Pengacakan tempat duduk menjadi hal yang menakutkan. Erina sendiri tidak menyukai perubahan bahwa dirinya akan duduk dengan orang selain Naira atau Ollie. Saat kelas sepuluh, penempatan tempat duduk ditetapkan berdasarkan nomor undian, dan kebetulan Naira dan Erina mendapatkan nomor yang bersebelahan, begitu juga Erina dengan Ollie di kelas 11 kemarin.
"Erina Hermandra, maju, ambil satu kertas." Suara dari Pak Edward--wali kelas mereka di kelas 12--membuatnya beranjak dari kursi, melangkahkan kaki ke meja guru, lantas mengambil asal lipatan kertas di atas meja.
Semoga Ollie dan Naira yang jadi teman sebangkuku, terus duduknya di barisan depan atau baris kedua.
"Baiklah, buka kertasnya, dan langsung pindah." Tepat setelah kalimat itu keluar dari mulut Pak Edward, derit kursi terdengar bersahutan, semuanya berpindah serentak.
"Tiga," monolog Erina, lantas ia memandang bangku barisan ke depan. Ia berseru pelan; senang karena mendapat bangku depan.
"Aku sepuluh." Ollie menatap kertas lecak di tangannya lamat-lamat. "Kalian?"
"SEMBILAN!" Suara Naira meledak di ruangan keras; gadis itu kemudian melakukan tos dengan Ollie yang duduk di depannya.
"Tiga."
"Yahhh, jauhh!" Naira mengeluh kecewa.
"Berarti sekarang gantian Erina yang datang ke tempat kita, hehe." Ollie menunjuk dirinya dan Naira secara bergantian.
"Yuk, pindah, nanti diteriakin kalau ga ligat." Erina mencangklongkan tas ranselnya; kedua kakinya berjalan perlahan menuju kursi depan. Matanya senantiasa melirik ke belakang; penasaran dengan siapa yang akan menjadi teman sebangkunya.
Tepat saat Erina menaruh tasnya di atas kursi, ada juga tas lain yang barusan diletakkan di sebelahnya. Gadis berambut gelombang itu sontak mendongakkan kepala, matanya menangkap sesosok pemuda berkacamata yang juga sepertinya sama terkejutnya dengan dirinya.
Adrian Hermandra adalah teman sebangkunya.
Dan saat teman sekelasnya mengetahui hal itu, semuanya sontak berseru heboh, mengatakan bahwa mereka juga ingin masing-masing barisan mereka dihuni orang pintar, bukan malah disatukan di bangku depan.
"Ya bagus dong, biar ga bisa kalian contekin. Ada-ada aja kalian, anak Bina Garuda kok mikirin nyontek."
Tawa meledak dalam kelas, sementara Erina masih memproses seluruh kejadian dalam benaknya, tidak menyangka bahwa ada kebetulan semacam ini.
"Yo, kita menjadi teman sebangku."
"Yo?" Erina tertawa kecil. "Rasanya aneh kalau kamu yang mengatakan itu."
"Jadi harusnya bilang 'hai'?" Adrian melontarkan kalimat pertanyaan.
"Terserah kamu, lah. Aku cuma ga biasa dengarnya," balas Erina. "Kamu mau manggil 'heh' juga ga masalah."
"Apa aku boleh memanggilmu 'Yu'?"
"Ha? Nama belakangku?"
Adrian sontak mengangguk, lantas ia menundukkan kepalanya; kedua tangannya terkepal di atas meja. "Aneh ya?"
"Kaget aja. Semuanya manggil aku 'Rin' atau ga pakai nama depan yang lengkap: Erina. Baru kali ini ada yang mau manggil aku 'Ka'."
"Supaya lebih unik, begitu." Adrian menjelaskan. "Siapa tahu kamu memang sudah bosan, hal yang baru tentu saja akan terdengar lebih menarik."
Erina tidak mengerti jalan pikir pemudanya di sampingnya, ia hanya bisa menampilkan tawa kecil. "Jadi aku juga boleh manggil kamu 'Rian'? Biar kita impas."
Sejujurnya, Erina tidak tahu permainan lucu apa yang sedang mereka berdua mainkan sebagai senior kelas, rasanya seperti tengah berada di tingkatan sekolah menengah.
Tapi gadis itu menikmatinya, tidak ada yang pernah repot-repot untuk mencarikan nama panggilan yang lain dari yang lain untuknya.
"Oke, Ka," balas Adrian sembari mengacungkan jempol.
Erina baru sadar bahwa Adrian mengganti kacamata, bingkai kacamatanya sekarang terlihat lebih kotak, meski perbedaannya tidak mencolok. "Oh iya, kamu ganti kacamata?"
"Iya."
"Oh, emangnya kenapa?" tanya Erina sembari memperkirakan bahwa kacamatanya itu mendadak rusak atau mungkin minus dari lelaki di sampingnya itu sudah naik.
"Dihancurin." Kata itu diucapkan dengan volume yang sangat minim, hampir ditelan udara hingga nyaris tak terdengar.
"Ha?"
"Maksudnya rusak."
Erina yakin seratus persen bahwa indra pendengarannya tidak salah menangkap balasan pertama uang diberikan oleh Adrian. Dihancurkan dan rusak itu kata yang jauh berbeda, tidak mungkin lidah Adrian terpeleset hingga pada akhirnya menuturkan kata yang salah.
Tapi mungkin saja dia memang hanya salah jawab, spekulasi yang bermain di benak Erina membuat kepalanya mulai memikirkan kata 'dihancurkan' itu.
Apa dia bertengkar dengan seseorang?
"Aku sengaja memilih bentuk yang hampir sama persis, bagaimana bisa kamu tahu hanya dengan melihatnya sekilas?"
"Ga tahu, kebetulan tahu saja." Erina mengindikkan bahu dengan santai, gadis itu sendiri juga tidak tahu alasan kenapa dia bisa mengenali perbedaan dari Adrian.
"Omong-omong, gimana liburanmu?" Erina memutuskan untuk berbasa-basi; tidak ingin percakapan berakhir begitu saja.
"Di rumah saja. Kamu?"
"Cuma jalan-jalan di kota ini. Ayahku sedang di luar kota, Ibuku cuma ajak keliling ke museum, terus ke mall, itu-itu aja."
"Seru?"
"Menghabiskan waktu bersama orang yang kusayangi selalu terasa menyenangkan," ujar Erina, "oh, aku kemarin juga ada keluar bareng Ollie dan Erina."
"I see." Adrian membalas pendek.
"Lain kali aku ajak kamu sama beberapa teman cowok di kelas buat ikut!" Ada nada bersemangat dari Erina tepat setelah mendengar nada bicara Adrian yang terdengar sedikit menyedihkan.
Sejujurnya akan terasa aneh bila hanya mereka berdua yang keluar, atau hanya Erina bersama sahabatnya ditambah Adrian yang keluar. Jadi mungkin saja Erina akan mengajak beberapa teman sekelas laki-laki untuk menghindari kecanggungan.
"Oke," ujar Adrian. Setelah itu, tangannya bergerak merogoh isi tasnya; jemarinya tengah mengeluarkan sekotak papan catur.
Adrian meletakkannya di atas meja, lantas sembari memamerkan senyum tipis ia berkata, "Kamu mau main catur bersamaku?"
To be continued ....
840 kata
KAMU SEDANG MEMBACA
Ameliorate [END]
Teen Fiction[Teen Fiction] Bagaimana rasanya menjadi yang teratas; ketika semua pandangan hanya tertuju padamu, ribuan mata seakan-akan menyiratkan kebanggaan yang sanggup membuat jantungmu meledak oleh euforia. Menyenangkan bukan? Sama, aku juga bertanya-tanya...