14

55 54 112
                                    

"TAAA. LETTAAA,"

Merasa ada yang memanggil namanya, Aletta refleks menoleh dan mendapati Fazhia yang berlari ke arahnya. Aletta yang hendak menyeberang mengurungkan niatnya dan menghampiri Fazhia yang terengah-engah sambil memegang lututnya. "Kenapa?"

Saat itu, Aletta baru pulang dari rumah Sam. Karena tidak ingin merepotkan, Aletta memilih pulang sendiri daripada diantar Sam padahal Sam bersikeras ingin mengantarnya pulang.

Fazhia mengangkat lima jarinya memberi isyarat, tunggu dulu. Dia duduk di kursi yang tersedia di trotoar pinggir jalan, "Duduk dulu,". Aletta menghampirinya dan duduk di samping Fazhia. "Liat," Fazhia menyodorkan ponselnya dan memperlihatkan sebuah poto.

Di foto itu ada Baghiz dan Raveena yang sedang tertawa sambil menunjuk buku. Mereka duduk berhadapan di sebuah meja yang kosong. Di sekitarnya ramai orang yang sedang membaca, tapi sepertinya mereka asyik sendiri tertawa dan mengobrol.

"Raveena minta aku anter dia ke toko buku tapi aku gak bisa karena ada latihan bareng Sam. Jadi dia berangkat sama Baghiz," Aletta yang selalu berpikir positif menjelaskan masalah ini kepada Fazhia.

"Lo yakin dia gak deket sama Baghiz? Maksudnya lebih dari temen gitu?"

Mendapati pertanyaan seperti itu, Aletta tidak mengangguk atau menggeleng. Dia  menghela nafas berat, "Kalau dia beneran sayang sama aku, mau dia deket sama siapapun pasti bakal balik lagi ke aku. Tapi kalau nggak, ya gak papa. Masih banyak yang harus aku pikirin selain pacar,"

Mendengar perkataan Aletta barusan, Fazhia bertepuk tangan takjub. "Bener banget! Mending kita fokus latihan biar bisa masuk Tim nasional terus dapet uang banyak! Aku setuju,"

"Ayo pulang," Aletta berdiri diikuti Fazhia.

Saat ini, meskipun mereka masuk Tim yang bagus, tapi gaji mereka tidak sebesar gaji Umr di daerahnya. Jadi Aletta ingin bersungguh-sungguh berlatih agar bisa masuk Tim nasional, mengikuti turnamen internasional, dan mendapat gaji tinggi. Orang tua Aletta akan bangga jika Aletta bisa mengejar impiannya.

"Ta, gue nginep di apartemen lo ya. Please," Fazhia menyatukan kedua telapak tangannya tanda memohon.

"Boleh,"

"Yes! Gue telepon Syila ya," bergegas Fazhia mengeluarkan ponselnya dan menghubungi Syila agar mereka bisa menginap bersama.

Aletta tertawa bahagia mendapat teman yang baik dan pengertian seperti Fazhia dan Syila. Selain itu, mereka selalu bisa menghibur satu sama lain. Kehidupan kota terasa ringan jika dilalui bersama teman terbaik.

Sesampainya di apartemen Aletta, Fazhia menghamparkan karpet bulu di depan tv. Sedangkan Syila yang baru datang beberapa menit lalu menyiapkan   makanan dan menaruhnya di atas meja yang diletakkan di atas karpet. Aletta tentu saja memilih drama yang bagus untuk ditonton mereka semua.

Sepanjang malam dihabiskan dengan menonton drama sambil makan cemilan. Tidak lupa mereka menyeduh Ramyeon agar suasana semakin hangat. Tidak setiap hari mereka berkumpul seperti ini, jadi setiap ada waktu luang mereka akan berkumpul dan mematikan ponselnya agar tidak ada yang mengganggu.

Karena besok ada latihan badminton, jadi Aletta, Fazhia dan Syila hanya menonton sampai pukul 11 malam—biasanya sih sampe jam 1 atau 2 pagi. Mereka tidur di atas karpet tanpa memedulikan arah kepala dan kaki, yang penting tidur biar badan fit—pemikiran mereka bertiga sama. Untungnya kemarin Fazhia dan Syila sempat membawa barang-barang latihan.

Paginya, Aletta, Fazhia dan Syila berangkat bersama ke tempat latihan Tim Bamis.

●●●

My Letta (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang