13.Bagian tiga belas

1.1K 82 2
                                    


"Sudah puas membolosnya?"

Raya mengangkat kepalanya menatap lurus kedepan dengan keadaan mematung ditempat, ia sangat amat kenal dengan seseorang pemilik suara rendah ini

Raya mengatur nafasnya, entah kenapa jantungnya terasa mau copot mengetahui orang yang paling dibencinya berada tepat dibelakangnya. kenapa manusia setengah iblis ini menemukannya?

Memejamkan mata perlahan lalu membukanya kembali, Raya berdiri lalu berbalik menatap seseorang yang masih mengenakan almamater osis itu, Sorot matanya terlihat dingin ketika menatapnya

Dengan mata yang sembab raya menatap tidak suka. Hubungan kakak-adek mereka tadi pagi sudah berakhir. Jadi ia tidak punya urusan lagi dengan iblis didepannya

Tanpa mengeluarkan sepatah katapun, raya melangkahkan kakinya meninggalkan arlan. Terlalu membuang tenaga untuk berhadapan dengan laki-laki itu. Ia lebih memilih diam walaupun dalam hatinya ingin memaki-makinya lalu meludahinya sangking  bencinya yang sudah mendarah daging

"Kadang dengan sikapmu yang seperti ini, kau terlihat seperti orang lain."

Raya berhenti lalu mengepalkan kedua tangannya, Iya benar, dirinya adalah orang lain. Apakah dengan mengaku seperti itu arlan akan berhenti berbuat seenaknya kepadanya? Atau dia malah dilemparkan ke rumah sakit jiwa?

Mendengus pelan, ia sama sekali tidak bisa menebak isi pikiran keji milik arlan. Tidak perlu memusingkan itu raya kembali melangkahkan kakinya tapi berhenti tiba-tiba ketika dua orang berseragam hitam menghalangi jalannya seolah ingin mengepungnya

Raya memejamkan matanya menahan amarah yang ingin meledak,"Minggir, Gua mau lewat." Tuturnya masih mencoba bersabar

Orang ini maunya apa sih batinnya

Dibelakangnya Arlan sudah berdiri dengan tangan yang dimasukkan kedalam saku celana, Benar. Posisinya sekarang seperti di kepung

"Lo mau apa sih, HAH??" Raya berteriak tepat didepan Arlan. Bodo amat dia mau mau marah atau mau menenggelamkannya kedalam danau itu dirinya tidak peduli

Ini yang paling Raya tidak suka dari sosok Arlan, Selain tidak punya hati dia juga sangat irit bicara kepadanya, Lelaki itu hanya diam mematung menatapnya dingin tanpa merespon perkataannya.

Raya tersenyum getir ditempatnya

"Ayo berdamai, Dan anggap saja kita tidak pernah ada ikatan apapun. Mari menjalani kehidupan masing-masing sebagai orang asing." Ucap raya pelan sembari menatap mata tajam itu

Tidak ada yang lebih indah selain berdamai dan saling memaafkan

Tidak ada jawaban yang raya dapatkan, Ia menunduk menahan rasa kesal.

"Hahahahahaha"

Raya mengangkat kepalanya ketika mendengar suara tawa menyeramkan dari orang didepannya. dirinya menatapnya bingung dengan bulu kuduk yang terasa merinding

Arlan tersenyum remeh, "Lucu sekali, Belum genap satu hari saja kau sudah kelihatan tidak bisa hidup tanpaku." Ucapnya menatap raya dari atas sampai bawah

Raya mengepalkan kedua tangannya, Hidungnya kembang kempis mendengar penuturan Arlan, Ada dan tidaknya iblis itu dirinya masih bisa hidup bahkan melebihi pikiran arlan yang mengatakan dia raya tidak bisa hidup tanpanya

Cihh kebohongan yang sangat amat menjijikan! batinnya

Raya mendongak menantang, "Gua Anaraya, tidak akan bergantung kepada siapapun, termasuk lo." Ucapnya sinis lalu membalikkan badannya menubruk bahu kanan-kiri dua bodyguard milik arlan.

Please, Just kill meTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang