Sebelum baca part ini, aku mau ingetin untuk selalu vote cerita ini disetiap partnya dan jangan lupa komen sebanyak-banyaknya di setiap paragraf. Supaya aku bisa lebih semangat lagi untuk update ke part selanjutnya!!!
Kalian juga bisa follow wattpad aku dan juga meramaikan Tiktok aku yaitu (rumahsinggah_ dan haniioktav24) lalu Instagram aku yaitu (hanii.oktav dan wattpad_haniioktav24). Selamat membaca kesayangan aku.
*******
"Bun, perut aku sakit banget dari tadi kenapa ya?" rengek Jay. Dia mengadu ke Bunda yang sedang sibuk menyusun kue kering buatannya ke dalam box ukuran sedang.
"Pasti gara-gara main handphone terus itu," celetuk Bunda.
Jay bukannya mendapatkan perhatian dari Bundanya malah mendapatkan fitnah. Bagaimana bisa Jay sakit perut yang di salahkan malah ponselnya. Dari banyaknya alasan yang bisa di salahkan, kenapa harus ponselnya yang di salahkan.
"Loh kok jadi handphone si, Bun, yang di salahin!" jawab Jay. Anak itu tidak terima sambil memegang perutnya yang tambah sakit. "Duh, nggak boleh ngelawan nanti malah tambah sakit perut." Jay mendumal dalam hati, hingga membuat Jay tidak lagi melanjutkan keluhannya kepada Bunda, dia memilih duduk di samping Cessa yang sedang nonton Upin & Ipin, entahlah sejak kapan orang-orang dirumah ini menjadi pengabdi setia Upin & Ipin. Entah lagi mengerjakan tugas yang di tonton Upin & Ipin, lagi makan yang di tonton Upin & Ipin, lagi gabut yang di tonton pun Upin & Ipin. Padahal film tersebut sudah puluhan kali mereka tonton namun tidak ada yang bosan melihatnya.
"Mau nggak, Sa?" tawar Jay. Dia menyodorkan satu bungkus ciki kepada Cessa.
Itu adalah ciki yang kemarin berhasil dia palak dari Azel. Memang the power of adik bontot itu sangat kuat untuk memalak abangnya bahkan pacar abangnya. Dia tidak hanya melakukan kepada Azel saja, tapi hampir kepada semua pacar abangnya. Dia tidak meminta banyak hanya sesekali, itu hanya cara bagaimana dia bisa terlihat nyaman dengan orang asing yang berusaha mengenal keluarganya.
"Malak siapa lagi, lo?" tanya Cessa, sepertinya dia sudah hafal dengan misi terselubungnya Jay.
"Kak Azel," jawab Jay penuh bangga.
"JANCOKKKK!!!! baru juga kenal kemarin," ujar Cessa kaget.
"Cessa mulut kamu, ya!" Dari jauh Mas Rey memperingati Cessa untuk menjaga ucapannya.
Cessa memamerkan gigi-giginya dengan dua jari terangkat ke udara. "Hehe maaf-maaf."
Cessa menggelengkan kepalanya, bagaimana bisa Azel cepat sekali masuk ke dalam perangkapnya Jay. Bahkan dengan satu kali pertemuan, kembarannya ini memang ahli dalam palak-memalak.
"Jo, ini beneran Kedai Kopi kamu belum dibuka-buka?" tanya Mas Rey. Dia bertanya kepada Johan karena sudah cukup geram menunggu lamanya Kedai Kopi itu dibuka.
"Mas nanya mulu, udah kayak orang jualan." Johan mendengus kesal setiap ditanya kapan kedainya dibuka. Waktu itu dia sudah menjawab akan membuka kedainya sehabis tahun baru. Sepertinya akan ditunda lagi karena ada beberapa kendala yang belum bisa Johan selesaikan dengan cepat, lagipula dia belum mendapatkan orang yang bisa membantunya di kedai. Memang sesulit itu mencari orang yang bisa di percaya.
"Halah alasan mulu, bilang aja memang lo tuh nggak niat buka kedai." Kali ini Hairis kembali mengompori.
"Diem deh! Calon pengangguran nggak di ajak," Ejek Johan kepada Hairis. Mengingat Hairis memang sekarang ini lagi di penghujung kuliahnya. Hairis tidak lagi menjawab omongan Johan jika sudah memojokinya mengenai pekerjaan. Hairis memang sedikit takut mengenai betapa jahatnya dunia pekerjaan nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alnattan dan Ceritanya | Na Jaemin
Teen FictionSaat kita lahir ada banyak sekali cerita di Bumi, salah satunya tentang hadirku. Tentang betapa Tuhan menciptakanku dengan begitu layak. Perihal Bumi itu perihal jiwa, salah satunya aku. Tentang hadirku membawa kebahagian dan juga membawa cerita sed...