Sebelum baca part ini, aku mau ingetin untuk selalu vote cerita ini disetiap partnya dan jangan lupa komen sebanyak-banyaknya di setiap paragraf. Supaya aku bisa lebih semangat lagi untuk update ke part selanjutnya!!!
Kalian juga bisa follow wattpad aku dan juga meramaikan Tiktok aku yaitu (rumahsinggah_ dan haniioktav24) lalu Instagram aku yaitu (hanii.oktav dan wattpad_haniioktav24). Selamat membaca kesayangan aku.
*******
Sepasang sendal berderu dengan lantai cukup bising di telinga. Sendal keluaran terbaru dari salah satu perusahan bermerek baru saja dia beli. Senyum yang teramat bahagia tidak lepas dari wajahnya. Setelah butuh waktu lama untuk menabung agar bisa mendapatkan sendal keluaran terbaru.
Dia Hairis yang sedang berjalan dengan langkah yang panjang memasuki kamar adik bungsunya. Hairis celingak-celinguk mencari keberadaan adik bungsunya. Namun yang terlihat hanya Cessa yang sedang memainkan ponsel nya.
"Jay kemana, Dek?" tanya laki-laki itu kepada Cessa.
"Ada tadi di panggil Bunda kebawah," jawab Cessa.
Hairis menganggukkan kepalanya tanda dia mengerti.
"Ada apa memangnya?" tanya Cessa penasaran.
Cessa menatap Hairis curiga, tumben sekali abangnya ini mencari keberadaan Jay. Biasanya ada dua kemungkinan jika Hairis mencari keberadaan Jay. Pertama ingin di suruh-suruh olehnya, kedua Jay akan menjadi orang pertama yang sering di bodohi abangnya ini.
"Gua mau pamer sendal baru ke dia," ucap Hairis sambil memamerkan sendal yang baru dibelinya. Cessa tahu itu sendal keluaran terbaru dari salah satu Brand kesukaannya Jay. Pantas saja abangnya ini semangat sekali ingin bertemu Jay, alih-alih ingin membuat Jay kepanasan dengan sendal barunya.
"Sini gua injak dulu, biar afdol," ujar Cessa. Dia menginjak beberapa kali sendal yang di pakai Hairis.
"SAKIT MONYET!" Hairis mendorong tubuh Cessa kebelakang dan mengelus tulang keringnya. Cessa bukan hanya menginjak sendalnya tapi menginjak keras tulang keringnya yang mengakibatkan nyeri luar biasa.
"Kamar rada bau Vape Sa, Mas Rey semalam ngerokok disini?" tanya Hairis. Dia masih mengusap-usap kakinya yang masih nyeri dan mengendus memastikan yang dia cium ialan bau vape.
"Iya, katanya suntuk kalau ngerokok di luar rumah," Jawab Cessa.
"Sudah lama ya dia ngerokok, dari kapan ya kira-kira?" tanya Hairis.
"Nggak tau, kayaknya udah mau jalan dua tahun ini, ya, nggak sih?" ujar Cessa. Anak itu mengingat kembali apakah Mas Rey sudah selama itu merokok.
"Dulu gua ingat Mas Rey pernah gampar gua, waktu gua ketahuan nyoba rokok sekali." Hairis mengingat pertama kali dia mencoba barang nikotin itu untuk pertama kalinya di warung dekat sekolah SMA-nya dulu. Entah dunia ini yang terlalu sempit atau hanya memang kebetulan Mas Rey datang ke warung tersebut dan langsung menampar mulut Hairis yang baru sama mengisap barang nikotin itu.
"Yaiyalah gimana nggak di gampar, lo masih lima belas tahun waktu itu." Cessa ingin sekali menempeleng kepala kakaknya ini. Namun dia urungkan.
"Benar juga," ucap Hairis menyetujui itu.
Hairis berjalan menyusuri kamar adiknya ini. Melihat-lihat barang yang entah sudah berada ratus kali dia lihat semasa hidupnya. Namun langkahnya selalu terhenti melihat bingkai foto yang terletak di meja belajarnya Jay. Terlihat tiga laki-laki berada dalam foto itu, kemungkinan foto itu di ambil di saat usia mereka baru saja menginjak masa pubertas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alnattan dan Ceritanya | Na Jaemin
أدب المراهقينSaat kita lahir ada banyak sekali cerita di Bumi, salah satunya tentang hadirku. Tentang betapa Tuhan menciptakanku dengan begitu layak. Perihal Bumi itu perihal jiwa, salah satunya aku. Tentang hadirku membawa kebahagian dan juga membawa cerita sed...