15. Bagian Lima belas

1K 88 5
                                    

Sovia meremas ujung kotak kue yang dia bawa, Perasaan senang dan gugup menjadi satu ketika dia sudah dihadapkan dengan sosok tinggi yang kini tengah duduk sambil membaca buku, Entah buku apa yang dia baca yang pasti itu bukanlah buku pelajaran.

Dia berulang kali membetulkan kaca matanya, Sudah hampir 5 menit dia berdiri bak patung menatap Arlan dengan diam.

Sovia menarik nafas perlahan dan membuangnya lalu dengan perasaan gugup dia membawa kakinya lebih dekat ke arah sosok yang belum menyadari kehadirannya itu, "Umm, Kak Arlan. Ini via bawa kue buat kakak." Dengan senyum tulus sovia menyodorkan kotak kuenya ke depan Arlan berharap dengan senang hati lelaki itu mau menerimanya

Arlan terdiam lalu menutup buku tebal yang dia baca, Dia mendongak sedikit dengan tangan yang bersedekap dada menatap datar Sovia yang kini menundukkan kepalanya sambil meremas jemarinya

"Duduk." Perintahnya

Dengan cepat Sovia mendudukkan bokongnya di kursi kosong sebelah Arlan, Kotak kue yang dia bawa sengaja dia letakkan di pangkuannya karena Arlan belum menerimanya

"Ngapain kesini?" Tanya Arlan pelan

Sovia meremas jari-jarinya, Bukankah tadi sudah jelas? Dirinya membawa kue untuk Arlan, Itu saja. "V-via bawain kue ini buat kakak." Sekali lagi Sovia memperlihatkan kotak kue yang dia bawa

Arlan mengangguk kecil dengan tampang datar, Membuka kembali buku ditangannya  tidak peduli dengan kehadiran gadis itu

Sovia yang merasa dirinya di cuekin menghela nafas dan bibirnya spontan cemberut "Kak.." Panggilnya

"Saya alergi kue." Ucapnya tidak mengalihkan pandangan dari buku yang dia pegang

Sovia menunduk merasa bersalah, Dia sama sekali tidak tau kalau Arlan mempunyai alergi pada kue, Dia merutuki kebodohannya sendiri. "Maafkan via kak, Via ngga tau." Cicitnya

Setelah percakapan singkat itu, Beberapa menit suasananya hanya dihiasi keheningan. Sovia, Gadis itu sendiri bergerak ketika dia ingin membetulkan kaca matanya selebihnya dia hanya diam menatap lurus ke depan bak pengawal yang setia menemani.

Dari lantai atas terlihat sosok berbaju kaos pink dengan celana pendek warna putih menertawai kedua orang di bawah sana. Ia sedari tadi duduk menatap kedua orang itu sambil makan buah, Tangannya gatal untuk tidak mengejutkan mereka dengan melemparkan kursi dari atas sini.

"RAYAAAA, SINII!"

Raya membulatkan matanya, Gadis culun itu ternyata sudah menyadari keberadaannya. Raya menggeleng kepala lalu menatap Arlan yang kini juga menatapnya. Di bawah sana sovia terlihat heboh dengan melambai-lambaikan tangannya memintanya untuk turun

Dengan gaya sombong, Raya membalikkan tubuhnya memasuki kamarnya dan meninggalkan balkon. Yang benar saja, Dirinya harus turun dan bergabung bersama dua orang aneh itu? Amit-amit.

"Raya kenapa yaa? Apa dia banyak kerjaan ya kak?" Tanya sovia setelah menatap kepergian Raya

Arlan diam dengan dahi yang sedikit mengerut, Lalu mengedipkan bahu acuh pelan tidak peduli

"Kasian ya, Dia harus kerja di hari libur."
Ucapnya lagi, Sepertinya dia sudah memiliki topik pembicaraan yang menarik

"Maksud?"

"Raya bukannya kerja disini kak? Dia sendiri yang bilang tadi sama via."

Arlan berdecih dalam hati, Kerja disini? Huh?

Arlan berdiri dari posisi duduknya, menatap ke arah sovia sekilas dan menyuruh gadis itu untuk pulang

"Yaudah deh kak, Via pulang dulu. Tapi bisa ngga? Kue ini di kasih ke raya nanti. Dia pasti ngga pernah makan kue kayak gini." Ucap via memberikan kotak kue itu kepada Arlan

"Bawa pulang, Dia ngga suka kue seperti itu." Setelah mengatakan itu, Arlan meninggalkan Sovia dengan kotak kuenya
itu

Sovia terdiam lalu menatap kuenya, Kalau di hitung-hitung kue yang dia bawa ini terbilang sangat mahal, Tidak mungkin raya pernah mencobanya.

______

"Ambilkan Air putih."

Raya yang baru turun dari tangga spontan berhenti lalu menatap sekitar, Ini sudah jam 9 malam dan dibawah sini ia cuman mendapati Arlan yang tengah duduk di sopa sambil memainkan ponselnya

Raya acuh dan kembali berjalan menuju dapur, Menganggap lelaki itu tembus pandang dan tidak ada adalah cara bertahan hidup yang dirinya terapkan dirumah ini

"Saya bilang ambilkan air."

Kakinya hendak melangkah lagi ke atas tapi terhenti ketika mendengar suara dingin itu lagi, Raya berbalik dan menarik nafasnya penuh dengan kesabaran, "Lo nyuruh gua?" Tanyanya sambil menunjuk dirinya sendiri

Arlan terlihat meletakkan ponselnya ke meja kaca di depannya, Menatap lurus ke arah raya dengan tatapan datar, "Ambilkan air." Perintahnya lagi

Raya memejamkan matanya, Rasanya ia ingin membunuhnya dan memberikan daging-dagingnya ke kucing jalanan supaya dia bermanfaat sedikit

Tanpa ada bantahan raya membalikkan tubuhnya lagi ke arah dapur, Mengambil air sesuai dengan perintah maharaja iblis

Didepan meja pantry sebuah ide licik muncul di otak cerdasnya, Dengan tertawa jahat raya menampung air kran di tempat pencucian piring ke gelas berwarna putih yang ia pegang lalu dengan tampang tak berdosa ia berjalan dengan biasa sambil membawa gelas berisi air kran itu

Dengan gerakan pelan, Raya meletakkan gelas itu di meja kaca depan Arlan.

"Silahkan di minum." Ucapnya manis tapi tidak sesuai dengan ekspresi kesal yang sengaja ia tunjukkan

Arlan tanpa mengeluarkan suara mengambil gelas itu dan meminumnya hingga kandas tak tersisa. Sedangkan sosok yang berdiri dengan baju tidur gambar kodok itu mencoba menahan senyum kemenangannya

Hahahah, Yap benar habiskan hingga kandas kalau perlu gelasnya sekalian kau telan.

"Ambilkan buah."

Raya hendak berbalik lagi, Tapi lagi-lagi perintah tuan besar membuatnya berhenti kembali. Raya mengepal kedua telapak tangannya ingin meninju kepala orang didepannya. Menarik nafas lagi lalu berbalik ke arah dapur, Jadilah gadis yang manis dan baik hati sekarang.

"Sialan emang tuh cowok, Mentang-mentang ini rumahnya jadi seenak jidatnya buat nyuruh-nyuruh gua."
Gerutu raya sambil memukul-mukul udara dengan pisau yang ia pegang, Persetan dengan gadis manis dan baik hati dirinya sangat amat kesal.

Dari arah dapur  terlihat Raya yang membawa piring berisikan beberapa jenis buah yang sudah di kupas, Ia berjalan dengan kaki yang sengaja dihentak-hentakkan, "Ini semua orang pada kemana sih? gua udah kayak pembantu disini." Gumamnya

Dengan agak kasar Raya meletakkan piring berisikan buah itu di depan Arlan. Sekarang apa lagi? Jangan bilang dia mau di suapi lagi, Kalau emang iya, Raya siap. Siap membunuhnya!

"Suapi."

Raya menganga tidak percaya, Menatap kesal ke arah samping sambil menyiapkan ancang-ancang untuk membunuh cowok tidak tau diri itu

"Lo di kasih hati minta jantung ya? Ngga sekalian lo minta semuanya." Tuturnya.
Ia anaraya akan membunuhnya dengan kata-kata pedasnya

"Lo mau apalagi hah? Mau gua kunyah lagi itu buah biar lo gampang nelennya?"

Arlan diam dengan posisi bersedekap dada menatap Raya dengan segala unek-uneknya yang keluar dari mulut kecilnya. Terdengar decihan kecil yang keluar dari mulut Arlan

"Bukankah ini tugasmu? Kau bekerja disini." Ucap Arlan

Raya terdiam dengan pandangan horor, Mulutnya yang tadi komat-kamit mendadak tertutup memikirkan perkataan Arlan

Soviaa anyingg!!

bersambung.......

Lanjut gak nihh

Please, Just kill meTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang