25. Revenge (b)

98 32 0
                                    

Rencana Zemira berjalan lebih baik dari yang ia inginkan. Dimulai dari Atlas dan Zafira yang tengah bercinta, lalu kemarahan Arvan yang tidak disangka-sangka. Pria itu rupanya tidak tahu perbuatan putrinya yang menjadi simpanan laki-laki beristri. Sepanjang hidup Zemira, ternyata ia memiliki kesempatan menyaksikan Zafira dalam posisi tersudut seperti sekarang. Terbiasa sakit hati dan menangis juga sangat mendukung sandiwara Zemira saat ini. Semua orang percaya bahwa gadis itu terluka sangat dalam. Tidak ada yang menuduhnya tengah berpura-pura menangis.

"Kau harus menjelaskannya, Zafira!" teriak Arvan.

Pria itu menatap putrinya penuh amarah, sekaligus kecewa.

"A-Ayah, aku bisa menjelaskannya. Aku punya alasan."

"Apa?! Kau ingin mengatakan sudah menjadi pelacur di luar sana?! Kau mendapatkan uang dengan cara seperti itu?!"

Dan untuk pertama kali Zemira melihat sang adik menangis sesenggukan, selayaknya orang yang ketakutan.

"Arvan, hentikan! Kau menakuti putri kita."

"Kau membelanya?" Arvan menarik tangan Nora, sehingga wanita itu berdiri dengan terpaksa. "Kau mengetahuinya, bukan? Kalian menyembunyikan hal menjijikkan seperti itu di belakangku?"

Sesaat napas Zemira tertahan. Arvan menganggap menjadi simpanan pria beristri adalah hal menjijikkan. Gadis itu jadi bertanya-tanya apakah menggoda dan membuka kaki untuk kekasih saudari dianggap hal mulia sampai-sampai Arvan tidak melarang Zafira selama ini.

Nora bungkam, ia tidak berani menjawab sang suami terlebih ada banyak pasang mata di sana. Dan juga ... ia lupa bahwa sejak tadi ada Atlas yang melihat dan mendengar semuanya. Laki-laki itu meremas selembar foto, wajahnya merah disertai tatapan tajam.

"Rupanya aku meniduri seorang pelacur dan menyakiti gadis baik-baik yang lebih dulu aku kenal."

Pernyataan Atlas disusul tawa kecil yang membuat kedua orang tuanya semakin merasa miris. Putra mereka terjebak di lubang gelap yang menyesatkan.

"Ti-tidak, Atlas. Jangan berpikir seperti itu. Ini pasti rencana Zemira untuk memisahkan kita. Percayalah. Aku tidak melakukan apa pun," bela Zafira.

Sudah ketahuan seperti ini pun Zafira masih sempat mengelak, membuat Zemira ingin tertawa keras, tetapi ia tahu yang harus dilakukannya adalah ... menangis.

"Aku? Kenapa kau menyalahkanku, Zafira? Sebelumnya aku bahkan tidak tahu kau dan Atlas berselingkuh. Bukankah ini bisa saja rencanamu untuk memisahkanku dengan Atlas? Kau sengaja mengirimkan foto-foto ini agar aku tahu kau adalah gadis hebat yang mampu memikat siapa saja. Aku tidak menyangka kau setega ini padaku. Kenapa, Zafira? Selain merebut mainanku saat kecil, kenapa sekarang kau juga merebut orang yang paling aku sayangi?"

Setelah selesai bicara, Zemira memeluk ibu Atlas, terisak-isak penuh penghayatan selayaknya gadis yang baru saja mengetahui kekasihnya berkhianat. Hal itu menambah panas suasana di ruangan tersebut. Nora dan Arvan tidak mampu berkata-kata, Zafira menangis karena Atlas menolak percaya, dan kedua orang tua Atlas marah serta kecewa pada perbuatan memalukan sang putra.

"Tidak penting siapa yang mengirim foto-foto ini karena intinya adalah sekarang aku tahu perbuatan putraku dan gadis lain di hidupnya. Siapa namamu tadi? Zafira? Aku tidak peduli kau meniduri berapa banyak pria, tapi sungguh aku ingin mengatakan moralmu mati ketika kau meniduri kekasih kakakmu sendiri. Kau, Atlas, sama memalukannya dengan Zafira. Apa salah Zemira hingga kau menyakitinya seperti ini?"

Hanya ada isak tangis Zafira dan Zemira di sana, yang lainnya memilih diam karena ucapan ayah Atlas memang kenyataan yang tidak bisa disangkal.

"Kalian orang tua Zemira dan Zafira, tapi sangat tega membedakan kasih sayang di antara mereka. Tanpa malu kalian juga tahu perbuatan Zafira, tapi tidak menghentikannya."

Rare CinderellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang