11.Bagian sebelas

1.5K 99 6
                                    

"Non raya, apa ngga sebaiknya non libur dulu satu hari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Non raya, apa ngga sebaiknya non libur dulu satu hari. takutnya nanti luka dikepala non raya sama yang diperut tambah parah."
Ucap bi muna dengan nada lembut

Raya yang sedang mengenakan sepatu ke kakinya menatap bi muna dan menggeleng kepala pelan, berada dalam rumah yang lebih seperti penjara ini satu hari full? Amit-amit dah, ia tidak akan mau

"Selagi aku masih bisa bernafas nih bi, pantang yang namanya libur ke sekolah, soalnya pendidikan sepenting itu dimataku." Ucapnya terdengar seperti orang yang selalu mendapatkan juara umum disekolah

"Cih." Seseorang dari arah belakang mendahuluinya dan sepertinya dia mendengar ucapan anak bangsa cinta pendidikan tadi

Raya berdiri dan menatap punggung kokoh itu dengan tajam, Rasanya ia ingin mencabik-cabiknya sampai sang si empu pemilik punggung kesakitan, merintih-rintih tidak berdaya dan bersujud minta maaf kepadanya. Membayangkannya saja membuat raya puas kegirangan, kapan mereka ganti posisi? ia ingin menjadi tokoh penindas

"Yaudah bi, raya berangkat dulu. anak teladan sepertiku ngga boleh terlambat."

"Loh non, non tidak sarapan?" Tanya bik muna

Raya menggeleng lalu matanya mengarah ke sosok yang tengah duduk dimeja makan sambil menikmati sarapan didepannya

Tentang sarapannya kemaren pagi, ia masih sangat dendam dan ingin protes serta memaki-maki arlan tapi dirinya urungkan, Pagi yang cerah ini nanti akan berubah menjadi mendung dibuatnya 

Dengan acuh raya melangkahkan kakinya keluar dari rumah yang tidak pernah dibacakan ayat suci itu. Tatkala berada diluar aura kebebasan seperti menantinya

Raya menatap kagum para pekerja yang sibuk dengan kerjaannya masing-masing, tidak ada yang bercerita ataupun sekedar ingin bertegur sapa semua berada di posisinya masing-masing

Buset dah njir, ini mah melebihi kediaman presiden

Melihat banyaknya orang-orang berseragam hitam berdiri lurus bak patung disekitar rumah merupakan bagian dari kenyataan yang membuat gelang-gelang kepala. Raya beralih menandai satu persatu wajah mereka mencari seseorang yang kemarin mengantarnya ke sekolah

"Tidak ada yang boleh mengantarnya."

Suara menyebalkan itu lagi, raya berbalik dan menatap arlan yang sudah rapi dengan seragam sekolahnya. lelaki itu berdiri lurus dengan menenteng tas ransel dibahu kanannya

Raya menatap datar tidak suka, iblis berstatus ketua osis ini tidak henti-hentinya ingin menindasnya sampai ke akar-akar, tidak tanggung-tanggung sekarang dirinya tidak diperbolehkan menggunakan fasilitas keluarganya sendiri

"Gua ngga mau."

Terkutuklah mulutnya, Kalimat yang seharusnya ia simpan didalam hatinya itu malah keluar menantang seseorang didepannya. sungguh ini diluar kendalinya

Please, Just kill meTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang