10.Bagian sepuluh

1.4K 88 1
                                    

Sungguh raya tidak bohong saat mengatakan kalau rumah yang sekarang ia masuki lebih menyeramkan dari pada berada diluar, Lampu besar yang biasa menerangi dalam rumah kini sengaja dimatikan menyisahkan lampu-lampu kecil yang hanya memiliki cahaya remang-remang, Raya sempat berpikiran apakah iblis itu takut tagihan listrik banyak sehingga lampunya harus dimatikan?

Suasananya pun terlihat sepi dan horor, para pekerja yang biasanya mondar-mandir disini pasti sudah mengistirahatkan tubuhnya masing-masing

Raya semakin dibuat miris karenanya, apakah benar-benar tidak ada orang yang mempedulikannya atau mencarinya? ia disini sebagai putri keluarga ini lho? Setidaknya mereka akan cemas apabila terjadi sesuatu kepadanya apalagi ini sudah sangat malam

"Terkutuklah kalian semua, gua sumpahin saat buang air besar kotoran kalian keras." Ucapnya penuh dendam dengan kekesalan yang sudah diujung batas

Kakinya melangkah perlahan menuju kamarnya yang berada dilantai dua, tapi berhenti tiba-tiba tatkala ia melihat sosok tinggi dekat vas mewah berukuran besar tidak jauh dari tangga menuju lantai dua

Raya memicingkan matanya, itu adalah sosok iblis penghuni rumah ini. sial sekali hidupnya harus bersitatap dengan manusia biadap itu. Acuh tak acuh raya berjalan seakan tidak peduli akan keberadaan arlan, anggap saja itu patung hias ataupun penampakan yang tembus pandang

Baru beberapa langkah ia melewati arlan, rasanya bulu kuduknya meremang

"Fiks sih dia pengguna ilmu hitam, makannya auranya semerinding ini." Gumamnya pelan sambil mengusap tengkuknya

Satu langkah lagi kakinya akan menaiki tangga sebelum sosok tinggi bermata tajam dibelakangnya mengeluarkan suaranya yang serak-serak menyeramkan

"Keluar."

Raya menarik nafasnya sembari mengepalkan tangannya yang dingin, ia menahan diri untuk tidak langsung membungkam mulut itu dengan kepalan tangannya

"Kubilang keluar." Ucapnya lagi kali ini terdengar datar dan tidak mau dibantah

Raya membalikkan badannya menatap arlan dengan raut wajah yang memerah karna menahan amarah bercampur tangis

"Kenapa?" Dengan berani raya mendongakkan kepalanya menatap muka yang ingin sekali ia cakar-cakar dengan kuku lentiknya itu

Tolong berikan padanya sebuah alasan kenapa dirinya harus keluar lagi setelah melalui perjalanan panjang kesini, Kalau ujung-ujungnya tidak diperbolehkan masuk lebih baik ia tidak usah balik lagi kesini sekalian, sepertinya menjadi anak jalanan adalah pilihan yang tepat untuk posisinya saat ini

Beberapa menit raya setia menunggu jawaban yang keluar dari mulut itu tapi tak kunjung terbuka dan memberikannya alasan yang masuk akal

Raya mengalihkan pandanganya dengan mata yang berkaca-kaca, ia sangat lelah ditambah lagi perutnya dari tadi pagi belum terisi apa-apa

"Gua ngga tau seberapa dalam kebencian lo ke gua, tapi dibalik itu lo harus ingat gua adek lo, saudara lo bangsat!" Teriak raya dengan suara yang terdengar tertahan karna kali ini ia sudah tidak mampu membendung air matanya lagi, hidungnya kembang kempis dengan air mata yang terus bercucuran dari kedua bola matanya

Arlan dengan tampang yang lebih menyeramkan mulai mendekatinya, raya mundur takut kalau tiba-tiba arlan mencekiknya

"Saudara? Adek? hahahahahah."

Raya meneguk air liurnya mendengar suara tertawa yang terdengar dipaksakan itu, apakah bentar lagi tangan besar itu akan segera meregut nyawanya? kalau iya, silahkan saja dirinya akan mendongak memberikan lehernya untuk dicekik sekarang juga

Please, Just kill meTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang