Chapter 16: Gonjang ganjing

51 5 2
                                    

Sementara Alex sibuk mengawasi Dara, di lain tempat lebih tepatnya di rumahnya Reanna, sang kakak Rony terlihat asyik teleponan dengan seseorang di dekat kolam renang. Mereka membicarakan banyak hal, salah satunya adalah tentang kedatangan Alex dan Dara di rumah Reanna beberapa waktu lalu.

"Iya sih cewek itu emang kelihatan sok gitu. Pantesan Reanna gak suka," kata Rony menanggapi ucapan si penelepon.

"Ahahaha… emang, di sekolah banyak banget yang gak suka sama dia karena sifatnya itu, tapi untung aja dia gak ngebahas tentang Reanna yang jadi pelacur walaupun itu agak aneh sih menurutku."

"Aneh kenapa?"

"Ya aneh aja sih, masa dia gak ngasih tahu pihak keluarga fakta sebesar ini, tapi ini juga bagus."

"Bagusnya kenapa?" Rony berjalan menuju bangku di dekat kolam renang dan membaringkan tubuhnya di sana, tatapannya lurus mengarah ke langit yang malam ini disinari begitu banyak bintang.

"Bagus, karena mungkin aja mereka belum menyelidiki tentang gimana si Reanna bisa kecemplung kerjaan gak benar," kata si penelepon yang membuat Rony tersenyum senang. "Kalau mereka sampai tahu bisa-bisa kita dianggap udah mengeksploitasi anak dibawah umur."

"Tenang, sayang. Mereka gak akan pernah tahu siapa yang udah nyuruh Reanna jadi pelacur kalau kamu dan aku tetap tutup mulut. Lagian Reanna juga udah mati dan gak ada lagi yang bisa mgebocorin rahasia kita."

Keduanya tertawa bersama. Kematian Reanna memanglah sedikit banyaknya membawa kebahagiaan bagi beberapa orang.

*****

Dara sedang menghitung. Menghitung berapa kali dia telah masuk ke ruang BK (Bimbingan konseling). Pertama kali dia masuk ke ruangan itu jika dihitung waktunya kurang dari seminggu lalu dan penyebabnya jelas, dia disangka membunuh teman sekelasnya sendiri, dan kini untuk yang kedua kalinya dia kembali dipanggil untuk alasan berbeda namun dengan alasan yang lebih konyol.

"Ibu, tahu kamu pasti gak nyaman dengan topik ini Dara, tapi Ibu cuman pengen memastikan aja apakah yang tengah dibicarakan teman-teman kamu itu benar adanya atau tidak," kata Ibu Ratna selaku guru BK.

Sebuah gonjang ganjing telah menyebar, dan penyebab dari semua itu adalah karena kedatangan Kinan kemarin yang tanpa tahu aturan membicarakan tentang Dara yang terlihat di club bersama seorang om-om alias Alex. Dimulai oleh Tedy yang berada di TKP, maka gonjang ganjing pun dimulai. Dia menyebarkan sebuah rumor yang ditambahi bumbu penyedap sehingga selain dianggap pembunuh, kini, Dara juga dianggap sebagai seorang pelacur.

"Saya gak kayak gitu Bu. Saya ke club untuk sebuah urusan penting, tapi pentingnya gimana saya belum bisa cerita."

"Ibu sangat percaya pada kamu Dara. Saya kenal kamu sejak kelas sepuluh. Percayalah, saya menanyai kamu seperti ini hanya karena sekolah ingin memastikan bahwa nama baiknya tetap terjaga."

Nama baik adalah alasan Dara berada di ruang BK kini. Sekolahnya begitu perduli terkait nama baik–semua sekolah juga deh kayaknya–sehingga tidak akan membiarkan sebuah rumor buruk menyebar. Terlebih lagi itu terkait dengan salah satu siswa cerdas mereka.

"Ibu cuman harus menutup mulut siswa sekolah ini Bu, supaya mereka gak ngomong macem-macem tentang saya tanpa bukti konkret!" kata Dara. "Jatohnya mereka semua kayak tukang fitnah kalau kayak gini."

"Ibu tahu Dara, tapi tidak ada bukti yang memperkuat pernyataan kamu, nak."

"Saya gak bisa ngasih Ibu bukti sekarang, tapi percaya sama saya Bu, cepat atau lambat semuanya bakal tahu yang sebenarnya bahkan tanpa perlu bukti sama sekali. Percaya sama saya Bu."

Bu Ratna mengangguk mengiyakan. Wanita itu setidaknya lebih baik dari siapapun yang ada di sekolah ini, dia mempercayai Dara sepenuhnya bukan hanya karena Dara adalah siswa yang cerdas, tapi juga karena dia tahu sebenarnya gadis yang baik hanya saja dia agak judes.

Bagai dejavu, ketika keluar dari ruang BK, Dara melihat begitu banyak teman-temannya yang berdiri mengelilinginya. Perasaan yang dulu Dara rasakan ketika orang-orang mengatakannya sebagai pembunuh dan hari ini menganggapnya sebagai pelacur sama saja, Dara tetap ingin menertawakan mereka karena telah percaya pada rumor tak benar.

"Padahal dia pinter, tapi kok bisa mau ya jadi lonte."

"Kasian banget orang tuanya punya anak kayak Dara."

"Pinter doang, tapi ternyata lonte."

"Udah bunuh anak orang, sekarang ketahuan jadi lonte. Ini polisi kerjanya apaan sih kol ini anak gak ditangkep aja. Jijik gue."

"Yang jahat bakal kelihatan juga nantinya, kayak Dara ini."

Ya, yang jahat akan terlihat juga pada akhirnya. Siapa yang jahat hanya Tuhanlah yang tahu, tapi untuk Dara, dia yakin pada dirinya sendiri bahwa dia tidak termasuk dalam golongan itu.

*****

Seperti biasa, selain waktu istirahat, waktu pulang juga menempati urutan teratas sebagai waktu paling disukai dan dinanti-nantikan oleh para siswa siswi di sekolah karena dengan begitu mereka akan segera meninggalkan kesibukan di sekolah dan beralih ke kehidupan normal mereka di rumah atau di manapun mereka tinggal. Hari ini pun sama, bagi Dara terutama waktu pulang bagai penyelamat karena dengan begitu dirinya bisa melarikan diri dari banyaknya ucapan-ucapan buruk yang menyakiti hatinya.

Berbelok ke kiri seperti biasa, Dara berjalan lurus sambil menunggu angkutan umum yang lewat. Jalan ini adalah jalan yang selama beberapa hari terakhir Dara lewati untuk sampai ke rumah Alex. Padahal biasanya, dia akan berbelok kanan dari gerbang sekolah selama masih tinggal bersama kedua orang tuanya. Sebenarnya jarak rumah Alex dari sekolah lebih jauh daripada rumah orang tua Dara, tapi Dara sekali lagi tak punya pilihan, jika ia kembali ke rumah dia pasti hanya akan dimarahi dan diejek.

Dara melanjutkan langkahnya tanpa memikirkan apapun lagi, tapi tiba-tiba dia melihat sesuatu yang aneh di seberang jalan. Sebuah warung tempat makan yang kini penuh sesak oleh kehadiran para siswa laki-laki berseragam SMP. Sebagian duduk di bangku yang tersedia untuk makan sambil bercakap-cakap dan merokok, sedangkan sebagiannya lagi duduk di atas motor membelakangi Dara.

Dara tak mengenali anak-anak itu sebagian besar, tapi empat di antaranya Dara kenal karena mereka kerap kali datang ke rumahnya. Ke empat orang itu duduk di bangku menghadap jalan, tengah berbicara dengan seseorang yang duduk di atas motor memakai sebuah jaket denim bertuliskan FUCK di bagian pundaknya. Tanpa perlu melihat wajah sang pemilik jaket denim itu, Dara sudah tahu siapa laki-laki itu. Tak lain dan tak bukan ialah Radit.

Emosi Dara langsung naik melihat adiknya tersebut. Radit adalah penyebab dari semua kekacauan yang Dara harus hadapi hari ini. Mulai dari dikatai pelachr cilik, lonte, gak berguna, dan masih banyak lagi lainnya ucapan buruk yang Dara terima. Jika Radit tidak mengatakan apa-apa pada Kinan maka teman-teman Dara tidak ada akan salah paham. Setidaknya julukan Dara sebagai pembunuh tak akan bertambah menjadi pelacur cilik atau apapun yang berhubungan dengan pelacur.

Dara berjongkok dan meraih sebuah batu. Digenggamnya dengan erat batu tersebut, lalu dia berdiri. Dara mengamati lamat-lamat warung tongkrongan di mana Radit berada kemudian perlahan-lahan mengayunkan tangannya yang terkepal berisi batu ke depan dan ke belakang, setelah yakin, Dara melempar batu menggunakan seluruh kekuatan yang ia miliki hingga batu itu mengenai tepat bagian kap depan motor Radit dan menimbulkan suara retak.

Semua orang di warung menyadari lemparan batu tersebut, begitu juga Radit yang langsung berdiri karena kaget. Dia mengamati daerah sekitar sebelum akhirnya tatapannya yang penuh dengan kemarahan bertemu dengan tatapan Dara yang mengejek.

Dara menjulurkan lidahnya dan menggerakkan kepalanya ke kiri dan ke kanan membuat Radit benar-benar naik pitam. Keinginannya saat itu hanyalah satu, dan itu adalah menampar wajah Dara hingga memerah atau menarik rambut gadis itu hingga botak. Namun sayang, karena adanya jarak yang cukup jauh di antara mereka, belum sempat Radit menunaikan kekesalannya, Dara sudah berlari dan menghilang di kejauhan. Radit akhirnya hanya bisa menendang motornya sendiri guna melampiaskan emosinya pada Dara sambil menggerutu.

"Sial, sial, sial!"

*****
🤣

𝐅𝐥𝐨𝐰𝐞𝐫 𝐢𝐧 𝐭𝐡𝐞 𝐛𝐥𝐨𝐨𝐝 TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang