Chapter 2 - Keluarga

1.4K 38 1
                                    

"BREAKING NEWS, Selasa pukul 8 pagi di daerah Madukarto terjadi gempa yang diketahui berasal dari lau jawa yang menyebabkan tsunami dan menenggelamkan separuh kota Madukarto. Diketahui korban berjatuhan sangat banyak dan masih banyak lagi yang belum ditemukan. Untuk mengetahui update selanjutnya mengenai bencana Madukarto silahkan ikuti berita kami di web dan app kami......" berita di TV yang terdengar pagi itu.

Mata Audrian terasa berat, badannya terasa sakit sekali dan ingatan yang samar-samar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mata Audrian terasa berat, badannya terasa sakit sekali dan ingatan yang samar-samar. Audrian dalam proses sadarkan diri dari pingsan yang dialaminya. Perlahan Audrian membuka mata dan mencoba mengingat apa yang terjadi. Yang bisa dia lihat hanyalah seorang perempuan dewasa dan laki-laki yang berdiri disampingnya dengan samar-samar.

"Mah ?" rintih Audrian mencoba untuk berbicara.

"Eh, Audrian kamu udah bangun. Ini bibi Amanda nak."

"Oh, bibi. Aku dimana ini bibi, dirumah sakit ? dimana papa sama mama ?" Tanya Audrian.

Ternyata yang duduk menunggunya adalah bibinya sendiri yaitu bibi Amanda dan suaminya paman Maxine yang diketahui mereka tinggal di kota besar di utara, yaitu di kota Anderon. Kota besar yang sangat maju.

Setelah Audrian menanyakan pertanyaannya mereka berdua terdiam sebentar. Lalu bibinya yang memberanikan diri menjawab pertanyaannya

"Iya Audrian, kamu di rumah sakit sekarang, kamu pingsan selama 2 hari setelah kejadian tsunami kemarin. Lalu orang tuamu...." bibinya belum selesai menyelesaikan pembicaraan dan Audrian bisa melihat dari matanya berkaca-kaca saat berbicara kepada Audrian dengan air mata keluar perlahan dari matanya.

"Orang tua kamu....." kembali diulangnya kata-kata itu hingga dia menangis tidak kuat menahanya.

"Aku tidak kuat memberitahunya Max." kata bibinya sambil terisak tangisan ke pamannya, lalu dia duduk di sofa di ruang rawat ini.

"Papa mama kenapa paman ?" tanya Audrian sedikit kebingunan ke pamannya

"Aku sangat menyesal Audrian, dan juga kami akan selalu ada disisimu." henti pamannya dengan melirik ke bibinya, lalu kembali melirik Audrian langsung ke matanya dengan tatapan sedih.

"Orang tuamu tidak selamat dalam bencana kemarin." KRAKKKKKKK kata-kata itu langsung membuat hati Audrian hancur berkeping-keping hingga dia terdiam dan tidak bisa berkata-kata selama beberapa saat

"Itu tidak mungkin, mereka sedang bertelepon denganku, dan mereka berkata baik-baik saja, setelah itu... setelah ituu..." Tatapannya Audrian kosong dan tidak tahu harus berkata apalagi dengan meneteskan air mata dan melihat kebawah

"Maafkan kami Audrian, kami sudah meminta tolong tim SAR untuk mencari mereka, dan mereka menemukan Andre dan Tantrum sudah.... sudah tidak.... bernyawa." kata pamannya dengan bersedih

"Tidak mungkin, itu tidak mungkin paman." Teriak Audrian ke pamannya, dengan air mata terus melinang dari matanya.

Bibi Audrian bangun dari duduknya dan mencoba menenangkannya dengan menggenggam tangan serta memeluknya dengan hangat.

Audrian / AudreyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang