13. Kenangan lama

14 3 22
                                        

Tidak ada yang tak mengenal Aliya Hermandra; gadis itu sukses mencuri perhatian sekolah; mengikuti lima kegiatan ekstrakurikuler; menjadi ketua di dua ekstrakurikuler.

Tidak ada yang memperdulikan keberadaan Adrian Hermandra, dan lelaki itu menikmati hidupnya; mengorbankan satu hal yang mengawali semua rasa sakit di bawah atap rumah itu.

Ketika impian lama ayah mereka tidak tercapai, maka ia akan muncul kembali dalam bentuk kepingan penyesalan. Dan bentuk penyesalan itu tidak jatuh kepada Adrian Hermandra, melainkan kepada Aliya Hermandra.

Ayahnya menuntut nilai sempurna sejak kakaknya memasuki sekolah dasar; menuntut hal yang tidak pernah ia bisa capai dulunya.

"Ayah ingin kamu lebih sukses dari ayah, lebih hebat dan terus berada di tingkat atas." Kalimat itu selalu Ayah Adrian lontarkan, tapi disertai dengan tali pinggang di tangannya jika Aliya tidak mendapatkan nilai 9.

"Ayah keras padamu karenaa ayah ingin kamu sukses. Jika Adrian tidak bisa diandalkan, setidaknya kamu masih bisa menjadi anak yang akan melanjutkan mimpi Ayah." Kalimat itu sudah diputar layaknya rekaman kaset rusak di indra pendengaran Aliya dan Adrian, dan Adrian tidak pernah peduli tentang anggapan 'tidak bisa diandalkan' itu.

Baginya, diandalkan atau tidak, tidak akan ada kasih sayang yang ia terima. Tidak akan ada yang sibuk memujinya pintar; tidak akan ada yang menghabiskan waktu untuk memenuhi egonya.

Adrian sedari dulu dianugerahi penalaran yang lebih cepat dibandingkan anak-anak sekelasnya; membuat dia memiliki kemampuan untuk menjawab pertanyaan guru dengan sempurna. Bahkan penalarannya lebih cepat dibandingkan Aliya.

Adrian yang dulu menanamkan satu kalimat dalam benaknya: tidak ada yang akan berteman dengannya jika dia tidak membawa keuntungan.

Sejak kecil, tidak ada sosok Ibu yang akan membelai rambutnya setiap malam, menepuk punggungnya, atau membacakan dongeng mengenai Peter Pan. Lelaki kecil itu benar-benar sendirian.

Rasa kesepian itu membuat Adrian berpura-pura bodoh; sama sekali tidak menunjukkan keahliannya agar ia tidak diberi pukulan saat menunjukkan nilai yang hanya sedikit melewati KKM. Di balik semua itu, dia akan membantu pemegang peringkat kelas; menyisipkan beberapa contekan jawaban saat ujian.

Dan dengan itu Adrian populer di sekolah lamanya. Kacamata yang sempat menjadi bahan perundungan tidak lagi mengusiknya. Di kelas delapan, lelaki itu dikenal sebagai 'Dewa Ujian'.

Tidak mustahil bagi seorang Adrian Hermandra untuk menduduki peringkat pertama. Dan ia akan mengorbankan kebanggaan itu supaya temannya bisa mencapai posisi atas.

Lain cerita dengan kakaknya, yang bahkan tidak punya kesempatan untuk mengejar mimpinya, gadis itu hanya mengandalkan kerja keras; selalu tersandung saat hendak mencapai tingkat yang lebih tinggi.

Setiap sandungan menghasilkan lebam pada tubuh Aliya dan Adrian tidak pernah menghiraukannya, membiarkan kakaknya menangis sendiri sedangkan dia hanya akan menikmati traktiran kawannya di sekolah.

Ada satu warna baru dalam hidup Aliya: Pratha Anggara. Lelaki itu lebih muda darinya, ambisinya kuat, dan keduanya menjadi dekat sejak insiden hendak-mengambil-buku-yang-sama terjadi di perpustakaan. Murid SMP dan SMA berjalan berdampingan; mengisi mangkuk perasaan dengan kupu-kupu.

Pratha merupakan teman sekelas dari Adrian Hermandra, dan Pratha tahu jelas mengenai seberapa jauh kemampuan Adrian dan apa yang telah dialami oleh Aliya selama ini.

Puncak segalanya adalah ketika Aliya memutuskan untuk melompat turun dari jembatan; berharap bahwa dirinya akan menjadi butiran debu yang tak akan menampung tekanan dari ayahnya.

Untuk pertama kali, Adrian menerima tonjokan dari Pratha yang mengamuk saat berita itu sampai ke telinganya. Adrian hanya menatap lantai, tidak mampu berekspresi apa-apa lagi.

Semuanya salah dia; kalimat itu menghantui benaknya.

Ingin sekali Adrian berteriak kepada Pratha bahwa bukan hanya lelaki itu saja menderita, dia juga merasa hatinya tengah diiris belati. Namun mulutnya terkatup rapat, enggan melontarkan sepatah kata pun. Pikirannya terlalu kalut untuk membela diri.

Aliya dilarikan ke rumah sakit dengan keadaan yang parah. Ada pendarahan pada kepalanya, beberapa tulangnya patah. Gadis itu terbaring lemah di atas kasur, ditemani selang-selang yang menusuk kulitnya.

Adrian melihat semuanya, bagaimana kakaknya berjuang, bagaimana kakaknya mengeluh kecapean setiap malam, bagaimana gadis itu menangis saat tidak bisa mengejar materi.

Kalau saja aku tidak berpura-pura bodoh, aku bisa saja menggantikan posisi Kakak. Kakak tidak perlu dipaksa. Seharusnya aku yang melanjutkan harapan Ayah.

Kakak bunuh diri gara-gara aku, ya.

Keegoisan Adrian dan kebodohannya menghantarkan dia ke jalan yang menyakiti semua orang. Sebagai hukuman, ia mengukir lengan atasnya, lantas menekan kukunya pada kulit, meninggalkan kepedihan yang akan membuatnya teringat dengan memori ini.

Adrian Hermandra memutuskan untuk menolak semua tawaran; menyebabkan semuanya bertanya-tanya alasan lelaki itu menolak memberi bantuan saat ujian. Semua mulut ternganga saat mereka melihat nama Adrian berada di kolom pertama kertas pemeringkatan kelas yang ditempel di mading.

Pada dasarnya, meski memberikan keuntungan, tidak akan ada yang peduli terhadap keberadaanya.

Dan Adrian Hermandra keluar dari sekolah, menghindari perundungan babak kedua yang mungkin akan terjadi. Lelaki itu mengincar salah satu sekolah favorit, mengikuti tes ujian masuk dan lulus. Bina Garuda membuka lembaran baru dalam hidupnya di mana dia hanya akan berfokus pada jalan utama: membuat ayahnya setidaknya sedikit merasa lebih baik.

Satu tahun sejak kakaknya koma, meski biaya bukan menjadi masalah, tapi Adrian tetap tidak bisa tenang. Setiap hari ia akan datang ke rumah sakit, memeluk kakaknya lantas bercerita mengenai kehidupannya meski Aliya tidak pernah bisa mendengarnya.

Kelas sepuluh yang tak berkesan, malahan menambah rasa bersalahnya tiap kali melihat Pratha Anggara yang ternyata juga mendaftarkan diri di Bina Garuda.

Salahmu, semuanya salahmu, gara-gara kamu Aliya belum bangun sampai sekarang. Kamu manusia paling menjijikkan.

Tidak ada yang lebih baik, Aliya belum sadar hingga saat ini. Semangat hidup Adrian mulai terkuras, setiap kali ia menatap wajah Aliya, diam-diam ia mengucapkan harapan bahwa seandainya mereka bisa bertukar diri saja.

Padahal aku punya Kakak, tapi aku malah tidak bersyukur.

Adrian Hermandra tidak berniat melanjutkan hubungan yang lebih lanjut dengan orang-orang karena ia tahu bahwa semuanya hanya ingin nilainya; menunggu lelaki berkacamata itu menyelipkan beberapa jawaban saat ujian.

Sampai suatu hari ia melihat seorang gadis berambut gelombang yang selalu bersama dengan ketiga sahabatnya; gadis yang melihatnya menyayat tangan di gudang sekolah.

To be continued ....

960 kata

Lemony's note

Now you know siapa kakaknya Adrian dan juga permulaan dari konflik novelet ini.

Fyi, sebenarnya aku tidak berniat menulisnya sedemikian rupa, aku udah ada rancangan plot di otak, tapi mendadak pengen berubah haluan hehehe.

Anyway, makasih buat yang udah mampir, love you guysss! (つ≧▽≦)つ

With love,
Lemonychee 🍋

Ameliorate [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang