S E M B I L A N B E L A S

0 0 0
                                    


  Hembusan angin pagi di tepi laut yang membuai, Afah berdiri di dekat kolam renang menikmati matahari pagi sambil memejamkan mata, membiarkan angin menerpa rambutnya. Hingga dering ponsel berbunyi membuyarkan ketenangan yang baru saja dia dapatkan, di tambah lagi kata pertama orang yang mengangkat telfon itu sangat membuat telinga Afah panas.

"Iya halo sayang.." ucap Niel.

Afah memutar bola matanya kesal, tak bisaka sekali saja mak lampir itu tak mengganggu harinya bersama Niel. Ingin rasanya Afah mencakar wajah suaminya itu sekarang juga.

Walaupun kesal Afah masi mendengarkan Niel menelfon hingga pada saat telepon nya mati Afah pun angkat bicara.

"Clara lagi?" Tanya Afah yang membuat Niel mengangguk sambil berjalan ke arah Afah, tapi belum sempat sampai ke sampingnya, Afah lebih dulu beranjak memasuki kamar, membuat Niel mengerutkan keningnya bingung.

Niel berjalan menyusul Afah "Lo kenapa sih? Dari kemarin aneh banget" tanya Niel. Tapi bukanya menjawab Afah masih meneruskan langkah nya.

Niel yang kesal di abaikan, kini berjalan dengan cepat mendahului Afah dan berhenti depat di depan Afah, itu berhasil membuat Afah berhenti dari langkahnya.

"Lo kenapa sih hah!" Tanya Niel sedikit kesal.

"Kita kesini buat liburan tapi lo malah kayak anak kecil yang gatau maunya apa!" Lanjut nya, membuat Afah kesal di buatnya.

"Iya!!! Lo tauu kita ke sini buat liburan, dan lo! Sibuk ngurusin pacar lo itu!!" Ucap Afah dengan kesal dan masi berusaha menahan emosi, Niel mengerutkan kening mendengar ucapan Afah itu.

"Bisa gak sih, lo liat gue sekali aja!?" Ucap Afah dengan suara bergetar menahan tangis, seraya menundukkan kepalanya.

"Fah..?" Panggil Niel dengan lembut memegang kedua pundak Afah, membuat Afah mengangkat pandangannya menatap Niel.

Tangan Niel terulur memegang kening Afah " Lo demam yah? Lo ngak lagi ngigaukan?" Ucap Niel khawatir

Sekarang giliran Afah yang mengerutkan kening bingun " Apaan sih lo, gue gak demam, gue sehat wal Afiat!" Ucap Afah seraya menepis tangan Niel yang ada di keningnya.

"Itu tadi lo minta gue ngeliat lo, lo bukan setan tak kasat mata, gue bisa ngeliat lo kok" ucap Niel.

"Bodoh!!" Ucap Afah semakin kesal seraya meninggalkan Niel yang tak peka itu.

****

Hari ke tiga mereka berada di Bali, dan tiga hari pula Afah di buat kesal dengan Clara yang tak berhenti berhentinya mengganggu waktu liburnya besama Niel.

Hinga saat makan siang saja, pacar suaminya itu masi mengganggu ketenangan hidup Afah.

Ya, mereka sedang makan siang, Afah dan Niel berada di meja makan menghabiskan makanan mereka, dengan Niel yang baru selesai bercengkerama lewat telefon bersama kekasih terang terangan nya itu.

Hingga makanan di piring Afah habis, dan berniat beranjak dari duduknya, meninggalkan Niel yang belum selesai dengan aktifitas makanya.

"Lo mau kemana?" Tanya Niel saat Afah akan berdiri dari duduknya.

"Ke dekat kolam" jawab Afah.

"Lo gak liat gue belum selesai?" Tanya Niel lagi.

Afah mengerutkan keningnya "terus?" Tanya nya.

"Temenin gue" pinta Niel.

'apa apan sih, tadi aja nelfon pake sayang sayang depan gue, sekarang minta di temenin, emang minta di tendang nih cowok' monolog Afah kesal dalam hati.

"Gak ngapain gue harus nemenin lo, lagian lo bentar lagi selesaikan" ucap Afah.

"Yaelah fah, tem..." Ucapan Niel terpotong dengan dering ponsel yang kali ini bukan berasal dari ponsel nya. Ya, kali ini ponsel Afah yang berdering, Niel mlirik sebentar ponsel itu yang kemudian dengan cepat di angkat oleh sang pemilik telefon.

"Halo Fah" ucap sang penelepon saat telefon telah tersambung.

"Halo van, ada apa nelfon gue?" Tanya Afah.

"Ngak, gue cuma khawatir aja, lo gamasuk sekolah, gue kira lo sakit"

"Ngak kok gue baik baik aja, gue lagi ada urusan keluarga jadi ngak masuk" ucap Afah berbohong.

"Ouh gitu, yaudah deh gue takut ganggu lo" ucap Evan.

"Ngak kok, ngak ganggu, malahan gue makasi banget lo nelfon gue di saat yang tepat, gue bosen banget di sini" ucap Afah dengan suara sengaja di besarkan, membuat Niel yang mendengarnya tak terima.

'Dih.. bosen katanya? Dari kemarin gua ajak ngobrol marah marah mulu, giliran di telfon bocah tengil itu senyum senyum kayak orang gila' Niel membatin tak terima.

"Fah, ambilin itu dong, gue masih laper" Pinta Niel searaya menunjuk telur goreng yang tak jauh dari piringnya.

Afah menjauhkan telefon itu dari wajahnya "Lo ambil sendiri bisa kan" ucap Afah sambil bisik bisik.

"iya Van gimana tadi?" Afah berjalan keluar ke arah Kolam sambil berbicara dengan Evan lewat telefon, meninggalkan Niel yang merasa kesal karna di abaikan.

"Fah gue kan belum selesai makan.." ujar Niel sedikit berteriak karna Afah tak mempedulikannya dan malah terus berjalan keluar.

'penting banget kayaknya daripada suami sendiri' kesal Niel dalam hati.

Niel melanjutkan makanya dengan kesal dan menghabiskannya dengan cepat, kemudian beranjak menyusul Afah ke arah kolam. Dan yah benar saja Afah masi sibuk bercengkrama dengan Evan lewat telefon.

Sekarang Niel benar benar merasa terabaikan, dia berfikir apakah Afah juga merasa begini saat dia asik berbicara dengan Clara?.









DEAR NATHANIELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang