Sebelum baca part ini, aku mau ingetin untuk selalu vote cerita ini disetiap partnya dan jangan lupa komen sebanyak-banyaknya di setiap paragraf. Supaya aku bisa lebih semangat lagi untuk update ke part selanjutnya!!!
Kalian juga bisa follow wattpad aku dan juga meramaikan Tiktok aku yaitu (rumahsinggah_ dan haniioktav24) lalu Instagram aku yaitu (hanii.oktav dan wattpad_haniioktav24). Selamat membaca kesayangan aku.
*******
"Nggak boleh capek, ingat kita anak kedua."
- Mas Rey -
*******
Malam begitu tenang mengiringi keindahan suasana rumah di malam ini. Sayup-sayup terdengar suara jangkrik memecah keheningan malam, sesekali suara burung malam terbang penuh harapan. Udara terasa dingin menyegarkan, langit cerah dihiasi bintang-bintang bertebaran menemani gagahnya raja malam yang bersinar.
Betapa malam ini penuh dengan kebahagiaan. Jiwa-jiwa yang kelelahan terlelap dalam tidur malam, sementara beberapa jiwa nampak terbangun, duduk mengadu kepada Tuhan pencipta seluruh alam. Terdiam dalam indahnya sebuah malam.
Kali ini Mas Rey menghembuskan kembali asap Vape yang baru saja dia hisap. Salah satu anak Bunda yang merokok ialah Mas Rey. Bunda tidak pernah melarang dengan syarat umur sudah cukup dan tidak boleh merokok di dalam rumah.
Melihatnya sendiri membuatku ingin menemaninya. "Ada apa sih Mas di langit? dari tadi di lihat terus?" tanyaku. Penasaran karena sejak tadi Mas Rey tidak ada hentinya melihat langit.
Mas Rey menoleh ke arahku yang baru saja duduk bersebelahan dengannya.
"Langit nya bagus, jadi ke ingat Ibu tiba-tiba," ucapnya.
"Lagi kangen Ibu ya, Mas?" Aku yang sengaja memelankan suaraku agar tidak terdengar sampai kedalam rumah.
"Lumayan, kalau lihat langit bawaannya keinget Ibu terus. Lo nggak kangen memangnya?" tanya Mas Rey kepadaku.
"Kangen, cuma gua nggak tahu kangen nya dimana?" ucapku dengan jujur. Memang aku sendiri bingung apa yang aku rindukan dari sosok Ibu.
"Nggak boleh bilang begitu, nanti Ibu sedih dengarnya."
"Kalau aja Semesta dan Tuhan mengizinkan, gua mau diputar ke masa lalu, Mas. Nyawa ini, harusnya nggak usah ada kalau Ibu yang jadi taruhan nya. Bapak juga nggak perlu repot-repot ngurus gua yang banyak maunya. Mas sama Abang juga nggak seharusnya sedih berkepanjangan sampai sekarang ini, Hairis juga nggak perlu susah-susah benci sama gua." Aku mengedipkan mata beberapa kali, mencoba untuk menghalau air mata yang hendak menetes.
"Bisa dibilang, gua ini pembawa sial, Mas."
"Siapa yang bilang begitu, bilang sama Mas!"
"Gua! gua yang barusan bilang, kalau gua pembawa sial keluarga ini, Mas," ucapku sekali lagi.
"Sakit, disini rasanya sakit banget, Mas!" Aku menepuk beberapa kali bagian dadaku.
Mas Rey menatap sendu ke arahku. Seolah dia juga bisa merasakan rasa sakit yang selama ini aku coba tahan sendirian. Rasa sakit yang entah dari mana datangnya, namun cukup lama bertahan disana. Aku menunggu Mas Rey merespon, namun tidak kunjung dia bicara.
"Tubuh ini masih terluka, Mas," lirihku dengan suara sedikit bergetar. "Tapi gua nggak akan lupa pesan Mas, karena hanya itu yang bisa gua lakukan saat ini," jelasku sambil menyemangati diri.
"Tak akan jadi hebat jika tak kuat. Tak akan jadi besar jika tak sabar," pesan Mas Rey saat itu kepadaku.
"Semua rasa sakit di Bumi itu sama, kita cuma beda raga saja, Nat," ucapnya mencoba menghibur ku.
![](https://img.wattpad.com/cover/307610857-288-k198476.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Alnattan dan Ceritanya | Na Jaemin
Teen FictionSaat kita lahir ada banyak sekali cerita di Bumi, salah satunya tentang hadirku. Tentang betapa Tuhan menciptakanku dengan begitu layak. Perihal Bumi itu perihal jiwa, salah satunya aku. Tentang hadirku membawa kebahagian dan juga membawa cerita sed...