jika teriakannya itu membuat seisi mansion terbangun.
Sedangkan di tempat lain, lebih tepatnya di kamar mandi yang berada di dekat dapur, Abi sudah terduduk lemas dengan nafas yang tersengal di depan kloset setelah memuntahkan makanannya.
Saat sampai di dapur tadi, sensasi tak nyaman langsung menjalar ke perut Abi. Perutnya terasa perih dan seperti di aduk, membuat sensasi mual.
Karena itulah Abi langsung berlari menuju kamar mandi yang ada di dekat dapur. Dan sesampainya di kamar mandi, Abi langsung memuntahkan mie yang baru saja dia makan dan makanan lainnya yang dia konsumsi sebelumnya.
"Abi"
Gara yang baru sampai di kamar mandi langsung menarik tubuh Abi agar bersandar di badannya. Dengan telaten Gara mengusap keringat di dahi Abi. "Masih mual?" tanya Gara.
"Shhh....perih Pa" rintih Abi pelan.
"Tahan ya nak. Kita ke rumah sakit" balas Gara. Dia kemudian mengangkat badan Abi dan menggendongnya ala bridal style, lalu membawanya keluar dari kamar mandi.
Benar saja, bukan hanya Jaya saja yang terbangun karena teriakan Gara. Namun seisi mansion terbangun, dan sekarang tengah berkumpul di dekat pintu dapur. Menyaksikan Gara menggendong Abi yang terlihat sudah lemas.
Gara berhenti sejenak di depan mereka lalu menoleh menatap semua pelayan dan bodyguard yang menundukkan kepala dengan tajam. "Bereskan kamar Abi dan buang semua jenis makanan yang disembunyikan oleh Abi" ucap Gara dengan dingin.
Setelah mengatakan itu, Gara berjalan meninggalkan semua orang yang sudah ketakutan.
Sesampainya di luar, terlihat Jaya yang sudah siap berdiri di samping pintu mobil yang sudah terbuka. Langsung saja Gara masuk kedalam mobil dengan Abi yang masih ada di dalam gendongannya.
"Pa....sa-sakit" rintih Abi pelan dengan nafas yang terputus-putus.
"Iya tahan sebentar nak" balas Gara seraya mengusap perut Abi.
"LEBIH CEPAT JAYA!" Teriak Gara.
"Baik tuan"
TBC
Lama nih aku gak update. Ada yang kangen sama Abi gak nih?

KAMU SEDANG MEMBACA
Abimanyu
Fiksi PenggemarHARAP FOLLOW PENULISNYA TERLEBIH DAHULU TERIMA KASIH :) **** Punten slur. Mohon maap nih ye kalau part awalnya berantakan kayak jalan percintaan author. Tapi author berjanji dengan segenap jiwa dan hidup author, author akan memperbaiki tulisan autho...