12

39 33 56
                                    

Pagi yang cerah ini akan lebih cerah jika ditambah senyuman dari seseorang yang kita sukai, kata Baghiz dalam hati. Dia berjalan santai menuju tempat latihan. Matahari pagi menyiram rambut Baghiz yang basah karena baru mandi dong.

Pak Tarno bilang, latihan hari ini spesial karena ada anggota baru. Tapi menurut Baghiz tidak spesial karena kemarin Baghiz sudah bertemu anggota baru itu yang sekarang sedang berjalan di sampingnya.

Di perempatan dekat tempat latihan, Ghani dan Emillia bergabung bersama mereka. Tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut mereka. Kayaknya lagi sariawan deh.

Setibanya di tempat latihan, tidak banyak hal yang dilakukan selain bertanding acak. Menjelang turnamen memang seperti ini kebiasaan Pak Tarno. Memilih dan memilah orang-orang lewat pertandingan acak.

Sebelumnya Raveena memperkenalkan diri terlebih dahulu. Singkat, tapi melekat. Aseekkk. "Perkenalkan nama saya Raveena Anggia. Terima kasih," Hanya itu.

"Raveena, kamu bisa melawan Baghiz terlebih dahulu," Pak Tarno beranjak ke kursi wasit menunggu Baghiz dan Raveena bersiap-siap.

Anggota lain disuruh memperhatikan pertandingan Baghiz dan Raveena. Maksud pertandingan acak itu, Pak Tarno memilih siapa dan siapa yang akan bermain, lalu yang lainnya menonton sambil menunggu giliran bermain. Jadi, inilah keunggulan Pak Tarno, lebih selektif dalam memilih peserta turnamen.

"Katanya, Raveena atlet profesional. Tapi kok malah gabung dengan tim kita yang jelas-jelas buat ngelatih jadi atlet," Cantika menyuarakan isi hatinya.

"Kayaknya dia mau belajar lagi dari nol mungkin," Emillia yang selalu berpikiran positif menentang komentar Cantika.

"Kayaknya dia baik, deh," Kheyla si rendah hati ikutan berpendapat.

Sedangkan Nabil, Ghani, Candra dan Fauri menatap takjub Raveena. Si cantik itu tidak kesulitan menghadapi Baghiz yang notabene nya jagoan Tim Griya. Iyalah, atlet profesional yang udah turnamen internasional dong.

Di lapangan, Baghiz berusaha mati-matian mengejar skor yang tertinggal. Tidak terlalu jauh sih, tapi cukup untuk membuat dirinya kecapean. Bener-bener dah Aletta, ngirim yang kek ginian kesini, Baghiz membatin.

Pak Tarno heboh bertepuk tangan mendapat anggota sebaik Raveena. Membuat anggota lain terkaget-kaget melihat tingkahnya. "GOOD JOB RAVEENA! KERJA BAGUS,"

"Firasatku mengatakan, kita akan diceramahi," Ghea berbisik ke telinga Cantika.

Dan setelah Ghea berbicara seperti itu, dimulailah ceramah Pak Tarno. Tentang kerja keras, ketekunan, persatuan, dan semangat tim. Selalu tentang itu. Mungkin Pak Tarno belum punya bahan ceramah lain.

"Raveena, ayo makan siang," Emillia berinisiatif mengajak Raveena duluan setelah 3 pasang pemain selesai berlatih. Sisa 2 pasang lagi akan dilanjut setelah makan siang.

Raveena mengangguk mengiyakan, "Ayo," Emillia menggandeng tangan Raveena dan diikuti Cantika, Kheyla, dan Ghea. Mereka akan makan bersama di kantin.

"Raveena, kamu tinggal dimana?" Kheyla membuka percakapan.

"Di apartemen IndahJaya. Kamar 23,"

"Lah, kok. Ternyata kita satu apartemen ya," Cantika heboh sendiri. "Aku kamar 33,"

"Kalo gitu, gimana kalo kita makan-makan di apartemen aku? Sebagai ucapan selamat datang?" Raveena mempunyai ide agar mereka bisa semakin dekat dengannya.

"Wah, boleh juga tuh," Emillia dan Cantika setuju. Kheyla dan Ghea juga ikut setuju. Dilanjut dengan percakapan ringan lainnya sampai mereka selesai makan.

Sementara di meja cowok, Baghiz mendapat banyak pertanyaan tentang Raveena. Para buaya ini berlomba-lomba ingin mendekati Raveena.

"LO SEMUA DIEM! GUE CUMA TAU DIA ITU SODARA ALETTA! UDAH JANGAN NANYA GUE LAGI," Baghiz tersulut emosinya.

Nabil, Ghani, Candra, dan Fauri ber yaahhhh kecewa. Si Baghiz ini susah kalo diajak kompromi, mungkin ini maksud yaahhhh mereka.

●●●

Di perjalanan pulang, Raveena terus memaksa Baghiz untuk mengantarnya berbelanja. Karena nanti malam akan ada pesta makan-makan bersama tim cewek, Raveena harus membeli banyak makanan. "Ghiz, sebentar aja. Seriusan deh,"

"Gue mau jemput Aletta. Lo minta Nabil atau Candra atau Fauri gih," Baghiz malah terus berjalan menuju parkiran.

"Aletta gak usah dijemput. Kan ada Sam juga yang jaga dia disana,"

Baghiz terhenti. "Dia pacar gue. Bukan pacar Sam," ucap Baghiz sinis.

Tapi bukan Raveena kalau menyerah di tengah jalan. "Tetep aja. Bukan Sam kalo nyerah gitu aja. Dia pasti deketin Aletta lagi. Ayo anter aku,"

"Gamau. Gue mau jemput Aletta aja. Nanti dia disambet Sam lagi,"

Raveena kehabisan akal, ia menahan tangan Baghiz dan berbicara seperti ini, "Kamu tau gak? Aletta sebenarnya lebih suka Sam, dia itu cuma ngehargain kamu. Gak lebih,"

Baghiz menatap Raveena dari ujung matanya, tanda tidak percaya tapi takut apa yang diomongkan Raveena itu benar. "Lo tau darimana? Terus sejak kapan lo kenal Sam?"

"Aletta yang cerita. Tadi malem kan dia nginep di apartemen aku. Kita nonton drama sampe tengah malem," Raveena mencoba meyakinkan Baghiz, "Soal Sam, aku gak kenal dia. Aku tau dari cerita Aletta aja,"

"Sebentar," Baghiz mengetikkan sesuatu di ponselnya sebelum akhirnya mengiyakan permintaan Raveena. "Ayo,"

Merasa menang, Raveena tersenyum sinis. Mudah banget ya boongin kamu Ghiz, batinnya.

Perjalanan dari tempat latihan ke supermarket tidak lama, hanya sekitar 25 menit. Raveena memeluk erat Baghiz dari belakang. Kayak anak yang takut jatuh pas dibonceng pake motor. Tapi Baghiz tidak melepasnya, malah merasa nyaman dipeluk Raveena dari belakang.

Sesampainya di supermarket, Raveena menggandeng tangan Baghiz agar bisa berjalan bersama. Dan Baghiz juga tidak menolak, dia mengambil troli dan mendorongnya agar Raveena tidak kecapean.

"Ghiz, kamu mau es krim yang mana?" Raveena menyodorkan eskrim coklat dan strawberry kepada Baghiz.

"Ini," Baghiz mengambil yang rasa coklat. Jadi Raveena akan memakan rasa strawberry. "Eh tunggu! Aletta suka es krim coklat juga. Gue beliin satu buat dia," Baghiz beranjak mengambil es krim coklat lagi, tapi Raveena menahannya.

"Gak usah!" Baghiz keheranan, "Takutnya encer, nanti deh aku beliin buat Aletta," lanjut Raveena.

Hari semakin sore ketika Raveena dan Baghiz tiba di apartemen Raveena. Sengaja sekali Raveena meminta Baghiz membawa barang yang dibelinya. "Please, takut gak kebawa kalo sama aku sendiri," pinta Raveena manja.

Karena Baghiz orang yang tidak tegaan, akhirnya dia membawa semua belanjaan ke apartemen Raveena. Tapi ketika dia akan pamit setelah di depan pintu, Raveena mencegahnya. "Masuk dulu. Aku buatin kopi, atau teh? Atau jus?"

Dengan cepat Baghiz menolak tawaran Raveena, "Ngga makasih. Gue ada perlu,"

"Perlu apa? Aletta lagi?"

"Bukan urusan lo," ucap Baghiz sambil melengos pergi meninggalkan Raveena yang kesal sendiri.

Belanjaan yang berserakan di luar pintu segera Raveena bereskan. Ia juga mendadak bersih-bersih agar nanti teman yang datang bisa nyaman bersantai disini. "Aku juga pengen punya pacar. Awas aja kamu, Letta," Raveena mengeluarkan sumpah serapah khasnya.

●●●


Ternyata udah 1 lusin aku nulis cerita ini.

Gimana? Bosen gak?
Btw, untuk kritik dan saran jangan sungkan² buat disampein ke author. Aku bakal berterima kasih bgt buat yg ngasih masukan.

Aku ga janji bkal kapan up lagi, tpi kalo banyak yg dukung pasti secepetnya up next part.

Jangan lupa vote dan komennya.

Makasih readers ku yg budiman 🥰

My Letta (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang