Gagal minum kopi hitam, aku meneruskan jalan-jalan ke tempat lain. Baju sekolah sudah berpindah ke dalam paper bag bekas membeli baju di sebuah toko.
Aku terpaksa menikmati waktu sendirian. Permintaan Mama tidak bisa kupenuhi. Bang Jack tidak bisa memberikan ketenangan seperti biasanya. Mungkin inilah yang dimaksud kecewa karena berharap pada manusia.
Mendengar dia membela Kak Anggi saja membuatku mual luar biasa, bagaimana bisa tenang saat ditemani olehnya? Percuma saja berharap pada Bang Jack.
Seharusnya, aku paham. Tidak ada yang bisa diandalkan selain diri sendiri. Lagipula, dari awal rencanaku memang ingin mengusir rasa panas di hati dengan pergi ke manapun sendiri. Tak pernah terlintas di benakku, untuk meminta ditemani oleh Bang Jack atau Ameena.
Hanya saja, karena Mama sudah meminta, mau bagaimana lagi. Aku harus menuruti apa kata orang tua. Apalagi, calon janda.
Ah, memikirkan Mama akan segera menjadi janda, kepalaku langsung berdenyut nyeri. Wanita secantik dan sebaik itu akan hidup sendiri. Mengasuh putri semata wayang tanpa bantuan seorang suami.
Masalahnya, aku khawatir kalau Mama benar-benar bercerai dari Papa. Pasti akan ada banyak laki-laki yang mengantri setelah mengetahui status baru Mama.
Punya papa baru? Sorry to say, sejahat-jahatnya Tuan Umar, papaku tetap satu. Tidak boleh lebih. Mau itu papa angkat atau papa tiri, tidak diterima sama sekali.
Anehnya, kenapa aku malah membayangkan Nyonya Devi Maharani akan menjanda?
Aku masuk ke toko buku dan langsung pergi ke sudut. Tak banyak orang di sini. Itu lebih baik, sebab aku sedang butuh waktu sendiri. Hari ini adalah waktu menangis dan menumpahkan segala kekesalan yang selama ini bersembunyi.
It's not simple to say
Most days I don't recognize me
These shoes and this apron
That place and its patrons
Have taken more than I gave 'em
It's not easy to know
I'm not anything like I used to be
Although it's true
I was never attention sweet center
I still remember that girlLagu She Used to be Mine mengalun merdu. Kiranya menghibur, ternyata malah membuat lututku lemas bagai tak bertulang.
Aku menatap kosong ke depan sebelum akhirnya terduduk di atas ubin yang dingin. Kepalaku mendadak nyeri, memikirkan tentang luka-luka di hati yang tak bisa diremehkan seperti luka fisik.
She's imperfect but she tries
She is good but she lies
She is hard on herself
She is broken and won't ask for help
She is messy but she's kind
She is lonely most of the time
She is all of this mixed up
And baked in a beautiful pieAku mencari-cari letak kekurangan Mama. Wanita itu baik, walau tidak berhijab. Dia pandai menjaga diri saat suaminya tak ada di rumah, meski belum memakai baju panjang. Mama selalu menghormati Papa. Saat Papa bicara, Mama akan mendengarkan sampai habis, lalu meminta izin untuk memberikan tanggapan. Sekiranya Papa tidak butuh komentar, maka Mama akan menelan sendiri keinginannya untuk bicara.
Mama orang baik. Selalu salat lima waktu, tidak pernah meninggalkan Yaasin dan Al-Kahfi setiap malam Jumat. Tak pernah bosan memintaku ibadah dan mengenakan pakaian tertutup sesuai yang dianjurkan oleh agama.
Didikan Mama patut diacungi jempol walaupun bukan lulusan sekolah agama. Mama memang seorang model, tapi dia ibu yang baik. Lantas, kenapa Papa masih berkencan dengan Bu Marsya sampai mempunyai anak?
She is gone but she used to be mine
It's not what I asked for
Sometimes life just slips in through a back door
And carves out a person
And makes you believe it's all true
And now I've got you
And you're not what I asked for
If I'm honest I know I would give it all back
For a chance to start over
And rewrite an ending or two
For the girl that I knew
KAMU SEDANG MEMBACA
Kita Tidak Baik-baik Saja [Terbit]
Fiksi RemajaAku masih selembut sutra sebelum mengetahui Papaku cheating dengan guru matematika yang kemudian akan kupanggil Maung peliharaan Papa. Hingga suatu hari, aku mendengar sesuatu. Terkait kehamilan Bu Marsya, si guru matematika. "Jadi, Bu Marsya benar...