Efek gemetar setelah kejadian beberapa waktu lalu masih tersisa di tangan Zemira. Gadis itu tengah menunduk dengan pandangan kosong. Membiarkan pikirannya berkelana jauh ke peristiwa di dalam mobil saat penculikannya. Sementara jemarinya saling meremas di pangkuan.
"Apa tidak ada satu kesempatan lagi, Zemira? Sungguh, aku bersumpah atas nyawaku sendiri, bahkan atas orang tuaku, bahwa aku tidak akan pernah lagi berpaling darimu. Aku ingin memperbaiki kesalahanku, tolong .... Kau harus memberiku satu kesempatan atas kekhilafanku."
Begitulah ucapan Atlas saat itu, terdengar begitu putus asa, dan hampir memicu nurani Zemira untuk memaafkan, andai ia tidak lupa betapa kejam pengkhianatan mantan kekasihnya tersebut.
"Setiap saat, kita masih saling menghubungi, Atlas. Kita masih bisa bertemu walau tidak sering selama kau menjalin hubungan dengan adikku. Kenapa kau tidak bisa menggunakan akal sehatmu untuk memikirkan hal ini sebelumnya, hah? Bahkan setelah semua hal manis telah kita lalui, kau masih saja bisa bercinta dengan adikku di rumah yang akan kita tempati? Kenapa kau baru menyesal sekarang?"
"Aku tidak sadar, Zemira, sungguh. Zafira terus menggodaku." Atlas terus menjelaskan, begitu putus asa, penuh permohonan, dan terdengar mengiba.
"Tidak akan terjadi sebuah perselingkuhan jika hanya diinginkan satu pihak, Atlas. Zafira mengejarmu, itu kebodohannya. Namun kau bisa memilih terus mengabaikannya, bahkan bisa melapor padaku, tetapi ... kau memilih untuk membalas tawarannya dan berselingkuh di belakangku! Katakan, Atlas, bagaimana aku bisa memberimu maaf? Bagaimana caranya, hah?"
"Zemira, tolong ...." Atlas menyugar dengan sangat frustrasi, lalu memaki kasar saat tangannya ikut memukul stir mobil. "Satu kesempatan saja, Zemira. Satu. Aku bersumpah demi apa pun, demi segala-galanya, bahwa aku, tidak akan pernah berpaling darimu. Bahkan, aku siap jika harus tidak menatap wanita lebih dari lima detik, asal kau memberiku kesempatan. Kumohon ... aku tidak mau berpisah denganmu." Suara Atlas menunjukkan betapa kacau perasaannya, kadang tegas, lalu di akhir kalimat ia akan mengubahnya menjadi sangat lirih.
Zemira hampir luluh, tetapi tidak akan ia lakukan hal itu. Ia balas menatap Atlas yang berada di hadapannya melalui spion tengah.
"Kesempatan yang aku berikan padamu bukan hanya satu, Atlas, tetapi setiap hari yang kau lalui bersama Zafira di belakangku, adalah kesempatanmu untuk memikirkan setiap tindakanmu. Kau bukan anak kecil yang tidak tahu mana salah, dan mana benar. Kau sudah dewasa, dan kau tidak perlu melakukan kesalahan untuk mendapatkan pelajaran dasar tentang efek dari perselingkuhan. Aku tidak bisa—aa ...."
Zemira memekik ketika kepalanya terkantuk jendela setelah Atlas menambahkan kecepatannya di sebuah belokan. Ia hampir jatuh, seandainya kedua kaki tidak bertahan dengan kuat.
"Kenapa kau tidak paham, Zemira? Aku memang bodoh kemarin, aku tidak sadar! Sekarang aku sudah sadar, dan aku bersumpah padamu, bahkan bersedia bersujud di depanmu asal kau mau memaafkanku!" Kali ini, hanya ada ketegasan dalam setiap kalimat yang Atlas katakan. Rahangnya mengetat sempurna, dengan tatap yang menajam saat bertemu pandang pada Zemira. Ia sempat melihat Zemira ingin membuka mulut membalas, tetapi segera dicegah. "Jika kau tidak ingin memberiku kesempatan dengan cara lembut, maka aku akan mengambilnya sendiri. Kau tidak akan kubiarkan dimiliki siapapun kecuali diriku sendiri Rumah kita hanya bisa ditempati oleh kita berdua, bukan hanya salah satu, jadi aku tidak lagi memberimu kesempatan untuk memilih!"
"Atlas! Dengan sifat pemaksamu ini, aku bukan hanya semakin kehilangan rasa padamu, tapi juga semakin membencimu!"
"Silakan, asal aku bisa bersamamu selamanya, Zemira." Atlas menanggapi dengan senyum miring yang tampak mengerikan, membuat Zemira semakin menyudutkan posisi duduknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rare Cinderella
Roman d'amour15+ | ROMANSA || SEDANG BERLANGSUNG Di mata kedua orang tuanya, Zemira hanyalah mesin penghasil uang. Kehidupannya selama ini adalah neraka yang tak pernah berhenti membakar Zemira. Gadis itu berdoa agar seorang pangeran mau menyelamatkannya. Lalu...