Chapter 33

32 3 0
                                    

[Breaking news]

"Kematian dari seorang siswa yang baru-baru ini menggemparkan kini telah menemui titik terang. Pelaku dari pembunuhan tersebut telah ditemukan. Pelaku berinisial RM ternyata merupakan kekasih dari korban sendiri. Motif dibalik pembunuhan diketahui adalah karena pelaku marah pada korban yang telah membohonginya tentang pekerjaannya yang sebenarnya.

Korban yang menurut informasi bekerja sebagai seorang pekerja seks komersial di sebuah kelab malam selama kurang lebih setengah tahun diduga dipaksa untuk menjalani pekerjaan tersebut oleh kakak kandungnya atas paksaan sang kekasih.

Hal ini sangatlah miris, mengingat kekasih dan kakak korban adalah sosok yang begitu korban percayai …."

Tedy sedang asyik menonton berita tentang Reanna ketika mejanya digebrak oleh seseorang. Wajah Dara yang datar ditemuinya ketika cowok itu mendongak. "Apa lo?"

"Nih." Dara meletakkan sebuah makalah bersampul biru di atas meja. "Makalahnya udah jadi, bayar sekarang."

Dengan terburu-buru, Tedy meraih makalah itu dan memeriksanya bolak-balik. Makalah itu adalah tentang materi prakarya yang kemarin baru saja diberikannya untuk Dara, tapi Tedy begitu heran, bagaimana Dara bisa menyelesaikan makalah tersebut secepat ini. Tedy pikir makalah itu baru akan selesai tiga hari lagi atau paling lambat sehari sebelum mata pelajaran prakarya datang.

"Lo nyewa orang ya buat nyelesain makalah ini?" tanya Tedy, penuh kecurigaan.

"Sembarangan!" Dara berseru kesal tanpa lupa memukul meja. "Gue ngerjain makalah ini sendiri, bukan nyewa-nyewa orang. Lo kan tahu gue pinter."

Kalimat penuh kesombongan Dara membuat Tedy menjulurkan lidahnya seolah hendak muntah. "Yaudah, berapaan ini?"

"20 ribu."

"Apa?!" Tedy berteriak keras dan berdiri dari duduknya. Ditatapnya wajah Dara yang tetap datar dengan raut wajah cengo. "Jangan bercanda deh lo, ini makalah isinya kurang dari sepuluh lembar dan lo bilang biayanya 20 ribu. Apa masuk akal?"

"Masuk akal dong," jawab Dara santai. "Gue nih ya kerja keras buat tugas ini bahkan sampai gak tidur cuman buat nyelesainnya."

Ucapan Dara mau tak mau Tedy harus mempercayai lantaran dirinya mengingat fakta bahwa baru kemarin tugas itu ia beritahukan pada Dara. Dengan terpaksa Tedy merogoh kantong baju seragamnya lalu mengeluarkan uang lima puluh ribu. Diberikannya uang itu pada Dara lalu berkata, "Kembaliannya."

Dara mendengus lalu ikut-ikutan merogoh kantong baju seragamnya. Sehari-hari Dara memang selalu membawa banyak uang receh sehingga, ketika berada dalam situasi seperti sekarang ini dengan mudah dia dapat mengatasinya. Dara memberikan uang tiga puluh ribu pada Tedy lalu uang lima puluh yang kini telah menjadi miliknya ia masukkan ke dalam kantong seragam. Setelah itu, dia berniat untuk kembali ke mejanya, tapi tiba-tiba Tedy berkata, "Maafin gue ya Dar. Gue salah tentang lo selama ini. Gue pikir lo ngebunuh Reanna ternyata enggak."

Untuk sepersekian detik Dara pikir dirinya tengah bermimpi. Tedy meminta maaf? Bagi Dara itu adalah sebuah hal mustahil yang hanya akan terjadi dalam mimpi. "L-lo …."

Tedy tak membiarkan Dara menyelesaikan ucapannya karena kemudian dia kembali berucap, "Gue nonton berita dan udah tahu siapa pembunuh Reanna sebenarnya, jadi maafin gue ya Dar."

Terdengar begitu mudah mengatakan hal tersebut, entah kenapa Dara malah merasa kesal Tedy meminta maaf. Pasalnya, jika mengingat bagaimana dulu Tedy mengatainya pembunuh, saat itu Tedy begitu percaya diri mengatakannya, seolah-olah apa yang dikatakannya adalah sesuatu yang benar. 

Dan kini, dia meminta maaf dengan begitu mudahnya, baru setelah menonton berita di YouTube. Dara tak tahu harus mengatakan apa. Dirinya bingung, selama ini dia tidak pernah mendengar seseorang meminta maaf padanya sehingga untuk menanggapinya Dara bingung. Akhirnya, tanpa mengatakan apapun untuk Tedy, Dara pergi dari hadapan cowok itu. Dia keluar dari kelas tanpa menghiraukan panggilan Tedy berkali-kali.

Di koridor, Dara menemui banyak siswa yang menatapnya aneh. Bukan tatapan kebencian melainkan tatapan seperti ketika Dara melihat seorang pengemis, kasihan. Karena itulah hal ini aneh karena sangat jarang teman-teman sekolahnya menatap Dara seperti itu. Biasanya, Dara akan di tatap dengan tatapan penuh permusuhan seolah Dara adalah narapidana.

Semua itu karena berita tentang penangkapan Ricky yang telah menyebar dengan cepat. Para siswa yang semula mengira Dara adalah pembunuh Reanna kini malah merasa sedih untuk Dara karena dulu dia telah dituduh yang tidak-tidak. Tak hanya itu, kini sebagian siswa malah membenci Reanna setelah mengetahui pekerjaan sebenarnya dari gadis itu. Hal ini akan lucu bagi Dara, karena sejak lama Reanna tidak pernah mendapatkan kebencian dari teman-teman sekolahnya kecuali mungkin Dara sendiri, dan sekarang hal itu terjadi setelah gadis itu meninggal, Dara kembali dibuat bingung, apakah dia harus bahagia atau tidak. Bahagia karena Reanna yang baik hati nan mempesona tak lagi dikagumi dan sedih karena hal ini terjadi setelah dia seharusnya telah tenang di alam sana.

*****

Untuk kali kedua dalam hidupnya, Dara bolos sekolah. Dia bertandang ke kantor polisi, bukan untuk menemui Alex, tapi menemui Claire. Selain menangkap Ricky, polisi juga telah menangkap Claire dan kekasihnya Rony karena dianggap telah mengeksploitasi Reanna. Apa yang mereka lakukan ini digolongkan dalam eksploitasi anak di bawah umur secara ekonomi. 

Jika sebelumnya Dara hanya bertemu Claire dalam seragam sekolah maka kini dia merasa beruntung karena dapat melihat gadis itu mengenakan pakaian lain selain seragam SMA berwarna orange khas seorang terpidana. 

"Gimana kabar lo?" Sekedar basa-basi dari Dara.

"Gak liat lo nih ya, mata gue udah kayak mata panda, kagak bisa tidur di sini, anjir." Claire menunjuk bagian bawah matanya yang menghitam.

"Salah sendiri neng. Kalau lo gak pengaruhin si Rony gak bakal kayak gini kejadiannya."

"Yayaya semua aja salah gue. Kalau lo dateng kesini cuma buat ngingetin gue tentang itu gue kasih tahu ya kalau gue udah tahu dan lebih baik lo pergi sekarang."

"Gue dateng kesini bukan buat gitu, gue dateng kesini karena pengen lihat kondisi lo."

Dibalik pembatas Dara melihat Claire mencebikkan bibirnya seolah tak percaya dengan ucapan Dara barusan. "Boong lu!"

"Serius anjir. Gue juga mau nanya sesuatu sama lo."

"Apaan?" Alis Claire terangkat sebelah.

"Ini tentang orang tua lo, lo masih punya atau enggak?"

Sikap jutek Claire seketika berubah mendengar pertanyaan Dara. Perasaan Claire saat itu juga diliputi oleh perasaan yang telah lama ia tak pernah lagi rasakan. "Maksud lo nanya kayak gini apaan?"

"Gue gak ada maksud apa-apa. Cuma pengen tahu aja."

"Gue masih punya."

"Mereka tahu lo di penjara sekarang?"

"Enggak."

"Lo mau gue kasih tahu mereka?"

"Eh, jangan … maksud gue gak usah. Mereka gak perlu tahu gue di sini, please Dara." Claire memelas. Dia tak memberitahukan kepada orang tuanya bahwa dia tengah di penjara dan oleh karena itu dia juga tak ingin orang lain memberitahu orang tuanya tentang masalahnya ini. "Mereka udah sibuk sama keluarga mereka, Dar. Kalau tahu gue di penjara bukannya nyemangatin gue mereka bakal malah ngata-ngatain gue. Masalah gue udah cukup banyak, jadi please jangan ditambahin lagi."

Claire pikir Dara akan menolak permintaannya dan berakhir dengan membawa kedua orang tuanya ke penjara ini untuk menemuinya, tapi Claire salah, dengan mudahnya Dara mengangguk mengiyakan kemudian berkata, "Kalau itu mau lo. Tapi gue mau nanya satu hal lagi sama lo."

Diliputi perasaan tenang karena setidaknya Dara telah berjanji tak akan membawa kedua orang tuanya, Claire segera mengangguk. "Ya, apa?"

"Makanan kesukaan lo apaan?"

Kepala Claire mundur beberapa senti mendengar pertanyaan Dara yang di luar dugaan. "Mau apa lo sama makanan kesukaan gue?" tanya Claire sambil terkikik geli.

"Gak papa sih, mau tahu aja. Makanan kesukaan lo apaan, cepetan bilang."

"Gue suka makan apa aja yang penting gratis."

Sepertinya bukan hanya Claire yang suka makanan jenis seperti itu, Dara juga. Bagi Dara hal ini lucu dan karena itulah dia tertawa, dan karena melihat Dara tertawa Claire ikut-ikutan tertawa, dan jadilah dua perempuan itu tertawa terbahak-bahak sampai jam kunjungan Dara berakhir dan mereka pun berpisah.

****

𝐅𝐥𝐨𝐰𝐞𝐫 𝐢𝐧 𝐭𝐡𝐞 𝐛𝐥𝐨𝐨𝐝 TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang