5

56 58 75
                                    

Aletta mengemasi barangnya. Ini adalah turnamen pertamanya di Tim Bamis. Jika Aletta bisa memenangkan pertandingan maka ia bisa diikutsertakan di turnamen selanjutnya. Aku harus menang! Semangat Aletta, dia membatin.

Semua anggota Tim Bamis sudah berkumpul di depan gor, bersiap berangkat bersama ke turnamen. Mereka membawa tas masing-masing dan raket kesayangannya.

Aletta, Fazhia, Syila, Sherin, Syarina dan Fahisya berada dalam satu mobil. Sam, Ethan, Evan, Radith, Gilang dan Hisyam ada di mobil lain. Pelatih menaiki mobil yang berbeda dan memimpin perjalanan.

Hanya butuh satu jam dari tempat latihan Tim Bamis ke tempat turnamen. Banyak orang yang terlihat akan mengikuti turnamen percobaan ini. Banyak juga tim-tim lain yang lebih hebat dari Tim Bamis, seperti Tim Griya dimana Baghiz bergabung.

Kaki Aletta gemetar. "Zhia, aku tremor nih. Gimana dong?"

Fazhia tertawa mendengar ketakutan Aletta, "Lo tenang aja, Letta. Gak akan ada yang gigit lo," tenangnya sambil menepuk-nepuk bahu Aletta.

"Lo bayangin aja gak ada siapa-siapa di lapangan. Terus yang di depan lo itu monyet. Udah deh gak akan tremor," Syila mencoba mencairkan suasana.

Semua anggota Tim Bamis duduk di tribun sambil menunggu giliran main. Mereka akan saling menyemangati dari sana.

Seorang laki-laki masuk ke lapangan untuk bertanding. Dia akan melawan Sam. "Itu siapa?" Aletta tidak bisa mengalihkan pandangannya dari laki-laki itu.

"Namanya Baghiz Gionino. Dari Tim Griya. Rival nya Sam," Fazhia menjelaskan. "Wah bakal seru nih. Syila, lo gak bawa popcorn hey," Canda Fazhia.

"Tadinya gue mau bawa. Tapi takut rugi kalo ada lo. Secara lo kan paling banyak makan," Syila meladeni candaan Fazhia.

Syarina cekikikan, "Padahal Kak Syila juga sama," Fazhia tersenyum simpul tanda menang. Dia melakukan tos bersama Syarina.

"Syarina awas lo ya. Gue laporin Gilang kalo gini terus," ancam Syila.

"Ih laporin aja. Aku gak takut," Syarina memeluk Fazhia dari samping. Aku punya Kak Fazhia, mungkin itu maksudnya.

Di sebelah mereka, Aletta terus menatap lapangan. Tidak ingin terlewatkan sedetik momen pun. Bukan, bukan Sam. Tapi Baghiz. Dia menatap Baghiz tanpa menghiraukan teman-teman yang sedang berdebat di sampingnya.

Skor sementara Sam-Baghiz seri. Di sela-sela pertandingan, Sam melihat ke arah tribun. Dia ingin menatap Aletta dan mendapatkan ucapan semangat darinya. Tapi yang ditatapnya sedang memandang ke arah lain. Sam mengikuti arah pandang Aletta dan menemukan Baghiz. Baghiz sialan, umpatnya dalam hati.

Sam bersiap-siap melakukan servis untuk babak terakhir. "Lo gak boleh ngerebut kemenangan gue,"

"Serah lo, deh. Gue gak mau banyak ngomong. Cape," Baghiz tak terlalu menanggapi ucapan Sam. "Cepetan. Gue mau istirahat," lanjutnya.

Lagi-lagi, pertandingan antara Sam-Baghiz memanas. Dua rival itu tidak mau kalah jika mereka berdua bertanding. Jika salah satu kalah, maka yang satunya akan membalas dendam di pertandingan berikutnya. Selalu seperti itu.

"Padahal dulu mereka kawan baik. Sekarang malah kayak musuh," Syila menyayangkan sikap egois keduanya.

Fazhia mengangguk, "Eh, Letta. Bentar lagi lo main. Mending lo siap-siap," Fazhia mengingatkan.

Aletta turun dari tribun menuju ruang ganti pemain. Tanpa disadari Aletta, tali sepatunya lepas dan tergerai panjang. Seseorang tidak sengaja menginjaknya ketika Aletta akan melangkah. Alhasil, Aletta terjatuh di sampingnya.

"Eh, sorry. Gue gak sengaja," Dia mengulurkan tangan kepada Aletta, "Gue bantu,"

Aletta menerima uluran tangannya dan berdiri sambil menepuk-nepuk pantatnya, "Iya, gak papa," Aletta menatap orang itu dan terdiam. Baghiz!, batinnya.

"Oh iya kenalin gue Baghiz. Dari Tim Griya," Baghiz mengulurkan tangannya lagi. Kali ini untuk mengajak Aletta berkenalan. "Lo dari Tim Bamis, kan? Nama lo siapa?" Tanyanya ramah.

"Eh a-aku Aletta Nasya. Iya aku dari Tim Basmi, eh Bamis," Aletta memukul-mukul mulutnya, dasar bodo-dasar bodo, umpatnya dalam hati.

Baghiz tertawa, "Lo lucu, ya. Btw, lo main sekarang?"

"Iya," jawab Aletta pendek karena takut salah bicara lagi. "Aku permisi, ya," Aletta menganggukkan kepala sopan lalu pergi menuju lapangan.

Imut banget sih. Tipe gue banget, suara hati Baghiz.

Baghiz duduk di tribun di samping Nabil. "Biasanya abis main lo tidur. Kenapa kesini?" Nabil yang merasa aneh dengan sikap Baghiz memilih bertanya.

"Mau liat calon cewe gue main," Baghiz celingukan mencari keberadaan Aletta di lapangan.

"Hah, yang bener?" Nabil menatap Baghiz seolah tak percaya, "Yang mana coba?" Dia ikut celingukan mencari seseorang.

"Tuh!" Baghiz menunjuk Aletta yang sudah memasuki lapangan, "Pemain tunggal putri yang rambut pendek, dari Tim Bamis,"

"Lah, bukannya rival lo dari Tim Bamis juga?" Ghani yang ikut menatap Aletta akhirnya bersuara.

"Gak papa. Jadi, di Tim Bamis ada rival sekaligus calon pacar gue. Haha," Baghiz menyilangkan tangan di dada sambil tersenyum simpul.

Di lapangan, Aletta memandang ke arah tribun Tim Bamis. Semua anggota menyemangatinya, termasuk Sam. Dia mengepalkan tangannya lalu menyatukan kedua tangannya sampai berbentuk hati. Semangat sayang! Mungkin itu maksudnya.

Aletta tersenyum tipis. Tadi Sam menang melawan Baghiz. Sekarang dia juga harus menang, terlepas dari siapapun lawannya. Kakinya sudah tidak gemetar, digantikan semangat yang membara. Perjalanan mencapai cita-citanya baru dimulai.

Drrttt...drrttt.... Ponsel Baghiz bergetar tanda pesan masuk.

-Sam
Lo jangan liatin Aletta mulu! Dia punya gue!!

-Baghiz
Ya suka-suka gue lah. Mata-mata gue. Sok-sok an lu

-Sam
Lo suka gitu kalo kalah. Terimain aja lah ga usah pake rebut gebetan orang

-Baghiz
Lah baru gebetan udah sok. Sebelum janur kuning melengkung, ga ada salahnya buat nikung

-Sam
Katanya lo ga suka banyak omong. Itu lo ngetik panjang amat-_

-Baghiz
Serah gue lah. Orang gue yang ngetik

-Sam
Lo makin lama makin resek, sumpah.

-Baghiz
Mau tanding dimana? Gor deket rumah lo aja? Deal?

-Sam
Deal. Gue tunggu sepulang dari sini

"Mentang-mentang dia menang. Tadi gue cuma kecapean aja," Baghiz berbicara kepada dirinya sendiri.

"Siapa? Sam?" Ghani si biang gosip ikut nimrung.

Baghiz mengangguk. Dia menatap Aletta yang tersenyum senang karena memenangkan babak pertama. Melihat Aletta tersenyum, tanpa disadari Baghiz juga ikut tersenyum. "Dia manis," ucapnya pelan.

Ghani dan Nabil mengangguk setuju. "Semangat merebut calon ayang!" Ghani mengepalkan tangan memberi semangat. "Gue bakal selalu ngedukung lo karena lo udah nolak si cantik Emillia demi gue," sindirnya.

"Lo udah jadian sama Emillia?" Nabil mengernyitkan dahi.

"Baru otw. Doain aja," jawab Ghani tak acuh.

Nabil menggeleng mendengar jawaban Ghani. "Si stres itu mau bikin ulah,"

"Jangan gitu. Kita dukung aja biar dia seneng," Baghiz menepuk-nepuk pundak Nabil. Mereka berdua menatap Ghani yang sedang menyatukan kedua tangannya membentuk hati kepada Emillia.

●●●






My Letta (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang