27. Bagian dua puluh tujuh

1.2K 147 90
                                    

"Raya, Kamu kemana aja beberapa hari ini?"

Ia menoleh dengan pandangan tidak minat untuk menjawab, Kejadian semalam terus menerus membayangi pikirannya mulai dari ia membuka kelopak mata hingga kini. Katakan padanya bahwa itu hanyalah mimpi karena sewaktu membuka mata ia sudah berada didalam kamarnya dan anehnya bi muna mangatakan kalau semalam Arlan tidak berada dirumah.

Terus kejadian semalam? Berarti mimpi!

"Raya kamu baik-baik saja?"

Raya merungut dalam hati menoleh sekilas kearah gadis berkepang dua dengan kacamata bulatnya, Gadis culun ini sungguh sangat menganggu. Dirinya sekarang hanya butuh ketenangan untuk merilekskan pikirannya.

"Bisa ngga diam dulu, Gua lagi ngga mood." Ucapnya lalu mengalihkan pandangan keluar jendela samping kursinya. Ia  menghela nafas pelan sembari memijit pelipisnya, Kenapa? Kenapa jadi seperti ini?

Gadis yang sedari tadi hanya menunduk diam itu mendekat dan duduk disamping Raya, "Kamu kalau ada masalah, Cerita aja sama Via." Ucapnya pelan diikuti dengan tangannya yang membetulkan letak kacamatanya

Raya berdiri dengan perasaan jengkel, Apa gadis disampingnya tidak mengerti bahasa manusia? Dan kenapa dia bersikap seolah-olah mereka sangatlah akrab, Sangat menyebalkan. Tanpa mengeluarkan suara Raya menepis bahu Sovia dan berjalan keluar dari dalam kelas, Ia hanya butuh ketenangan tanpa ada bacotan seseorang yang terdengar ditelinganya.

Kakinya ia bawa melangkah kemana saja tanpa ada tujuan. Berjalan tak tentu arah seperti ini lebih menenangkan dari pada duduk didalam kelas yang ramainya melebihi kebun binatang, Sangat berisik dan menganggu.

Ia berhenti dan terdiam dengan waktu yang cukup lama menatap tanpa kedip laki-laki dengan almamater osis yang berdiri menghadap tidak jauh dari posisinya. Tubuhnya seketika kaku, Mimpi semalam sangat berefek pada dirinya dan membuatnya seolah merasakan sesak nafas. Tangannya bergerak meremas roknya sembari menutup mata mencoba menormalkan dirinya kemudian setelah dirasa cukup tenang ia berbalik.

"Tunggu."

Raya berhenti dengan tangan yang mengepal, Apa? Kenapa ia harus menunggu? Tak tahukah dia bahwa dirinya hampir mati dengan keadaan berdiri sekarang?

"Ada yang mau saya bicarakan."

Sebuah tangan menariknya tanpa permisi dan membawanya ke ruangan yang sama pada hari itu, Raya hanya diam ketika pintu dikunci dari dalam. Dirinya bahkan tidak meronta sedikitpun, Ini bukan pasrah melainkan ia sama sekali tidak bisa mengeluarkan suaranya dan sialnya tubuhnya seolah sudah diambil alih

Anying anying

Seseorang dengan almamater osis itu terlihat duduk terlebih dahulu diatas sopa, Dia menyilangkan kakinya dengan tangan yang bersedekap seperti seorang bos. Pandangannya datar tanpa mengeluarkan ekspresi apapun. Raya sendiri hanya berdiri tegak dengan mulut yang tertutup sempurna kemudian setelah sadar dengan posisinya ia mengedipkan-ngedipkan matanya merasa otaknya sudah di refresh kebentuk semula

"L-lo ada perlu apa sama gua?" Tanyanya sedikit terbata karena jujur saja jantungnya sekarang sedang berdisko mengeluarkan deguban kencang yang sungguh sangat menggangu keberaniannya. Ini bukan deguban cinta ingat! Ini adalah reaksi normal untuk orang-orang yang merasa dirinya terancam.

"Soal semalam, Jangan sampai bocor ketelinga orang." Dia berucap dengan nada yang tenang. Kaki panjangnya terlihat diturunkan dari posisi menyilang tapi masih dengan tangan yang bersedekap. Aura kepemimpinan dan dominannya seolah-olah menyinarinya seperti mengatakan 'Apa yang kau bisa tanpaku'

Raya menggeleng kepala, Kali ini fokusnya benar-benar berkurang. Ia menarik ludahnya susah payah dari tenggorokannya lalu menatap orang didepannya dengan perasaan campur aduk antara takut dan marah. Jangan katakan ini berlebihan karena semasa hidupnya baru kali ini ia berhadapan dengan manusia biadab seperti Arlan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 10 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Please, Just kill meTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang