{prologue}

726 34 1
                                    

🍁 Happy reading🍁

Seorang gadis kecil berumur 10 tahun terbaring di sebuah matras. perlahan netra abu-abunya terbuka dan mengerjap pelan, menyesuaikan cahaya yg ada. kepalanya mendadak sakit.

Pandangannya menatap sekeliling, sebuah ruangan bernuansa putih biru dengan bau khas rumah sakit dan tangan yg sudah terpasang selang infus. kepalanya juga di perban.

"Syukurlah kamu sudah sadar," ujar seseorang tiba².

Netra abu² itu menangkap pemilik suara yg merupakan seorang wanita dewasa yg berumur berkisar 28 tahun duduk di sofa. namun wanita itu tidak sendirian, ada pria dewasa yg duduk di sampingnya. mungkin umurnya sudah memasuki kepala tiga.

"Kalian siapa?" tanya gadis itu tiba² karna tak berhasil kedua orang itu dalam ingatannya.

"Panggil aja saya Tante Lidya, dan ini om Andra, suami saya," wanita bernama Lidya itu tersenyum begitu juga dengan Andra.

"Nama kamu siapa, manis?" tanya Andra angkat bicara.

Gadis itu tampak berfikir, "aku ngga ingat," ia menggeleng lugu.

Andra dan Lidya saling pandang, "apa kamu ingat keluarga atau tempat tinggal kamu dimana?" tanya Andra lagi.

Gadis itu lagi² menggeleng pelan. ia benar² tak ingat apapun tanpa terkecuali, termasuk mengapa ia ada di tempat ini.

"Tunggu sebentar, ya? om mau panggilkan dokter dulu," ujar Andra dengan senyuman setelah berdiskusi dengan Lidya lalu berlalu dari sana meninggalkan keduanya.

Tak lama kemudian, Andra kembali ke ruangan bersama dokter dan dua perawat, memeriksa keadaan gadis itu yg hanya diam. Ia masih memutar isi otaknya dan lagi usahanya sia².

"Bagaimana keadaannya, dok?" tanya Lidya dengan pasti .

Dari yg di dengar gadis kecil itu, ia bisa menangkap satu kata yaitu 'amnesia'. dengan kata lain, ia benar² kehilangan seluruh ingatannya.

Tapi kenapa ia bisa mengingat arti istilah itu ya?

Padahal ia merasa belum pernah mendengarnya di manapun.

"Kalau begitu kami permisi dulu," dokter itu mohon undur diri.

"Terima kasih dokter," ucap Lidya dan Andra hampir bersamaan.

Dokter itu lalu keluar bersama 2 perawatnya. kini yg tersisa hanya ia dan dua orang yg menatapnya dengan tatapan yg sulit di artikan. perlahan, mereka menjauh dari sana.

"Bagaimana kalau kita mengadopsi anak itu, mas? lagi pula polisi juga sudah mencari dan nggak nemuin apapun tentang informasi keluarganya," usul Lidya penuh harap.

Andra tampak berfikir sejenak. "Baiklah jika itu yg kamu mau, lagi pula dia juga mirip dengan anak kita yg meninggal 5 tahun yg lalu," balasnya dengan senyum meneduhkan.

Ia jadi teringat dengan anaknya yg meninggal karna penyakit kanker hati yg tidak mungkin di sembuhkan. saat itu umurnya berusia 3 tahun dan sudah terkena penyakit berat yg tak bisa di pikul dengan tubuh kecilnya.

Lidya mendekap tubuh suaminya menyalurkan semangat. Ia juga masih terpukul dengan kehilangan anak satu-satunya mereka, Andira.


🍁

"Sayang, ini mungkin terlalu mendadak. tapi apa kamu mau menjadi anak angkat kami?" tanya Lidya hati².

"Anak angkat?" Beo gadis kecil itu.

"Ya, kamu bisa menganggap kami sebagai orang tuamu mulai sekarang dan kami akan menyayangimu sebagai anak kami sendiri," jelas Andra.

Transmigrasi Or Not?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang