1.Bagian satu.

2.8K 175 0
                                    

Suasana malam ini begitu mencekam. Hujan turun begitu lebat disertai suara gemuruh petir yang siap menghantam bumi tanpa ampun.

Anginnya dengan dasyat menerbangkan dedaunan kering.

Pepohonan ditepi jalan raya pun terlihat seperti ingin tumbang karna terjangan angin yang begitu hebat.

Disuasana yang mencekam dan menegangkan ini tidak membuat seorang gadis bergaun tidur warna putih itu beringsut mundur ketakutan dari balkon. Ia malah menikmati angin kencang yang seperti ingin memisahkan kepalanya dari tubuhnya.

Ia masih ingat perkataan dokter itu tadi sore yang mengatakan tubuhnya masih lemah dan memerlukan banyak istirahat tapi anggap saja itu hanya omong kosong belaka buktinya sekarang ia merasa amat sangat sehat

Pandangannya mengarah ke langit yang nampak gelap dan sesekali terlihat terang akibat cahaya yang dihasilkan dari petir

Tuhan dengan segala kuasanya.

Ia tersenyum kecut sambil mengumpat dalam hati, Baginya sangat sulit untuk menerima kenyataan yang tidak masuk akal ini. Dari dulu ia sangat paling tidak setuju dengan isu-isu membosankan seperti adanya reinkarnasi ataupun kehidupan kedua

Tapi hari ini Tuhan membuktikannya. Menunjukkan kepadanya bahwa reinkarnasi itu beneran ada, Ia Dania Khumaira telah mengalaminya saat ini

Beberapa kali ia mencubit tangannya berharap ini semua hanya mimpi dan akan terbangun pas ia merasakan sakit namun yang terjadi malah tangannya memerah akibat cubitan yang lumayan keras

Satu pertanyaan yang sedari tadi merecoki pikirannya

Kenapa harus jiwanya yang berpindah ketubuh ini?

Sosok yang sekarang terlihat sangat rapuh ditambah kulitnya yang putih pucat serta postur tubuhnya kecil nan kurus, Dania sempat menebak bahwa umurnya pasti sudah tidak lama lagi di lihat dari tubuh yang seperti mayat hidup berjalan

Matanya yang terlihat sayu seperti menyimpan banyak kesedihan, Dania tidak tahu seberapa berat kehidupan gadis bernama anaraya itu selama ini.

Kesimpulan yang ia ambil sendiri adalah hidup Anaraya tidak semulus mukanya

Keasyikan melamun, Dania atau sekarang kita panggil Anaraya terkejut bukan main karna suara gledek dari langit. Ia memegang dadanya dan menatap kearah langit dengan kesal

"Fuck Tuhan, Gua membencimu teramat sangat." Gumamnya penuh dendam

Dari atas sini ia bisa melihat jelas mobil hitam memasuki pekarangan rumah, Entah siapa yang bertamu di malam yang sekarat ini

Sosok tinggi berhoodie hitam nampak keluar dari mobil, Walaupun wajahnya tidak jelas lantaran air hujan tapi raya yakin itu adalah iblis yang tadi hampir membunuhnya, Arlan saudara dari anaraya.

Saudara mana yang tega mau membunuh adeknya sendiri? Lawak memang.

Entah kenapa ia menjadi tidak tenang seperti ini, Ia mempunyai firasat kuat bahwa hidupnya tidak lama lagi

Tak sengaja pandangan mereka bertemu, Beberapa detik terkunci lalu tersadar dengan tindakannya raya langsung mengalihkan pandanganya ke arah lain

"Kayak ngga ada pemandangan bagus aja." ucapnya merutuki kebodohannya

Dari bawah, Arlan menatap datar sosok bergaun putih yang dengan tenang berdiri dibalkon. Dia sama sekali tidak terganggu dengan percikan air hujan ataupun angin yang menerjang tubuh kecilnya.

Terlihat tak berdaya tapi Arlan tidak peduli, Biarkan saja dia tetap disitu sampai mati sekalian.

Beberapa detik pandangan mereka bertemu, Mata yang ingin ia tutup buat selamanya itu terlihat sayu, Rambut panjang hitam bergelombang itu terlihat berkibar - kibar didorong angin

Sengaja ia menatapnya tajam mencoba menekan gadis itu dan lihatlah dengan lemahnya dia mengalihkan pandanganya mencoba menghindari nya

"Tunggu kematian mu." Ucapnya pelan disertai rahang yang mulai mengeras lalu melangkah lebar masuk kedalam rumah besar milik keluarganya

Arlan memasuki kamarnya, Kamar yang jarang dia tempati tapi entah kenapa malam ini dia ingin menginap disini karna sedari awal pengganggu itu datang, Arlan lebih memilih tinggal di apartemen nya. Ia tidak pernah sudi satu atap sama cewek sialan itu

Terus kenapa malam ini ia ingin menginap?dia sendiri pun tidak tau

Getaran dari dalam saku celananya mengalihkan pikirannya yang dari tadi terbang kemana-mana

"Halo tuan muda, Saya mau menyampaikan berita penting mengenai tuan besar dan nyonya."

Arlan hanya membalas deheman kecil tanda Kenan selaku asisten ataupun orang kepercayaan orangtuanya itu diperbolehkan melanjutkan ucapannya

"Mobil yang dikendarai tuan dan nyonya barusan mengalami kecelakaan tunggal di sekitar jalan tol km 5, Dan sepertinya tuan dan nyonya meninggal ditempat kejadian."

"Bukankah dua orang itu sedang berada diluar negeri?" Tanya nya sambil memainkan kunci mobil dijari telunjuknya

"Maaf tuan, Tadi pagi tuan baskara dapat kabar kalau nona Raya sudah sadar. Jadi tuan dan nyonya sangat senang mendengar berita itu dan berinisiatif pulang ingin melihat keadaan nona Raya." Ucap asisten kenan dalam satu tarikan nafas

Arlan meremas kunci ditangannya lalu mematikan telpon sepihak

"Cih! Benar-benar pembawa sial." Ucapnya dingin

Kilatan amarah sangat kentara dari matanya yang terlihat tajam, Rahangnya mengeras ingin melampiaskan semua amarah yang singgah didadanya

Dan tentu saja tujuannya saat ini adalah cewek sialan itu

Anaraya gadis yang tidak berguna itu

Dengan langkah lebar dan tegas Arlan beserta amarah yang sudah di ubun-ubun berjalan menuju kamar lantai dua paling ujung.

Brakk

Suara dobrakan pintu yang cukup keras itu membuat seorang gadis yang tengah duduk didepan cermin kaget bukan kepalang

Ia, Anaraya menatap pelaku utama yang membuat jantungnya hampir copot dari  cermin

Ada apa dengan iblis ini?? Batinnya

Ia berdiri menatap tak suka kepada Arlan

"Kenapa?" Tanyanya

Tanpa persiapan apapun raya hampir terjungkal kebelakang lantaran tangan besar milik Arlan sudah mencekik lehernya tanpa aba-aba

"Le-lepas." Tangannya yang kecil mencoba menarik tangan Arlan dari lehernya

Sakit sekali.

"MATI SAJA KAU SIALANN!!!"

Anaraya memejamkan matanya mendengar bentakan yang hampir membuat telinganya copot, Apakah ini akhir dari perjalanannya selama ini didunia?

Suaranya tertahan, Ia ingin meminta tolong berharap dirumah ini masih ada orang waras yang mau menolongnya dari iblis pencabut nyawa di depannya

Wajah pucat itu sudah semakin pucat, Kulitnya pun sudah terasa amat sangat dingin tapi tanpa perasaan Arlan belum berniat melepaskan cekikannya, Anaraya sudah hampir menutup matanya sepenuhnya sebelum tangan besar Arlan menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang

"Sepertinya mati terlalu cepat tidak cukup menarik."

Ucapan Arlan membuat bulu kuduk Anaraya meremang, Ia masih mengambil rakus udara mencoba tetap bertahan hidup

Lalu tanpa ampun Arlan menarik tangan kurusnya memaksanya berdiri tepat dihadapannya lalu menunduk mensejajarkan tingginya.

Arlan mendekatkan bibirnya ketelinga anaraya lalu menggigit daun telinganya cukup keras

"Selamat datang di kehidupan neraka sesungguhnya."

Please, Just kill meTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang