_________________________________________
Dringggggg dringgggggg
Suara nyaring yang berasal dari jam weker berbentuk kodok itu sungguh sangat memekik telinga, Seakan sewaktu-waktu bisa mengamuk apabila sang si empu pemilik belum juga membuka kelopak matanya.
Terdengar dengusan kecil dari si empu yang terbaring tak beraturan diranjang ditemani dengan beberapa sampah Snack dan minuman kaleng. Satu kata yang menggambarkan kondisi kamarnya saat ini BERANTAKAN.
Tangan jenjangnya mencoba meraih jam weker yang dengan berani-beraninya mengganggu acara tidur cantiknya dihari Minggu seperti ini. Dan dengan tanpa perasaan ia melempar jam weker itu kesembarang arah hingga menimbulkan suara yang cukup keras lalu tangannya beralih mengelap pipinya yang terasa basah karna air liurnya.
kamarnya terlihat remang-remang dengan sinar mentari yang nampak seperti memaksakan cahayanya masuk melalui jendela kaca yang gordennya sedikit tersingkap.
Beberapa menit berlalu tubuh kurus itu belum memperlihatkan tanda-tanda ingin bangun. Ia masih terlelap didalam mimpinya yang indah. Tapi tidurnya sedikit terganggu karna ia merasa ada seseorang yang memperhatikannya saat ini.
"Perlukah hamba yang hina ini membangunkan tuan putri dengan seember air?"
Suara itu, Suara yang menghiasi hari-hari membosankannya selama 17 tahun ini. Suara paling menyebalkan didunia ini.
Dengan posisi yang sama ia tidak berniat menjawab pertanyaan yang tidak bermutu itu anggap saja kicauan burung dipagi hari.
"Ah dengan terpaksa sepertinya hamba perlu melakukan itu karna sepertinya tuan putri kita sedang terjebak didalam mimpinya."
Sebelum kaki orang itu melangkah keluar mengambil sesuatu untuk melakukan rencananya dengan gerakan empat lima gadis itu bangun lalu melemparkan bantal guling tepat kearahnya.
Bagus, Tepat sesuai target.
Tanpa mengeluarkan suara dua orang berjenis kelamin berbeda itu saling melemparkan tatapan tajam seakan tatapan itu bisa menghunus satu sama lain, Suasana semakin tegang tatkala lelaki yang sedari tadi berdiri dengan sabar mulai bersedekap dada siap mengeluarkan senjatanya.
"Perlu kalau gua aduin ke bapak anak gadisnya jam segini belum bangun?"
"Terserah, Emang gua peduli?"
"Lo ada masalah apa sih sama gua, Satu hari saja biarin gua tenang."Sambungnya kesal
Oke, Sekarang ia sudah berada ditahap jenuh dengan kelakuan saudara beda bangsanya, Ia sendiri bangsa manusia sedangkan sosok didepannya bangsa setan yang tidak akan membiarkannya tenang.
"Kalau bicara itu yang sopan, Mau gimana pun gua abang lo." Dia berbicara sambil melangkah menggeser gorden dan membiarkan cahaya matahari mengenai kulitnya yang tampak putih pucat.
Sedangkan gadis yang masih duduk diatas kasur itu berdecih, Sopan katanya? Kalau modelan setengah manusia setengah jelmaan setan bagaimana dia bisa sopan.
"Berisik, Emang lo pernah sopan sama gua hah?!" Sarkasnya tidak terima
Masuk kedalam kamarnya tanpa izin itu sopan? Walaupun saudara tapi ia juga butuh privasi, Mengusir teman-temannya yang berkunjung itu juga termasuk dalam bagian sopan?
Mengingat perlakuan abangnya selama ini yang terbilang jauh dari kata sopan sungguh membuat nya jengkel.
"Gua hari ini mau berangkat ke Paris, Dan lo bakal ikut ngantarin gua ke bandara." Tuturnya sambil menatap kolam renang tepat dibawah sana
KAMU SEDANG MEMBACA
Please, Just kill me
Fantasy"Tidak ada yang dapat dipercaya didunia ini sekalipun itu dirimu sendiri." _ "Katakan pada tuhan, Gua terpontang-panting menyeimbangi takdir yang dia berikan." Dania Khumairah, Gadis ceria yang terkenal mudah naik pitam itu harus merasakan kehidupa...