-Sam
Hai GheaIni Sam dari Bamis, lo punya nomor Raveena gak?
-Ghea
Ada. Tapi buat apa?-Sam
Gue ada perlu. Penting banget. Gue janji deh gak akan bilang Raveena kalo lo ngasih nomor nya ke gue-Ghea
Awas lo ya. JanjiRaveena
-Sam
Oke. Makasih-Ghea
Sama-sama"Gimana Sam? Dia bales gak?" Tanya Boy sambil mengintip ponsel Sam. "Oh bales ternyata," lanjutnya.
Sam segera menghubungi nomor Raveena. Beberapa kali nada dering tapi tetap tidak ada respon dari seberang. "Kayaknya dia matiin ponselnya,"
"Coba minta alamat Raveena aja ke temennya itu," saran Damar.
-Sam
Ghea, boleh minta alamat lengkap Raveena gak?Beruntungnya lagi, Ghea langsung membalas pesan dari Sam.
-Ghea
Buat apa?-Sam
Penting banget pokoknya. Tenang gue gak akan bilang-bilang kok-Ghea
Lo bisa dipercaya gak sih?-Sam
Bisa banget Ghea. Cepetan-Ghea
Apartemen Mekarsari. Lantai 3 No. 7-Sam
Makasih-Ghea
Sama-samaSetelah mendapat alamat lengkap Raveena, Sam dan kawan-kawan langsung berangkat tanpa ba bi bu. Beruntungnya Sam punya kawan-kawan yang setia seperti mereka. Walaupun tidak ada sangkut pautnya, mereka tetap menemani Sam menemui Raveena.
Damar mengendarai mobilnya sendiri, Sam di sampingnya menjadi guide sementara. Sedangkan di belakang, Restu, Boy dan Jon sedang merencanakan sesuatu—udah kayak detektif aja mereka.
"Woy! Kita bukan mau jadi detektif. Kita cuma mau nemuin Raveena. Itu aja," Sam kesal sendiri oleh tingkah temannya itu.
"Hey. Barangkali Raveena gak ada di rumah. Atau dia sembunyi di suatu tempat. Kita harus jadi detektif dulu kan, ya ges ya," jawab Boy.
"Iya dong," jawab Restu dan Jon serempak.
Sam dan Damar mengacuhkan mereka bertiga. Terserah mereka lah, yang penting tiga orang itu bahagia. Mungkin itu yang dipikirkan Sam dan Damar.
Sesampainya di apartemen Mekarsari, mereka berlima langsung naik ke lantai tiga dan mencari kamar 07. Tapi saat mereka baru keluar dari lift, mereka melihat sesosok laki-laki sedang berdiri gelisah di depan pintu sebuah kamar.
"Dari kejauhan kayak Baghiz. Itu kamar 07 bukan sih?" Damar menyelidik dari kejauhan.
"Ayo," Sam yang memimpin jalan.
Dugaan Damar benar sekali. Terlihaat Baghiz terus memencet tombol bel kamar 07 dan sesekali menatap ponselnya. Sepertinya dia sedang panik.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Letta (ON GOING)
Teen FictionJANGAN LUPA FOLLOW SEBELUM BACA Follow juga ig @cho_colatebubble Namaku Aletta Nasya. Mahasiswa yang lulus kuliah percepatan. Menyukai badminton sejak kecil. Bercita-cita menjadi atlet badminton di kala dewasa. Namanya Sam Emilliano. Mahasiswa naka...