2. Broken Girl

220 65 8
                                        

Mobil telah terparkir sempurna, Zemira bersiap merapikan gaunnya usai melepaskan diri dari jeratan sabuk pengaman. Ia baru akan membuka pintu, ketika ia menoleh dan mendapati bahwa tuannya telah melakukan hal tersebut. Canggung semakin menyelimuti Zemira, yang tampak jelas dari bibirnya yang sesekali membuka, tersenyum kikuk, kemudian terkatup rapat.

"Terima kasih." Kalimat ini beruntungnya berhasil Zemira keluarkan, ketika ia mengangkat sedikit gaun mewahnya turun dari mobil.

Meski gaun ini mungkin harganya bak butiran debu untuk sang tuan, Zemira tetap harus menyadarkan diri. Ia tidak boleh membiarkan gaun indah ini terkotori, atau terinjak olehnya.

Cukup mengetahui bahwa tuannya ini cukup baik mengadakan pesta khusus untuk Zemira—yang anehnya malah dilangsungkan di sebuah restoran berbintang lima.

Zemira tidak tahu lagi harus menyebutnya pesta selamat tinggal karena akan menjadi istri Atlas, atau ... pikirannya malah membuat bayangan sendiri, karena mereka hanya ... berdua di sini. Tuan ini mengapa seakan ingin meninggalkan kesan berbeda sebelum Zemira mengubah status?

Angin malam berembus pelan menyentuh kulitnya, memberikan kesan merinding untuk Zemira ketika ia masih memperhatikan sekitaran restoran yang tidak terlalu ramai hingga orang-orang tidak harus berdesakan masuk. Restoran bintang lima ini begitu rapi, karena Zemira tahu bahwa pengunjungnya tentu manusia-manusia berkelas.

"Zemira, ada apa?"

Pertanyaan itu berhasil menghentikan segala pikiran yang berkembang dalam pikiran Zemira. Efek telepon dari Atlas yang berhasil membuat dirinya melayang oleh perasaan, terbawa hingga sekarang. Bodohnya, ia sempat berpikir aneh mengenai Nata. Kini, gadis itu sudah bisa mengendalikan diri. Menghadapi si tuan dingin dengan senyum ramah.

"Maaf, Tuan." Zemira memberikan isyarat pada Nata agar ia berjalan terlebih dahulu, tetapi sebagai balasan, sang tuan menaikkan sebelah alisnya kebingungan. "Silakan, Tuan." Maka, Zemira rendah hati memperjelas, agar sang tuan berjalan terlebih dahulu.

Nata menggerakkan kepalanya ke samping sebagai bentuk penolakan ringan, yang membuat Zemira menurunkan tangan ke sisi tubuh. Gadis itu kebingungan.

"Apa kau ingin menunjukkan dengan jelas status pelayanmu pada semua pengunjung dalam restoran ini, Zemira?" Nata meraih tangan Zemira untuk ia genggam pelan; yang menyerupai seorang kakak yang takut adiknya tersesat. Hanya semacam itu. Tatap pria itu tertuju lurus pada pintu kaca restoran yang di sisi-sisinya telah berdiri dua penjaga siap menyambut. "Setidaknya, jaga tampilan gaun yang sudah kubelikan untukmu, agar terlihat sesuai yang seharusnya. Jika kau berdiri di belakangku, kau terlihat seperti pelayan. Tidak cocok untuk gaunmu."

Zemira memberikan dua anggukan patuh dua kali, yang ditangkap oleh ekor mata sang tuan. Nata berdeham singkat, kemudian mulai melangkah bersama Zemira yang ikut mensejajarkan posisi. Setelah melewati pintu restoran, Zemira semakin canggung dengan segala kebaikan Nata. Ia hanya perlu menggerakkan sedikit tangannya, dan sang tuan segera melepaskan genggaman eratnya. Ia turut mempersilakan Nata untuk melangkah lebih dahulu, karena Zemira perlu mengusir canggungnya terlebih dahulu, dengan melirik sekitar.

Sekilat waktu, Zemira merasa matanya menangkap sesuatu. Sehingga ketika ia sudah memusatkan fokus pada punggung Nata yang berjalan di hadapannya, ia berhenti melangkah. Melirik kembali pada tempat di mana ia melihat sesuatu yang tidak asing.

Hanya bahu seorang pria dalam balutan jas, dengan potongan rambut yang entah mengapa ... begitu familier dalam ingatan Zemira. Ia menyipitkan mata, mencoba mengingat. Memorinya segera memutar bayangan Atlas, tetapi segera ia hentikan dengan gelengan kasar.

Mustahil jika pria yang memeluk mesra pinggang seorang wanita itu adalah Atlas. Kekasihnya mungkin sedang sibuk mempersiapkan kepindahannya ke rumah baru yang mereka rencanakan.

Rare CinderellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang