T U J U H B E L A S

1 0 0
                                    

Menunggu dirimu untuk mencintaiku seperti membiarkan hatiku tertancap paku

_________________________

Bel pulang berbunyi, seluru siswa beranjak dari kelasnya, begitupun Afah, dia berjalan melewati koridor dan kebetulan dia lewat depan kelas Niel lalu memelankan langkahnya.

'Niel udah pulang belum yah' ucap Afah dalam hati sambil melihat kedalam kelas Niel yang sudah kosong.

Sekarang mau naik apa dia pulang, apa menunggu angkutan umum, pasti akan memakan waktu yang cukup lama. Niel membuatnya kesal, seharusnya dia pulang bersama Niel karna tadi pagi mereka berangkat bersama mestinya pulang juga harus bersama kan.

Tapi mungkin sekarang Niel sudah pulang bersama Clara, sangat menyebalkan.

Afah berbalik badan ingin beranjak pergi hingga tangan menariknya masuk ke kelas itu.

"Aaaa tolongg..." teriak Afah sambil menutup mata ketakutan

"Hehh ini gue" suara itu, Afah mengenalnya, membuat Dia membuka mata pelan.

"Lo bikinn gue takut sialan." kesal Afah dan tanpa sadar mengumpat.

"Arafah Sanjaya jangan mengumpat." ucap Niel dengan nada sedikit tinggi, membuat Afah menunduk sedikit takut.

"Ya lagian lo narik tangan gue, bikin gue takut, gue kira penculik." kata Afah dengan nada pelan.

"Maafin gue, gue gak bermaksud buat nakutin lo." ucap Niel merasa bersalah.

"Oh iya dari tadi gue nyariin lo, ke mana aja sih" tambah Niel.

"Lo nyariin gue? Tumben, ada apa?" tanya Afah.

"Tadi mami nelfon dan bilang kalo mami ada di apartemen kita sekarang" jelas Niel.

"Hahh!! Kok bisaa!?" tanya Afah lagi dengan kaget.

"Ya bisa lah, dan lo tau di sana ada mama juga" ucap Niel lagi membuat Afah tambah kaget.

"Terus lo ngapain di sini, kenapa gak pulang?"

"Kalo gue pulang sendiri yang ada Mami sama Mama bakalan nanya macem macem, makanya gue cari lo, kita pulang bareng, ayo.." jelas Niel  lalu menarik tangan Afah pergi.

"Eh..ehh..pelan pelan jalanya." gerutu Afah karna Niel seperti menyeretnya, karna langkah Afah yang kecil membuatnya susah mengimbangi langkah Niel.

"Clara gimana? Gue gak mau yah besok kena lagi gara gara gue pulang bareng lo." ucapnya lagi masi sambil berlari kecil mengimbangi langkah Niel.

"Udah gue urus." ucap Niel.

"Awas aja" ancamnya.

Sampai di parkiran mereka langsung memasuki mobil dengan cepat melajukan mobil itu pergi.

Selama perjalanan mereka tak berhentinya berdebat, Afah memarahi Niel yang tak mengubah sandi apartemen mereka, tapi Niel mengatakan dengan yakin bahwa dia sudah menggantinya, jadi bagaimana bisa mama dan mami masuk ke apartemen mereka, bagaimana kalau mereka tau kalau Afah dan Niel tak tidur sekamar, ohh tidak mereka akan terkena masalah sekarang.

Saat pertama kali menempati tempat itu, orang tua mereka yang mengatar dan itu adalah terakhir kali saat orang tua mereka datang ke apartemen, dan sekarang setelah beberapa bulan menikah, orang tua mereka datang berkunjung dan itupun mendadak, membuat mereka takut.

Setelah perdebatan panjang selama  perjalana, akhirnya mereka sampai di parkiran apartemen, Afah menarik nafas panjang dan membuangnya pelan kemudian turun dari mobil, di ikuti Niel yang juga turun saat melihat Afah sudah beranjak.

Mereka berjalan menuju lift dan sekarang Niel lah yang mengekor di belakanya.

Sampai di depan pintu apartemen mereka, Afah berbalik ke arah Niel.

"Semoga aja Mama sama mami gak masuk ke kamar" ucap Afah khawatir.

"Ngak akan, mereka pasti gak akan masuk kamar sembarangan" ucap Niel menenangkan.

"Iya itu kamar lo, terus kamar yang gue tempatin gimana? Mereka kan taunya itu kamar tamu" ucap Afah

"Udah gausa di fikirin, sekarang ayo masuk dulu, mereka udah nunggu" ajak Niel kemudian berjalan ke depan Afah dan membuka pintu lalu melangkah msuk, di ikuti Afah di belakangnya yang masih saja khawatir.

Saat masuk yang pertama kali mereka lihat adalah dua wanita paruhbaya yang masi terlihat muda sedang mengobrol ria, sampai tak mengetahui kedatangan mereka, entah apa yang mereka biacarakan.

"Kita pulang.." ucap Niel membuat kedua wanita itu menoleh dan berdiri.

"Akhirnya yang di tunggu pulang juga" ucap Dewi.

"Kalian kenapa lama banget sih" saut Mira.

"Macet mah" ucap Niel.

"Mama sama mami ngapain ke sini" tanya Afah.

"Emang gak boleh" ucap Dewi dan Mira berbarengan.

"Bo..boleh kok hehe" ucap Afah tersenyum kikuk, mengapa mama dan mertunya sangat kompak.

"Duduk dulu, kita mau bicara sama kalian" ucap Dewi yang membuat Afah dan Niel takut, apa yang ingin mereka bicarakan?, orang tua mereka tidak tau kan tentang hubungan Niel dan Clara?, Orang tua mereka tidak tau kan kalau mereka tidak tidur sekamar. Pertanyaan itu yang terus berputar di otak keduanya.

Dewi dan Mira duduk bersebelahan di ikuti Niel dan Afah yang juga ikut duduk.

"Mami dan Mama Mira udah nyiapain tiket Honeymoon kalian yang tertuda" ucap Dewi dengan senyum, tapi lain halnya dengan Niel dan Afah.

"Apaaaaa..." ucap Niel dan Afah berbarengan, sekarang mereka yang terlihat kompak.

"Gak bisa gitu dong, Afah dan Niel kan harus sekolah, lagipun Afah dan Niel udah beberapa bulan Nikah, gausah lah pake acara honeymoon segala." Protes Niel, dan Afah hanyak mengangguk membenarkan ucapan Niel.

"Masalah sekolah kalian bisa di Atur,  kalian lupa siapa orangtua kalian?" ucap Mira. Ya orang tua mereka memiliki kuasa atas sekolah itu.
Dan itu memungkinkan mereka mendapatkan ijin dari sekolah.

"Tapi ga bisa gitu dong, ini mendadak, mama sama mami juga gak ngasi tau kita." protes Afah.

"Sekarang udah ngasih tau kan" ucap Dewi santai.

"Udah yah kita berdua gamau tau, kalian cepet packing karna kalian harus berangkat jam delapan malam nanti." jelas Dewi.

"Hahhhhhh.." sahut Niel dan Afah.

"Hah hoh hah hoh, kalian dengerkan apa yang di bilang mami dewi barusan" ucap Mira.

"Tap.." Afah ingin protes tapi belun sempat sampai Dewi memotongnya.

"Oke kalo gaada lagi, Mami sama mama Mira mau pulang dulu oke, bayy" pamit Dewi kemudian melangkah pergi bersama Mira.


Salam sayang❤
















DEAR NATHANIELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang