Semakin jauh mobil pergi, semakin banyak protes yang Zemira keluarkan. Ia tidak bisa mematuhi Kai untuk satu hal ini, karena sama saja mengumpankan diri ke kemarahan Nata. Ia bahkan baru lolos dari kemarahan Nata sore tadi, tetapi ia sudah diseret paksa ke lubang masalah lagi.
"Tuan! Berhenti! Hentikan mobilnya! Saya bisa dipecat jika Tuan Nata tahu saya keluar tengah malam! Tolong hentikan mobilnya!" Permintaan sejenis itu entah sudah berapa kali Zemira sampaikan; suaranya bahkan sampai parau, tetapi Kai sama sekali tidak menunjukkan keinginan untuk mematuhinya.
"Iya, jika Nata tahu. Tetapi kau tidak perlu khawatir, Nata bahkan tidak tahu jika kita pergi. Diam saja, dan aku akan membawamu bersenang-senang malam ini."
"Tidak ada kesenangan, jika saya dipecat oleh Tuan Nata, Tuan Kai! Jadi, tolong berhenti! Hentikan mobilnya!"
"Berhenti membahas Nata, Zemira. Kita akan bersenang-senang, sampai kau melupakan Nata, melupakan statusmu, dan melupakan segalanya—jadi diamlah sebentar!"
"Tuan!"
Zemira sama keras kepalanya dengan Kai, khusus malam ini. Ia tidak bisa abai begitu saja mengenai respons Nata setelah tahu pelanggarannya kali ini. Jadi, Zemira terpaksa harus membantah Kai, dan mulai menaikkan intonasi suaranya.
"Hentikan mobilnya sekarang! Hentikan! Saya tidak mau tahu apa pun; bersenang-senang atau apa pun yang Anda katakan! Saya hanya mau mobil ini berhenti! Hentikan sekarang! Hentikan! Berhenti di sini, Tuan Kai! Saya mau pulang! Hentikan mobilnya sekarang! Atau ...." Zemira membulatkan matanya secara sempurna ketika ia hendak mengeluarkan ancaman, dengan telunjuk yang tidak sengaja diarahkan pada tuannya.
Laki-laki yang masih memegang kemudi itu menoleh sebentar, dengan sebelah alis yang terangkat. Matanya naik-turun memperhatikan Zemira dan jemarinya, seolah meremehkan, lalu mengembalikan fokus pada jalanan.
"Atau apa?" tantang Kai.
Zemira menekan-nekan giginya dengan kuat karena jengkel. Ia hanya bisa mengepalkan tangan yang sebelumnya mengacungkan telunjuk. Gadis itu menggeram kuat. Terlebih dahulu, ia memejam erat, menarik napas, lalu mulai mengeluarkan suaranya yang lebih tinggi lagi dari sebelumnya.
"Jika tidak, saya akan terus meneriaki Anda, sampai gendang telinga Anda rusak!" ancam Zemira. Pikirnya, sudah kepalang tanggung menentang Kai, jadi teruskan saja. Toh, laki-laki ini tidak lebih menakutkan dari kakaknya.
"Kau ingin menguji telinga yang hampir setiap malam disuguhi musik keras ini, Zemira?" balas Kai, masih sama tidak pedulinya dengan ancaman gadis yang ia bawa secara paksa itu. "Hei, kau kenapa begitu keras kepala, Zemira? Tenanglah, dan percaya padaku. Semuanya akan baik-baik saja. Kau seharusnya bangga, karena aku akan memamerkanmu pada teman-temanku. Mereka pasti akan langsung menganga melihat bahwa aku memiliki pelayan yang begitu cantik semp—"
"AAAAAAA!" Zemira mengeluarkan segenap suaranya untuk berteriak sekencang mungkin, dalam tempo yang terbilang lama hingga Kai langsung menutup telinganya menggunakan sebelah tangan. Stir mobil turut dibanding ke sebelah kiri, hingga terjadi tabrakan kecil dengan pembatas jalan. Keinginan Zemira akhirnya terpenuhi.
Kai mendesah kesal setelah Zemira berhenti berteriak. Matanya menyorot tajam pada gadis di sampingnya, dan seolah mengerti sinyal bahaya itu, Zemira memepetkan tubuhnya ke pintu. Sayangnya, ia tidak bisa meloloskan diri, karena Kai masih mengunci pintu.
"Sialan, Zemira! Suara lembutmu ternyata bisa sangat mengerikan! Akh, sial!" Kai terus menggerutu, sembari mengusap telinganya yang berdenging.
"Maka, lepaskan saya agar saya tidak melukai telinga Anda lagi," ucap Zemira, masih dengan suara penuh keberanian.

KAMU SEDANG MEMBACA
Rare Cinderella
Romance15+ | ROMANSA || SEDANG BERLANGSUNG Di mata kedua orang tuanya, Zemira hanyalah mesin penghasil uang. Kehidupannya selama ini adalah neraka yang tak pernah berhenti membakar Zemira. Gadis itu berdoa agar seorang pangeran mau menyelamatkannya. Lalu...