"Nyamuk, Tadi dipunggungnya ada nyamuk."
Ucapan yang terdengar datar itu membuat Raya mendengus kasar, Orang gila mana yang akan menampar nyamuk dengan sebuah vas? Tangan kecil Raya memegang pergelangan tangan Langit, Ia mendongak menatap mata sayu itu. "Ayo keluar, pasti sudah memar." Ucapnya lalu hendak memutar kursi rodanya meninggalkan ruangan yang diisi iblis yang tidak berprikemanusiaan itu
Pranggg
Mereka berdua terkejut, Spontan menoleh dan menatap pecahan gelas yang tepat berada disamping kursi roda milik Raya, Ia memejamkan matanya mencoba bersabar dengan kelakuan biadab sosok tinggi dibelakangnya. "Ngga usah hiraukan, Ayo." Ajak raya menatap Langit yang terlihat terheran-heran tidak mengerti
Langit hanya mengangguk lalu tangannya hendak membuka handle pintu tapi kembali terhenti tatkala gelas kedua dilemparkan kearah kakinya sehingga pecahannya membuat kakinya sedikit tergores dan mengeluarkan darah segar
"Kamu gila?" Kali ini Langit bersuara, Dia menatap tidak habis pikir laki-laki yang terlihat jauh lebih tinggi darinya itu. Langit menurunkan tubuhnya sejajar dengan Raya lalu memegang kedua lengan gadis itu, "Ayo pergi dari sini, Kayaknya dia mempunyai penyakit mental." Tutur Langit dengan tampang yang serius
"Dia emang ngga waras." Balas raya menatap sinis seseorang yang mengeluarkan auranya yang suram dibelakang sana, Tatapannya yang tajam seolah-olah ingin mencabik-cabik mereka berdua.
Raya dan Langit mendadak terdiam ketika sosok yang sedari tadi diam mematung itu bergerak menuju kearah mereka, Mukanya yang terlihat datar dan tidak mengeluarkan emosi apapun sungguh membuat Raya was-was. Takut-takut tangan panjang itu menghempaskan tubuhnya dan Langit kedinding
Tangan kurusnya mendorong bahu langit mengisyaratkan supaya dia meninggalkan ruangan ini segera, Sepertinya mereka berdua berhasil memancing iblis dari dalam diri Arlan, "Plis buruan keluar." Bisik Raya. Ia tidak mau di bayang-bayangi rasa bersalah karena mengorbankan seseorang lagi, Seperti Agra.
Gelengan kepala yang ditunjukkan langit membuat Raya mendengus dan mengumpati sosok langit yang ternyata keras kepala, Dia belum tau seberapa menyeramkannya orang yang berhadapan dengan mereka ini. Dengan kehendaknya mereka berdua bisa saja terbanting-banting diruangan ini tanpa ada seorang pun yang tau
Mata Raya membola ketika langit berdiri seperti ingin menantang Arlan yang terlihat diam dengan pandangan meremehkan, Sudut bibirnya terangkat sedikit menatap laki-laki penyakitan yang sok menjadi jagoan didepannya
"Jangan sakiti Raya." Geram Langit, Dia sedikit mendongak
Arlan berdecih lalu dengan tiba-tiba tangannya terulur menarik kencang kursi roda Raya sehingga kini berada tepat disampingnya. Sedangkan Raya, Gadis itu mengerjab-ngerjabkan matanya terlampau kaget. Kekuatan laki-laki itu emang diluar nalar pikirnya
Langit berjalan hendak mengambil alih Raya dengan kursi rodanya tapi secara tiba-tiba sebuah kaki menendang tubuhnya hingga terjerembab sampai menabrak pintu
"Langit." Raya terkejut dengan tangan yang menutup mulut tidak menyangka dengan kelakuan bak iblis seorang Arlan, Ia hendak menjatuhkan tubuhnya ke bawah ingin menghampiri laki-laki kurus yang tengah meringis kesakitan itu tetapi terhenti kerena bahunya ditekan dengan kuat oleh Arlan
Raya menolehkan kepalanya menatap Arlan, "Dasar biadab, Orang lemah aja lo tindas." Ucap Raya dengan perasaan yang campur aduk. Rasanya tidak tenang melihat kondisi Langit yang meringkih kesakitan, Ditambah lagi hidungnya tiba-tiba mengeluarkan darah.
"Tolong bantuin dia." Ucap Raya kini memohon walaupun kecil kemungkinan laki-laki berhati iblis itu mengiyakannya, Tetapi tidak ada salahnya mencoba sebelum ia menyesali semuanya
Tangan Arlan memilin rambut Raya memutar-mutarnya lalu menghirupnya dengan rakus, Dia terlihat tidak peduli dengan kondisi seseorang yang terluka didepan pintu sana, "Apa bocah tengkorak itu pacar barumu?" Tanyanya berbisik tepat ditelinga kanan Raya
Raya menggeleng dan menjauhkan kepalanya dari wajah Arlan, Tingkahnya yang seperti ini sangat menakutkan menurutnya. "Berhenti bertingkah tidak waras seperi ini!" Sentak Raya ketika ia merasakan kembali wajah Arlan yang kini mengendus-endus lehernya
Arlan mengangkat kepalanya lalu menatap Raya dengan pandangan dingin, "Kau ingin saya membantunya kan? Baik." Arlan berucap tiba-tiba lalu menelpon seseorang dan tidak lama kemudian dua orang berseragam putih datang membuka pintu dan mengangkat tubuh lemah langit
Ruangan luas ini sekarang terisi oleh dua orang berjenis kelamin berbeda, Ia Raya dengan pikiran yang entah berlarian kemana membawa kursi rodanya menuju ranjang. Langit, Apa dia akan baik-baik saja? Kepalanya rasanya ingin pecah menghadapi dan memikirkan masalah yang tiada habisnya
Raya mengusap wajahnya kasar, Kejadian beberapa menit tadi seperti mimpi buruk baginya, Sekarang dua orang yang tidak tau apa-apa harus terluka karenanya. Pertama Agra dan yang kedua Langit. Dan dalang dari semua mimpi buruk ini adalah sosok yang masih setia berdiri menjulang ditengah-tengah ruangan ini, Arlanzyo.
Arlan mendatanginya dengan gerakan tenang, Raya baru menyadari ternyata laki-laki itu masih mengenakan seragam sekolahnya lengkap dengan almamater kebanggaannya. "Gua ngga habis pikir dengan tingkah lo, Ngga cukup ya nindas gua?" Raya berucap ketika sosok tinggi itu sudah berada disamping ranjangnya. Ia memalingkan pandangannya tidak sudi bersitatap dengan Arlan.
"Kenapa keluar tanpa seijin saya?"
"Ngapain harus ijin, Emang lo siapa?"
Percayalah, Raya mengatakannya karena spontan Dia yang membayar tagihan rumah sakit lo Raya!Arlan diam dengan pandangan yang sama sekali tidak teralihkan dari Raya, "Saya wali kamu." Ucapnya
Raya menoleh kemudian mengeluarkan suara tertawa yang terdengar sangat sumbang, Ini sangat lucu. Wali jenis apa orang didepannya ini?
"Gua ngga punya wali, Sedari awal gua nyetir sendiri." Ucap Raya masih tidak habis pikir dengan pengakuan yang kelewat lawak dari mulut Arlan. Ayolah apakah orang ini terbentur sesuatu sehingga menjadi seperti ini? Hidayah apa yang merasukinya? Kenapa rasanya sangat merinding
Terdengar decakan halus dari mulut Arlan kemudian tangannya terulur menyentuh perban dikepala Raya, "Apa lukanya masih basah?" Tanya Arlan mengalihkan pembicaraan
Raya menghindar lalu menatap Arlan dengan raut wajah yang terlihat jengah, "Lo kenapa sih? Merinding tau ngga." Ucapnya sembari mengelus kedua lengannya
Sikap perhatian dari laki-laki itu membuat Raya menaruh curiga, Ia yakin ini pasti trik untuk mengangkatnya setinggi langit lalu kemudian hari menjatuhkannya tanpa ampun kebawah. Kemudian yang terjadi, Laki-laki itu akan tertawa jahat dengan mulutnya yang bau jahannam
"Cih, Kau pasti berpikir saya menyukaimu? Ciuman semalam tidak akan berarti apa-apa buat saya. Jadi jangan berharap."
Raya menganga dengan mulut yang sepenuhnya terbuka mendengar penuturan Arlan yang tiba-tiba kembali ke setelan pabrik, Siapa yang berharap disukai olehnya? Setitik pasir saja ia tidak pernah berpikiran seperti itu.
"Lupakan soal wali, Saya tidak mau menjadi wali-mu."
"Gua juga ngga sudi." Balas Raya
Mereka berdua terdiam beberapa saat, Arlan dengan tampangnya yang datar dan Raya dengan tampang yang terlihat jengah
"Kau tidak pernah mandi? Kenapa tubuhmu sangat bau."
Raya memejamkan matanya mendengar penuturan menyebalkan dari mulut Arlan, Ia tidak menyangka laki-laki yang dulunya ia kenal sangat irit bicara itu mengatakan hal tidak penting didepannya dan itu sangatlah menjengkelkan, "Urus aja diri lo sendiri." Ucap Raya merasa tidak terima
Diam-diam Arlan tersenyum kecil sangat kecil sehingga Raya tidak akan menyadarinya.
Sebenarnya masihhh nanggung bat chapter ini tapi gua ngantuk banget😓💗
Tapi karena udah janji gua up ajaa deh🔥
KAMU SEDANG MEMBACA
Please, Just kill me
Fantasy"Tidak ada yang dapat dipercaya didunia ini sekalipun itu dirimu sendiri." _ "Katakan pada tuhan, Gua terpontang-panting menyeimbangi takdir yang dia berikan." Dania Khumairah, Gadis ceria yang terkenal mudah naik pitam itu harus merasakan kehidupa...