25. Bagian dua puluh lima

842 103 29
                                    

Hallo guys kembalii lagi bersamaaa akuu😊
Maaf yaa baru update 💗

_

"Apa nona sudah siap?"

Raya membalikkan tubuhnya menatap pria paruh baya yang ditugaskan untuk menjemputnya hari ini, Setelah dua minggu lebih dirinya terkurung di ruangan suntuk ini akhirnya dokter memperbolehkannya pulang karena kesehatannya juga sudah lumayan membaik walaupun sesekali kepalanya masih terasa nyeri.

Arlan, Setelah kejadian waktu itu dia tidak pernah menunjukkan batang hidungnya lagi dan sialnya ia sangat menikmati hari-harinya tanpa kehadiran sosok menyebalkan itu

Kakinya berjalan mendahului, Ia berjalan santai melewati lorong-lorong rumah sakit yang terlihat lumayan panjang. Hari ini, Suasananya terlihat lebih tenang dari sebelum-sebelumnya. Orang yang lalu-lalang pun hanya satu dua yang terlihat

Matanya yang bulat menatap karangan bunga yang berjejer di depan sana, Entah apa yang terjadi dan itu membuat jiwa keponya meronta-ronta.

Raya melewati ruangan VIP yang didepannya terdapat beberapa karangan bunga bertuliskan kata-kata bela sungkawa, Dan matanya langsung membulat tatkala menyadari fhoto seseorang yang dikelilingi karangan bunga itu adalah orang yang dikenalnya

"Langit." Gumamnya masih memandangi seseorang yang tersenyum dibalik figura itu. Ia terdiam dengan tubuh yang terasa kaku, Entah kenapa matanya sangat panas menerima fakta ini. Pantas saja beberapa hari belakangan ini ia tidak pernah melihat langit lagi, Kondisinya pasti drop dan ia tidak mengetahui itu

"Apa nona baik-baik saja?"

Raya menghapus air matanya yang tiba-tiba keluar, Mengangguk kecil lalu tanpa aba-aba berlari ke depan menuju tempat resepsionis, Setidaknya ia harus hadir di pemakaman langit sebagai teman.

"Pasien atas nama langit, Apa suster tau alamatnya dimana?" Tanya Raya menatap penuh harap suster yang berdiri dibalik meja resepsionis, Degub jantungnya terasa  tidak karuan menunggu jawaban

Suster itu terlihat mengangguk "Langit Wirantajaya pasien pengidap leukimia yang merupakan anak tunggal dari kepala rumah sakit ini?"

Raya diam beberapa detik lalu langsung menganggukkan kepalanya

"Apa adek temannya?"

Raya mengangguk lagi. Suster itu terlihat mengambil pulpen dan buku kecil kemudian menuliskan sesuatu lalu menyodorkannya kearah Raya, Ia menerimanya dengan cepat lalu membalikkan tubuhnya menatap pria paruh baya yang tengah menjinjing dua tas dikedua tangannya

"Pak, kita kesini dulu." Ucap Raya memperlihatkan alamat yang dituliskan suster itu untuknya

____

Suasana langit yang terlihat mendung serta suara isakan wanita paruh baya didepan sana membuat hati Raya teriris, Ia berdiri agak jauh dari posisi sepasang suami-isteri itu. Rasanya ia ingin menghampiri dan menangisi sosok dibawah tanah itu, Tapi ia urungkan ketika melihat betapa terpuruknya dua orang didepan sana, Tangisan mereka menandakan betapa pilunya mereka kehilangan sosok yang akhirnya setelah sekian lama berjuang pada hari ini dia menyerah dan meninggalkan orang-orang yang masih sangat membutuhkan kehadirannya

Air matanya mengalir deras ketika mengingat penyakit yang mendera langit selama sepuluh tahun ini

"Lo udah hebat banget udah bisa bertahan sejauh ini." Lirih Raya membiarkan air matanya mengalir deras dikedua pipinya tanpa ada niatan untuk menghapusnya

Please, Just kill meTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang