13

58 58 137
                                    

Ponsel Aletta bergetar pelan ketika Aletta sedang beristirahat usai latihan badminton bersama Sam. Tadi pagi Pak Yudhi memerintahkan Aletta dan Sam untuk berlatih badminton karena mereka akan diikutsertakan dalam turnamen kecamatan sebagai ganda campuran. Karena ini turnamen kecil, jadi hanya Aletta dan Sam yang ditunjuk untuk bertanding. Saat ini kualitas permainan Aletta dan Sam yang terbaik diantara yang lain, jadi mereka dituntut lebih banyak latihan agar bisa bergabung bersama tim nasional.

-Baghiz
Ta
Aletta
Aku di depan apartemen kamu
Ta
Kok gak dibales sih?
ALETTA
Aku pulang lagi, malu diem disini, banyak yang liatin
Ta
Kamu lagi ngapain?

-Aletta
Maaf Baghiz, aku tadi latihan, jadi gak pegang ponsel
Sekali lagi maaf ya
Kamu mau apa ke apartemen aku?

Di sampingnya, Sam memandang Aletta yang terus mengetik tanpa henti. Si Baghiz posesif banget kayaknya, batinnya. "Letta, lo tunggu disini bentar. Gue mau beli minuman," ujar Sam sambil berlalu pergi.

Aletta menatap punggung Sam yang menjauh. Ia masih merasa bersalah karena lebih memilih Baghiz dibanding Sam. Padahal, Sam yang menemaninya lebih dulu. Aletta menghela nafas panjang. Akhir-akhir ini firasatnya selalu buruk terhadap Baghiz. Tapi Aletta berusaha mengusir semua firasat buruk itu.

Drrttt...drrttt... ponsel Aletta bergetar tanda ada pesan masuk.

-Baghiz
Loh bukannya sekarang bukan waktunya latihan? Kenapa mendadak?

-Aletta
Baru tadi pagi pemberitahuannya. Buat ikut turnamen kecamatan katanya

-Baghiz
Oh ya? Sama siapa latihannya?

-Aletta
Sam
Oh iya Ghiz, kemarin Raveena minta anter ke toko buku, tapi aku nya mendadak latihan. Kamu bisa gak temenin dia?

-Baghiz
Ini aku lagi di toko buku sama Raveena

Aletta tercengang membaca balasan dari Baghiz. Ternyata mereka lebih akrab dari yang Aletta kira. Tapi Aletta tidak punya pikiran negatif kepada mereka berdua karena Aletta percaya kalau Raveena dan Baghiz itu orang baik.

"Nih," Sam menyodorkan minuman isotonik kepada Aletta. "Sibuk banget pacaran sampe lupa minum," Sam menggerutu.

"Makasih," Aletta tersenyum sambil menepuk-nepuk kursi kosong di sampingnya, "minumnya sambil duduk, Sam,"

Sam menurut dan duduk di samping Aletta. Hening beberapa saat sebelum akhirnya Sam memulai percakapan. "Ta, kapan-kapan main ke rumah gue lagi. Mama pengen ketemu,"

"Iya?" Aletta menatap Sam tidak percaya, "Mama kamu pengen ketemu aku? Kenapa?"

"Gue gatau. Tanyain Mama aja,"

"Kapan-kapan aku kesana,"

"Nanti aja sepulang latihan. Gue gak bakal bilang-bilang Baghiz. Jadi lo bakal aman," Sam mengacungkan kelingkingnya tanda ia bersungguh-sungguh dengan ucapannya, "Janji,"

Aletta terlihat berpikir sebentar sebelum akhirnya "Oke. Janji," sambil mengaitkan kelingkingnya ke kelingking  Sam. "Ayo lanjut latihan,"

Suasana gor yang dingin dan sepi membuat latihan terasa nyaman. Tanpa ada teriakan dari teman-teman dan pelatih, latihan kali ini berjalan mulus tanpa hambatan—kayak jalan tol haha.

My Letta (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang