Chapter 34

33 3 0
                                    

Setelah bertemu dengan Claire, Dara tak punya kegiatan lain dan dia pun memutuskan untuk menemui Alex yang menurut seorang polisi wanita tengah sibuk dan jika ingin menemuinya harus menunggu sampai jam makan siang. Tapi ternyata Dara tak perlu menunggu selama itu, kurang dari sepuluh menit setelah Dara menunggunya, Alex sudah muncul.

"Kamu bolos lagi ya?" Alex langsung menebak, Dara memasang cengiran lebarnya.

"Wah keren banget, bisa tahu saya bolos, cenayang ya?" 

"Cenayang palamu, jelas-jelas ini tuh masih jam sebelas siang dan kamu sudah ada di sini di hari sekolah, jadi kalau bukan bolos apalagi namanya," kata Alex sambil berjalan keluar dari lobi kantor polisi, Dara berjalan di sisinya.

"Iya deh ngaku, saya bolos. Tapi emangnya kenapa, itukan hak saya."

"Hadeuh Dara, terserah kamulah. Saya ngalah."

Dara terkekeh melihat bagaimana dengan mudahnya Alex mengalah beradu argumen dengannya, hal ini memperlihatkan dengan jelas bahwa Alex sangat lelah. "Ngomong-ngomong, kita mau kemana?" 

"Mau ketemu Pak Toby, sekalian jenguk anak dia di rumah sakit, tapi eh kenapa kamu bilang kita?"

"Ya kan saya lagi bolos terus gak ada kerjaan jadi gak papalah ikut sama kamu," Dara mengatakan kalimatnya tanpa rasa malu sedikitpun.

Alex hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya tak habis pikir. Dia tahu dirinya tak bisa menolak keinginan Dara.

"Ngomong-ngomong Dara, saya udah lama pengen nanyain ini ke kamu, rencana kamu selanjutnya apa?" tanya Alex ketika mobilnya baru saja berbaur dengan kendaraan lain setelah keluar dari pelataran parkiran kantor polisi.

"Rencana apa maksudnya?"

"Kan semuanya udah tahu kalau bukan kamu pembunuh Reanna jadi itu berarti orang tuamu juga udah dong, nah kamu rencananya mau balik ke rumah lagi atau enggak?"

"Balik ke rumah orang tua saya itu rasanya seperti kembali ke kebun binatang, tau gak? Saya bakal dikekang kehidupannya dan dipaksa untuk melakukan semua hal yang mereka pengenin. Aneh kalau saya bilang saya benci mereka karena ingat mereka adalah keluarga saya, tapi normalnya ketika kita diperlakukan buruk oleh seseorang maka kita bakal benci dong sama orang itu," kata Dara. "Dan ya, saya gak mau tinggal sama orang yang saya benci."

Alex menoleh menatap Dara untuk beberapa saat dan melihat raut wajah gadis itu datar, tak ada guratan kemarahan atau kekecewaan yang dapat ia temukan. 

"Jadi kamu mau tinggal sama saya terus-terusan?" tanya Alex yang telah kembali fokus ke jalan.

"Gak kok, tenang aja, saya ada rencana mau pindah tempat tinggal. Lebih tepatnya pindah kota tempat tinggal." 

Tiba-tiba suara ban berdecit terdengar dan Dara terdorong ke arah depan menabrak dashboard. Kepalanya terbentur cukup keras hingga Dara mau tak mau mengaduh kesakitan karenanya. 

"Kamu serius Dara?!" Suara Alex melengking, dia bahkan tidak perduli dengan Dara yang masih menggosok-gosok dahinya karena sakit. "Demi apa?! Untuk apa kamu pindah tempat tinggal?!"

"Duh suara kamu volumenya kecilin dong, gak usah teriak-teriak juga saya denger!" Dara berseru kesal. "Bukannya minta maaf malah teriak-teriak."

"Ya gimana saya gak teriak-teriak, saya ini lagi kaget loh!" Volume suara Alex tetap tinggi.

"Kaget, kaget aja gak usah teriak!" 

Suara klakson menyahuti teriakan suara lantang Dara seolah kesal karenanya. Tapi bukan itu sebenarnya yang terjadi, klakson itu muncul sebagai bentuk protes karena Alex tiba-tiba menghentikan mobilnya sehingga mobil lain di belakangnya terpaksa nge-rem mendadak dan seperti Dara tadi, mereka terbentur di dashboard. Alex pun kembali memacu mobilnya.

"Terus, kamu mau pindah kemana?" Kali ini, nada suara Alex terdengar lebih lembut daripada tadi.

"Pindah kemana aja yang penting jauh dari keluarga saya."

"Berarti kamu juga mau pindah sekolah?"

Tubuh Dara luruh ke sandaran mobil. Tangannya kini bersedekap di depan dada. "Ya gitu deh."

"Gimana caranya mau pindah kalau kamu lagi marahan sama orang tua, bukannya harus ada persetujuan wali ya?"

"Kamu kan ada, bisa dong jadi wali saya." 

"Becanda kamu, gak bisa gitulah."

"Ya kalau gak bisa, saya gak usah sekolah lagi."

Alex benar-benar tak mengerti dengan Dara, selama ini dia mengenal Dara sebagai sosok yang ambisius, tapi melihatnya pasrah seperti sekarang ini sifat ambisius itu sepertinya telah hilang.

𝐅𝐥𝐨𝐰𝐞𝐫 𝐢𝐧 𝐭𝐡𝐞 𝐛𝐥𝐨𝐨𝐝 TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang