Pemandangan itu sontak membuat Erina langsung meminta mamanya untuk membuka kunci mobil; gadis itu langsung berlari menuju trotoar tempat Adrian berdiri. Tentu saja mamanya bingung melihat tindakan anak semata wayangnya itu.
"Rian!" Teriakan Erina beradu dengan suara hujan. Gadis itu bahkan tidak peduli lagi jika ada kepala-kepala di jalanan yang tengah melempar pandangan.
Lelaki berkacamata itu memalingkan wajahnya, Erina bisa melihat kacamatanya yang dipenuhi titik air, sisanya buram karena Erina sendiri tidak bisa melihat jelas di antara aliran air dari langit.
"Ka, kenapa—"
Tanpa basa-basi, Erina langsung menggenggam tangan Adrian. "Ayo masuk ke mobilku. Jangan berdiri di tengah hujan, nanti kamu sakit!"
Erina tidak tahu kenapa Adrian memutuskan untuk berhenti di tengah hujan, entah ada sekrup yang jatuh dari benaknya atau dia hanya ingin bermain hujan-hujanan.
Yang pastinya, ini akan membuat kondisi tubuhnya lemah. Tidak peduli apakah Adrian menyukainya atau tidak, gadis itu menarik Adrian menuju ke mobilnya.
Di tengah hujan yang tengah menyiram segalanya, kepala Erina digerubungi berbagai pertanyaan abstrak; apakah ini semuanya ada kaitan dengan ekspresi Adrian belakangan ini?
"Ma, tisu." Erina menjulurkan tangannya ke kursi depan mobil; mamanya menyerahkan bungkusan tisu. Gadis itu sontak mengeluarkan beberapa lembar, lantas mengelap tangan Adrian.
Ada air mata yang menggantung pada ujung mata Erina saat melihat bekas cakaran pada lengan Adrian. Lelaki itu melakukannya lagi dan Erina tidak pernah bisa membuatnya merasa lebih baik.
"Rian ... kenapa kamu berdiri di—"
"Aku baik-baik saja, aku akan pulang." Tangan Adrian hendak meraih gagang pintu mobil.
"PAYUNGNYA KENAPA GA DIPAKAI?" Untung pertama kalinya gadis itu meninggikan nada bicara, jika dilihat dari spion tengah mobil, ada ekspresi mamanya yang menyiratkan keterkejutan. Namun entah kenapa Erina tidak memperdulikan. "KALAU KAMU SAKIT BAGAIMANA?"
Adrian menggenggam erat lengannya, menusukkan jari-jari ke kulitnya. "Maaf—"
Erina menarik tangan Adrian, tidak ingin lukanya lebih parah lagi. "Aku bukannya ingin kamu minta maaf, aku hanya tidak ingin kamu kenapa-napa ...."
Adrian menatap gadis itu, ada setitik air mengalir di wajahnya, entah itu air hujan dari rambutnya atau justru air matanya.
"Soalnya ... kamu ga pernah cerita .... Kalau kamu memang baik-baik aja, kamu ga bakal kayak gini." Mendadak sudut mata Erina mengucurkan lebih banyak lagi bulir bening. "Aku pengen buat kamu merasa lebih baik."
Lelaki itu terdiam kaku; tidak membalas sepatah kata pun. Erina menatap mamanya yang berada di depan; berspekulasi bahwa itu alasan Adrian tidak mau berbicara.
Tangan Erina merongoh isi tasnya, mengeluarkan tas P3K dari dalam tas, lantas mengeluarkan antiseptik. Tanpa basa-basi, ia menyentuh tangan Adrian dan mengobatinya.
Aku tidak peduli jika dia menganggapku aneh atau setelah ini kami tidak akan berteman lagi, aku ingin membuatnya merasa lebih baik meski hanya sementara.
Pertemanan mereka berawal dari pemandangan tentang sayatan di lengan, dan sekarang Erina harus melihat hal yang sama lagi; tanda bahwa ia tidak pernah berhasil menjadi teman yang membuat Adrian merasa lega.
Ternyata aku tidak berguna, ya.
"Kamu mau kami antar ke rumahmu? Alamatmu di mana?" Suara lembut dari mamanya Erina menyelinap masuk ke indra pendengaran Adrian.
Adrian menggelengkan kepalanya. "Tidak perlu—"
"Jangan keluar, Nak. Di luar hujan lebat, biar Tante yang antar kamu ke rumahmu."
"Ke rumah sakit." Adrian menjawab pelan, suaranya nyaris habis ditelan atmosfer lembab.
"Apa—"
"Kakakku barusan meninggal."
To be continued ....
514 kata
Lemony's note
Yahoo semuanya, bisa dilihat endingnya sudah semakin dekat. Dan yeah, aku rasa kalian sudah bisa menebak-nebak alasan kenapa Adrian melakukan hal 'itu' di chapter pertama.
Di sini aku tampilkan rasa frustasi Erina saat tidak bisa membantu temannya. My poor child, dia merasa bersalah pada hal yang bukan salahnya. Ya, karena dia Erina, dia peduli pada orang sekitar, termasuk Adrian.
Aku rasa akan ada beberapa yang relate sama Erina termasuk aku, hehe.
Anywayy, thanks for reading! LOVE YOU GUYS SO MUCH
With love,
Lemonychee 🍋
KAMU SEDANG MEMBACA
Ameliorate [END]
Teenfikce[Teen Fiction] Bagaimana rasanya menjadi yang teratas; ketika semua pandangan hanya tertuju padamu, ribuan mata seakan-akan menyiratkan kebanggaan yang sanggup membuat jantungmu meledak oleh euforia. Menyenangkan bukan? Sama, aku juga bertanya-tanya...