9. Unwanted Part

153 42 4
                                    

"Aku ada pekerjaan di luar kota hari ini. Besok malam aku baru pulang. Kau harus memastikan baik Kai ataupun Shaquille tidak ada yang keluar di atas jam delapan malam. Jika mereka memaksa pergi, segera laporkan padaku."

"Bagaimana jika Tuan Kai dan Tuan Shaquille ingin keluar di bawah jam delapan, Tuan?"

"Tetap beri tahu aku. Aku harus tahu mereka pergi ke mana, tapi jika aku sedang tidak bisa dihubungi, kau yang bertanggung jawab untuk memastikan mereka sudah ada di rumah saat jam makan malam. Kau pasti tahu aku sangat benci jika adik-adikku menghabiskan waktunya untuk sesuatu yang tidak penting."

"Baik, Tuan."

Gadis itu memperhatikan tuannya yang baru saja keluar dari ruang pakaian, lalu kembali mengerjakan tugasnya.

"Kau sudah selesai menyiapkan pakaianku?" Nata bertanya dari ruang utama.

"Sedikit lagi selesai, Tuan."

"Segera kemari jika sudah selesai. Kau harus memasukkan berkas-berkasku juga."

"Baik, Tuan."

Zemira sangat hati-hati meletakkan pakaian Nata di koper. Ia tahu satu helai kemeja itu mungkin harganya setara 2-3 bulan gajinya. Membayangkan sedikit saja rusak karena kecerobohannya, gadis itu sudah bergidik.

Setelah selesai, Zemira langsung mendatangi sang tuan dan bertanya mana yang harus dimasukkan ke koper. Nata yang tengah berdiri di sisi meja kerja membalik badan tanpa aba-aba, saat itu Zemira juga tengah berjalan mendekati sisi meja yang sama guna mengambil berkas yang Nata maksud. Sedikit benturan terjadi, Zemira seketika panik dan menunduk sambil mengucapkan maaf karena tanpa sengaja membuat kecelakaan kecil itu terjadi. Dan Nata sebagai laki-laki yang tergolong pelit berwajah ramah, kali ini tersenyum geli karena sikap Zemira.

"Kau setakut itu padaku, Zemira? Memangnya aku begitu menyeramkan?"

Jantung Zemira menggila saat Nata menepuk pundaknya. Buru-buru Zemira menegakkan tubuh dan mengambil langkah mundur demi menjaga jarak.

"Maaf, Tuan. Saya tidak bermaksud seperti itu. Saya hanya menjaga batasan sebagai seorang pelayan."

"Menjaga batasan? Apa itu yang kau lakukan dengan Kai semalam?"

Seringai Nata meremas hati Zemira. Lagi dan lagi ia tidak bisa lolos dengan mudah dari tuannya yang dingin ini.

"Tuan, sungguh, bukan saya yang berniat ikut. Tuan Kai yang memaksa saya."

"Dan kau menikmatinya?"

"Tidak, Tuan."

"Tapi kau senang?"

"Tidak, Tuan."

"Kau berbohong, bukan? Setelah bermesraan dengan kekasih di telepon, malam harinya kau pergi dengan laki-laki lain. Kau merasa dirimu hebat?"

"Astaga, Tuan! Saya tidak begitu!"

Keduanya lantas mendelik karena reaksi Zemira yang mengesankan lelah. Gadis itu mendesis panjang sembari menggigit bibirnya saat Nata hanya bersandar di sisi meja dengan kedua tangan bersedekap. Ia melakukan kesalahan, lagi. Zemira takut menatap wajah tuannya, tetapi juga tidak memiliki keberanian untuk memalingkan wajah saat Nata mempertahankan fokus padanya.

"Kau berani, ya, Zemira?"

"Tidak, Tuan. Maaf, saya sungguh minta maaf. Saya lancang. Maafkan saya. Bisakah saya menyelesaikan tugas yang Anda beri? Saya rasa semakin lama kita bicara di luar pekerjaan, saya hanya akan terus melakukan kesalahan."

Nata tidak bicara apa-apa lagi, hanya memberi isyarat mana yang harus dikemas ke koper. Gadis itu bekerja dengan ketar-ketir, khawatir bahwa sebentar lagi ia akan dipecat. Mau bagaimana lagi? Barusan ia terlalu kesal karena Nata mempertanyakan hal-hal tidak penting seperti itu. Zemira lelah menjawab, tetapi Nata seolah-olah tidak peduli.

Rare CinderellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang