32. Kali Ini Tentang Buku

1.6K 236 28
                                    

Sebelum baca part ini, aku mau ingetin untuk selalu vote cerita ini disetiap partnya dan jangan lupa komen sebanyak-banyaknya di setiap paragraf. Supaya aku bisa lebih semangat lagi untuk update ke part selanjutnya!!!

Kalian juga bisa follow wattpad aku dan juga meramaikan Tiktok aku yaitu (rumahsinggah_ dan haniioktav24) lalu Instagram aku yaitu (hanii.oktav dan wattpad_haniioktav24). Selamat membaca kesayangan aku.

*******

Saat kecil, Hairis diajarkan oleh Bunda dan Bapak untuk selalu tidak lupa dengan kata maaf, tolong dan terima kasih. Saat tumbuh menjadi dewasa dan melangkah menuju dunia dan orang-orang yang baru, Hairis tidak dapat sepenuhnya keluar dari standar sensor yang di tanamkan oleh Bunda dan Bapak. Dia melangkahkan kakinya keluar rumah atas izin kedua orang tuanya. Dia tumbuh dan membentuk dirinya menjadi laki-laki yang pintar, berwibawa, humoris dan di cintai oleh keluarganya. Namun itu tidak berlaku untuk adik pertamanya.

Tepat satu bulan setelah keberangkatan abang sulungnya yang kembali merantau di tanah orang. Tidak lama menetap dirumah namun sedikit memberikan kenangan yang cukup menyenangkan. Mas Rey yang masih selalu sibuk dengan pekerjaannya, Bang Johan yang masih setia menunggu panggilan dari perusahan dan berharap ada yang menerimanya, yang kuliah dan sekolah pun juga sudah sibuk dengan masing-masing tugasnya.

Hairis membuka pelan knop pintu kamar Natta, melihat apakah ada sang-empu di dalamnya. Namun kamar itu kosong, sepertinya anak itu pulang telat karena urusan organisasi yang belakangan ini cukup padat, dengan keberanian Hairis melangkahkan kaki ke dalam kamar. Saat masuk pertama kali yang di rasakan ialah, harum kamar yang cukup lama Hairis kenal. Rak buku yang berisikan banyak sekali buku fiksi, buku sastra dan buku self improvement dengan berbagai judul. Buku-buku itu tersusun dengan rapih, seolah yang memilikinya sangat menjaga buku-buku tersebut dengan sepenuh hati. Terlihat juga di sudut ruangan terdapat tempat khusus yang di buat pemilik kamar ini sebagai tempat untuk bekerja yang sedang dia tekuni. Ada juga beberapa foto polaroid yang di tempel di dinding kamar tersebut, setelah Hairis perhatikan, hanya foto dirinya yang tidak ada disitu, karena memang mereka tidak pernah foto berdua bersama.

Lalu Hairis membuka pintu balkon kamarnya Natta, dia ingin mencari udara segar sebentar saja. Malam ini terlihat sangat cantik, bintang-bintang bertaburan dengan kerlap-kerlipnya dan bulan yang begitu menawan. Saat Hairis menoleh ke belakang, dia menemukan Natta yang berdiri mematung tak jauh dari tempatnya berdiri. Seolah anak itu bertanya, 'Ada keperluan apa anda ke kamar ini?'

"Sorry! Gua ke kamar lo tanpa izin," ucap Hairis.

Natta mengangguk, dia taruh tas ranselnya di kasur, dia biarkan begitu saja dan menghampiri Hairis yang masih setia berdiri di balkon tanpa ada tanda-tanda ingin keluar dari kamar Natta. Saat Natta menghampiri Hairis, dia mencium bau asap rokok yang masuk ke dalam indra penciumannya. Natta melihat ternyata ada sebatanng rokok yang berusaha Hairis matikan puntung rokoknya saat Natta berusaha mendekatinya.

"Lo ngerokok?" tanya Natta.

Hairis diam tak menjawab.

"Sejak kapan?" tanya Natta kembali.

"Baru kok, nggak sering juga kalau lagi kepengen aja," tutur Hairis.

"Jangan ngerokok lagi, Ris! Gua bilangin ke Mas Rey nanti" tegas Natta.

"Sejak kapan lo jadi cepu begini?" cibir Hairis, dia tidak terima jika di adukan tentang perbuatannya barusan.

"Ada apa?" tanya Natta yang masih penasaran dengan kedatangan Hairis ke kamarnya. Jika yang lainnya datang ke kamarnya Natta akan memaklumi, tapi ini Hairis. Cukup membuat Natta bertanya-tanya.

Alnattan dan Ceritanya | Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang