•chapter 14

15K 681 58
                                    

3 hari kemudian Alicia di perbolehkan pulang. Selama di rumah sakit dia hanya di temani oleh bi Sumi. Semenjak kejadian itu, Zafran jarang pulang ke rumah.

"Pelan-pelan non," peringat bi Sumi saat Alicia hendak turun dari taxi.

Setibanya di dalam rumah, Alicia merasa ada yang berbeda. Kehangatan dan kenyamanan di rumah itu seakan lenyap bersamaan dengan hadir nya janin tanpa ayah di rahim nya. Sejauh ini dia belum tau siapa yang sudah menghamilinya.

"Non mau makan apa?"

"Engga bi,"

"Non ga boleh stres, ga boleh cape-cape. Kandungan non lemah."

"Iya bi, Alicia mau istirahat di kamar.

"Iya non, mari bibi bantu."

Bi Sumi membantu Alicia ke kamar nya yang berada di lantai dua. Saat masuk dia kaget karena barang-barang gus Zafran sudah tidak ada lagi di dalam sana.

"Tuan kemaren pindahin barang-barang nya ke kamar sebelah. Non sama tuan lagi ada masalah ya?"

Alicia yang termenung mengalihkan pandangannya menatap bi Sumi. "Engga bi," jawabannya dengan bibir yang bergetar.

Alicia melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar, sejujurnya dia malu untuk kembali ke sana.

"Bibi ke dapur dulu ya non."

Alicia mengangguk mengiyakan, dia duduk di kasur empuk miliknya dan Gus Zafran. Dalam benaknya dia memikirkan bagaimana nasib nya jika di usir oleh Gus Zafran.

Alicia meraba perut nya yang sudah mulai membuncit meski masih belum terlalu keliatan. "Anak siapa ini ya Allah?" Matanya beralih menatap cermin menampilkan dirinya yang sudah hina di mata suaminya.

Alicia tidak menangis, dia sudah terbiasa berada di situasi memilukan seperti saat ini.

Di sisi lain, Zafran baru kembali dari Alfamart, sekarang dia tinggal di apartemen bersama Dimas asisten nya, Dimas belum tau apa yang terjadi karena hanya Alicia dan Zafran yang tau mengenai masalah rumah tangga mereka.

"Dim saya boleh minta tolong?" tanya Zafran kepada Dimas yang sedang bersantai sambil menonton televisi.

"Minta tolong apa pak?"

"Tolong anterin ini ke rumah saya, kasi ke art yang bekerja di sana." Zafran meletakan kantongan Alfamart yang ia bawa di atas meja.

Dimas melirik dan melihat kotak berwarna yang memungkinkan susu ibu hamil. "Istri bapak hamil? Kenapa gak bapak sendiri yang kasi?"

"Engga kamu aja."

"Pak kasihan loh istri nya lagi hamil malah di tinggal."

"Dimas saya mau minta tolong! Bukan mau berdebat sama kamu!"

Dimas menggaruk kepalanya yang tak gatal, setelah itu tangan nya meraih kantong plastik sambil berdiri. "Yaudah deh pak saya pamit assalamualaikum."

"Waalaikumsalam, ini kunci mobil nya." Zafran memberikan sebuah kunci kepada Dimas, dan Dimas pun mengambil nya. Cowok itu melirik sekilas ke arah Zafran yang hanya menggunakan kaos putih dan sarung, setelah itu dia pergi untuk mengantarkan susu ibu hamil ke rumah bos nya.

Melihat kepergian Dimas, Zafran duduk di kursi depan televisi tempat Dimas duduk tadi. Pikiran nya kacau, mata nya fokus menatap layar televisi, tapi pikiran nya jauh dari jangkauan nya.

"Saya masih tidak menyangka Alicia," Zafran memegang dadanya yang terasa sakit. "Saya kecewa, tapi saya tidak bisa melepaskan kamu."

••••

Ting tung..ting tung.. Dimas memencet bel rumah bos nya. Berselang beberapa menit, pintu di buka dan memperlihatkan bi Sumi yang hanya menggunakan daster rumahan.

Duda Pesantren (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang