Bayinya Gara

5.9K 389 12
                                    

Happy Reading

****

Gara memandang wajah Abi yang sedang tertidur. Senyumnya sejak tadi tidak pernah luntur. Memandang wajah Abi yang mirip seperti bayi saat tidur, lengkap dengan mulut yang menganga dan mengeluarkan air liurnya.

"Tuan, Sekertaris anda sejak tadi sudah menelepon" ucap Jaya dengan pelan. Takut mengganggu anak dari tuannya yang masih tertidur pulas.

Apalagi saat mengingat kejadian semalam, dimana Abi yang susah tertidur dan membuat semua orang di mansion ini tak bisa tidur juga.

Gara hanya mengangguk sebagai jawaban. Pagi ini Sekertarisnya menelepon, memberitahukan kalau hari ini ada meeting mendadak. Membuatnya mau tak mau harus ke kantor dan menghadiri meeting itu.

Padahal dia sudah punya rencana akan merawat dan menghabiskan waktu bersama Abi untuk beberapa hari kedepan.

Gara mengusap lembut kepala Abi lalu mencium kening Abi. Membuat sang empu terganggu. Abi menggeliatkan badannya lalu kembali tidur.

"Papa ke kantor sebentar ya. Kamu jangan nakal-nakal" ucap Gara pelan. Dia kemudian mengecup kening Abi sekali lagi sebelum beranjak keluar dari kamar Abi.

"Pastikan Abi sarapan dan meminum obatnya. Jangan biarkan dia turun dari tempat tidurnya, kecuali ke kamar mandi. Jaga dia selama saya pergi, saya tidak akan pergi lama" ucap Gara kepada Jaya yang berjalan di belakangnya.

"Baik tuan" balas Jaya.

****

Mata Abi menyapu seisi kamarnya lalu menghela nafas. Entah sudah ke berapa kalinya dia menghela nafas sejak bangun tidur tadi, tapi yang pasti saat ini dia sedang bosan. Sangat sangat bosan.

"Jaya!" teriak Abi dari dalam kamarnya.

Abi memang menyuruh Jaya menunggu diluar kamar karena dia merasa tak nyaman dan akan memanggilnya jika dia butuh sesuatu.

"Iya tuan muda, ada yang bisa saya bantu?"

"Em...gak jadi. Keluar" balas Abi.

Jaya menunduk lalu kembali keluar. Sudah berulang kali Abi melakukan ini karena dia kebosanan. Berharap dia bisa melenyapkan rasa bosan itu, tapi nihil. Abi tetap merasa kebosanan.

Sebuah ide tiba-tiba terlintas di pikiran Abi. Dia baru ingat perkataan Jaya yang memberitahukan kalau Gara baru saja membuat sebuah taman di sisi kanan mansion itu, dan Abi jadi ingin kesana. Abi nampak tersenyum lalu berteriak memanggil Jaya.

"Jaya!" teriak Abi.

Semoga saja tenggorokannya tidak sakit setelah berteriak dari pagi sampai hari menjelang sore.

"Iya tuan, ada yang bisa saya bantu?"

"Lo bilang tadi pagi kalau tuan lo itu baru buat taman 'kan? Anterin gue kesana, gue bosen" ucap Abi.

"Maaf tuan muda, tuan Gara melarang anda turun dari tempat tidur, kecuali mau ke kamar mandi"

"Aelah...tuan lo itu lagi gak ada di rumah. Jadi selama tuan lo itu pergi, gue yang jadi tuan lo. Dan sekarang gue perintahin lo buat bawa ke taman itu"

"Tapi tuan-"

"Ada apa ini? Papa tadi denger ada yang mau keluar kamar nih, mau kemana sih emangnya? Kamu itu masih sakit, Abi. Kamu harus istirahat" sahut Gara yang baru saja masuk ke kamar Abi.

Pria itu sudah pulang dari kantor satu jam yang lalu. Setelah mandi dan berganti pakaian, baru 'lah Gara pergi ke kamar Abi.

Abi mendengus. Bibirnya mengerucut. Melihat sosok Gara yang masuk ke kamarnya membuatnya menjadi kesal. Padahal Gara sama sekali tak melakukan hal yang aneh-aneh.

"Jangan manyun ah...nanti bibirnya mirip kayak bebek" ujar Gara.

Dia duduk di depan Abi dengan kedua tangannya yang menangkup wajah Abi untuk menghadap kearahnya.

"Apaan sih? Lepas!"

Gara terkekeh lalu mencium kedua pipi Abi dengan gemas. Anaknya ini ternyata memang mirip anak kecil. Badan boleh besar, tapi wajah dan tingkahnya mirip seperti anak kecil.

Mudah merajuk, merengek seperti anak kecil, dan mudah sekali menangis. Tak salah memang jika Gara menganggap Abi masih Bayi. Bayinya Gara.

Kedua pipi yang chubby, kedua matanya yang jernih, dan bulu mata yang lentik. Tapi sayang, untuk beberapa hari kedepan wajah anaknya itu dihiasi dengan lebam-lebam biru akibat perkelahian kemarin.

"Udah sore, ayo mandi. Biar Papa yang mandiin kamu"

"Gak! Gue bisa mandi sendiri!" tolak Abi.

"Enggak! Kamu masih sakit, biar Papa yang bantu kamu mandi"

Abi mendengus. Dia menatap Gara dengan kesal. "Kenapa sih tiba-tiba nemuin Abi? Padahal dulu Papa bilang kalau Papa gak pengen ketemu sama Abi lagi. Tapi sekarang Papa malah ngajak Abi kesini. Kenapa?"

"Ceritanya panjang"

"Ya dirangkum dulu biar gak panjang"

Gara menatap manik kembar Abi dengan sendu. Mengingat kebodohannya beberapa tahun silam memang membuat Gara selalu menyalahkan dirinya. Karena itulah, Gara menemui Abi. Untuk memperbaiki kesalahannya.

TBC

Part ini pendek aja ya. Udah malem bingung mau nulis apa lagi. Soalnya idenya biasanya muncul pas pagi.

07-09-2020

AbimanyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang