Sejak awal Atlas tidak berniat berselingkuh dari Zemira, tetapi sisi bejatnya menginginkan hal sebaliknya. Zafira yang ceria, yang manja, bahkan bentuk tubuhnya yang lebih berisi dari Zemira berhasil mengikis kesetiaan laki-laki itu. Bermula dari sekadar mendengar curhatan Zafira, akhirnya Atlas jatuh ke pelukan adik dari pacarnya tersebut. Ia sempat ingin berhenti, tetapi Zafira menawarkan sesuatu yang belum pernah Zemira berikan. Lagi, sisi bejatnya menang. Atlas terlibat semakin dalam dengan Zafira, semakin hari semakin banyak kebohongan yang ia ciptakan saat berkomunikasi lewat telepon dengan Zemira. Kekasih gelapnya itu sering datang berkunjung, meminta ditemani makan, bahkan ... tidur.
Cara Zafira memanjakan Atlas membuat laki-laki itu kian terjerat dan tidak bisa melepaskan diri dengan mudah. Ia mendengarkan semua keluh kesah Zafira, bahkan sempat mempercayai bahwa Zemira sudah menjadi egois dengan tidak memberikan Zafira uang. Kejadian beberapa hari lalu kemudian menyadarkan Atlas, bahwa selama ini hanya Zafira yang menjabarkan hal negatif tentang Zemira, sebaliknya, Zemira tidak pernah menceritakan keburukan Zafira.
Atlas ... menyesal setelah mengetahui kekasihnya sampai terluka karena Zafira. Laki-laki itu marah, tidak bisa menerima fakta bahwa kekasihnya yang cantik disakiti. Tentu saja Atlas tahu bahwa mereka bukan saudari kandung, tetapi Atlas tidak menyangka bahwa Zafira bisa sekasar itu. Ia ingin mundur, firasatnya mengatakan bahwa ke depannya ia dan Zafira hanya akan mengalami hal buruk. Jika Zemira tahu hubungan gelap itu, Atlas tidak bisa membayangkan betapa kecewanya Zemira. Pernikahan yang telah mereka sepakati pun mungkin saja akan terombang-ambing, karena Zemira pernah mengatakan tidak bisa mentolerir pasangan yang tidak setia.
"Atlas, kau baik-baik saja?"
Laki-laki itu tersadar dari lamunan, lalu berusaha menormalkan ekspresi agar Zemira tidak curiga.
"Aku baik-baik saja, Zemira."
"Benarkah? Barusan kau melamun. Apakah kau menyesal melakukannya untukku?"
Atlas segera meraih jemari kekasihnya, meninggalkan kecupan ringan di punggung tangan itu.
"Tidak. Apa yang aku miliki adalah milikmu juga. Aku akan senang jika kau senang."
"Tentu saja aku senang. Aku benar-benar mencintaimu, Atlas."
Sentuhan Zemira di tangan Atlas membuat laki-laki itu lega, karena kekasihnya terlihat bahagia. Ia sama sekali tidak menyesal sudah mengubah nama pada tanah yang sedang dibangun rumah itu, bahkan tanpa ragu Atlas menyerahkan surat kepemilikan itu pada Zemira setelah mereka menandatangani berkas terakhir di notaris tadi. Atlas mencintai Zemira dan mereka akan menikah beberapa bulan lagi. Tidak masalah atas nama siapa, yang terpenting bagi Atlas adalah mereka akan tinggal bersama di rumah itu.
"Aku juga mencintaimu, Zemira."
Tepat setelah kalimatnya selesai, ponsel Atlas berdering. Laki-laki itu mengeluarkan benda pintar tersebut dari saku celana, lalu memilih menolak panggilan tersebut. Zemira membalas senyuman Atlas ketika laki-laki itu tersenyum selepas meletakkan ponsel di meja dengan posisi tertelungkup. Mereka menikmati makan siang dan kembali terganggu saat ponsel laki-laki itu berdering. Atlas mengabaikannya, berkali-kali, memancing Zemira yang sejak tadi diam untuk bersuara.
"Mungkin itu penting. Angkat saja, Atlas. Aku tidak keberatan."
Laki-laki itu menghela napas panjang sambil menatap layar ponselnya yang masih memampangkan nama seseorang.
"Maafkan aku, Zemira. Aku akan segera kembali."
Tidak ada penolakan yang Zemira beri, ia malah mengangguk disertai senyum pada Atlas. Karena sesungguhnya Zemira sudah bisa menduga orang gila mana yang terus menerus menelepon walau sudah ditolak berkali-kali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rare Cinderella
Romance15+ | ROMANSA || SEDANG BERLANGSUNG Di mata kedua orang tuanya, Zemira hanyalah mesin penghasil uang. Kehidupannya selama ini adalah neraka yang tak pernah berhenti membakar Zemira. Gadis itu berdoa agar seorang pangeran mau menyelamatkannya. Lalu...