7

54 50 51
                                    

Aletta membuka matanya ketika ia mendengar ponselnya bergetar. Hari ini libur latihan dan Aletta tidak punya kegiatan lain karena bukan jadwal nya mengajar les badminton. "Siapa sih yang gangguin se pagi ini," Aletta menggeliat dan segera memeriksa ponselnya.

-Baghiz
Gue di depan apartemen lo

-Aletta
Hah? Ngapain?

-Baghiz
Ngajak lari
Eh bukan ngajak sih. Lebih ke maksa

-Aletta
Ga ah. Aku masih mau tidur

-Baghiz
Gue dobrak pintu ini aja

-Aletta
Eh eh tunggu bentar. Iya aku keluar 5 menit lagi


Aletta keluar setelah mencuci muka dan menggosok gigi. Dia akan memaksakan kakinya untuk berlari. Baru kenal aja udah resek, batinnya kepada Baghiz. Tidak lupa Aletta juga membawa botol minum dan handuk kecil.

Baghiz tersenyum simpul melihat Aletta keluar apartemen. "Muka bantal lo lucu banget," ujarnya sambil mencubit pipi Aletta.

Pipi Aletta memanas. Tapi bukan karena cubitan Baghiz, padahal aku belum pantun tapi dia udah cakep, ucap aletta dalam hati. Segera ia menggelengkan kepala mengusir pikiran-pikiran aneh yang berkecamuk. "Ayo cepetan keburu siang," Aletta mengalihkan topik.

Mereka berlari menyusuri sungai di dekat apartemen Aletta. Area ini selalu ramai setiap hari libur. Banyak orang mampir kesini karena tempatnya indah dan hawanya sejuk. Sungainya pun bersih dan jernih karena sangat dijaga kebersihannya oleh warga sekitar. Kursi panjang berjejer di pinggiran sungai. Tidak ada pedagang disini, jadi pengunjung harus membawa makanan dari rumah.

Aletta menunjuk kursi panjang yang kosong. Setelah berlari cukup lama, ia dan Baghiz harus beristirahat sejenak. Mereka duduk bersisian menatap sungai dan burung di sekitarnya.

"Pemandangan di sini indah ya," Baghiz membuka botol air dan meminumnya. "Kayak lo," lanjutnya sambil menatap Aletta.

"Hah?" Aletta berpura-pura tidak mendengar.

"Untung Sam belum jadian sama lo, padahal dia demen banget ke lo"

Aletta tidak menanggapi ucapan Baghiz. Menurutnya, Baghiz dan Sam sama-sama orang baru yang penasaran dengan Aletta. Nanti juga kalo udah gak penasaran pasti ngejauh, batinnya.

"Tadi gue liat tukang bubur ayam. Sarapan dulu yuk," Baghiz menarik tangan Aletta agar berjalan beriringan dengannya.

Bubur tersisa setengah ketika Baghiz mengajak Aletta mengobrol. "Lo diem mulu dari tadi. Lagi sariawan? Atau lo gak suka sama gue?"

"Aku cape. Pengen pulang," Aletta memasang wajah memprihatinkan agar dikasihani Baghiz.

"Udah sarapan kita pulang," Baghiz tersenyum sambil mengusap pucuk kepala Aletta.

Ah sial, aku baper kalo diginiin mulu, ocehan Aletta di pikirannya. Tapi Baghiz bersikap biasa saja, seolah perlakuan seperti itu sudah tidak aneh baginya.

Baghiz mengantar Aletta pulang sampai depan pintu apartemennya. "Padahal sampe lobi juga gak papa," Aletta protes.

"Gak ah. Takut lo kesandung di jalan,"

"Kalo kesandung emang kenapa?" Tanya Aletta polos.

"Gue gak mau calon pacar gue lecet," goda Baghiz sampai membuat pipi Aletta panas dan merah merona.

Aletta memegang pipinya mencoba menetralisir rasa bergemuruh seperti banyak kupu-kupu terbang di perutnya. Baru diginiin aja udah baper, stay cool Aletta stay cool, pikiran Aletta terus mengajaknya berkelahi.

My Letta (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang