kehilangan

5.7K 750 39
                                    

■■■

Pada usia Jihoon menginjak awal 2 tahun Jake hamil adik anak itu, jangan kira Jake dan Sunghoon menelantarkan anaknya tidak sama sekali malahan mereka semakin menyayangi Jihoon.

Jihoon pun lancar bicara sudah bisa jalan dan giginya tumbuh semakin rapat, namun namanya anak-anak pasti ada nakalnya sama seperti Jihoon balita itu baru saja mendorong dispenser hingga jatuh dan air galon membasahi dapur.

Mau marah mana bisa orang Sunghoon bangga luar biasa pada anaknya dan Jake suruh Sunghoon membersihkan semuanya.

Kandungan Jake sudah berusia 4 bulan perhitungan dokter dapat dilihat juga perutnya membuncit yang Jihoon kira papa kebanyakan makan permen miliknya.

"Papa cucu .... " Jake menggandeng si kecil itu ke dapur, namun sayang kakinya menginjak sendal rumahan yang dia pakai, dan menyebabkan Jake jatuh kedepan.

BRUUKK

Jake jatuh  dengan perut lebih dulu membentur lantai, suara hantaman keras itu membuat Sunghoon yang sibuk memeras kain pel terkejut, pria itu berlari menghampiri suami kecilnya.

Jihoon mematung menatap bingung papa yang sudah berdarah dibagian selangkangan, wajar anak berusia 2 tahun seperti Jihoon tahu apa, namun ada kesalahpahaman pada sang ayah.

"Jagoan kamu mendorong papa kamu sendiri?! Anak sialan!" Sunghoon tersulut emosi ketika melihat darah menggenang dibagian bawah suami kecil, dan Jihoon membeku ditempat.

Tanpa banyak kata lagi Sunghoon menggendong Jake ala bridal style meninggalkan Jihoon yang berusaha mengejar mereka untuk ikut kemana orang tuanya pergi, satu yang Jihoon pahami papa sedang sakit.

"Yayah papa janan tindaltan huni!" Kaki mungil itu berlari, namun terjatuh karena tersandung kaki sendiri

Jake tak sanggup bicara lagi mata menatap Jihoon penuh air mata dan tangannya berusaha menggapai tangan mungil itu, Jake ingin berteriak anaknya tidak salah sayang dia tak bisa bicara lagi. Jihoon kembali bangkit dan berlari lagi mengejar mereka.

Dan Sunghoon menendang tubuh mungil itu lalu mengunci pintu dari luar.

"Yayah! Papa! Janan tindaltan huni! Huwaaa ..... " Jake menangis dan menutup matanya mendengar suara cempreng khas bayi itu.

"Jihunie .... " Sunghoon salah artikan lagi, dia kira Jake mengatakan anaknya itu pelakunya.



.

"Maaf tuan kandungan tuan Jake tidak bisa diselamatkan, ini bukan hanya karena jatuh dari awal rahim tuan Jake lemah, dan kami meminta persetujuan melakukan operasi pengangkatan rahim."

Kandungan Jake pun sudah tidak bisa diselamatkan mau tak mau Sunghoon menandatangani surat itu agar suami kecilnya selamat, tak apa mereka masih punya Jihoon.

Sialan! Batin Sunghoon dia jadi merasa berdosa sudah menuduh balita tak bersalah itu, Sunghoon menangis sejadi-jadinya mengingat sudah membentak anaknya dan menendang si kecil itu

"Jagoan maafkan ayah .... " masih ada waktu dua jam sebelum operasi suami kecilnya, Sunghoon pulang ke rumah untuk menjemput sang anak dan meminta maaf.

Pantas saja tadi Jake menggumamkan nama Jihoon berkali-kali, ternyata anak itu tidak melakukan apapun yang terjadi padanya.

Sampai dirumah Sunghoon membuka pintu tergesa-gesa, "JAGOAN! JAGOAN! HEY ANAK AYAH DIMANA!"

Mencari ke kamar tidak ada, Sunghoon panik, namun suara langkah kecil didapur membuatnya tahu keberadaan sang anak, saat ke dapur balita berusia 2 tahun itu berusaha membersihkan lantai tempat menggenang darah sang papa.

Sambil menangis Jihoon mendongak menatap sang ayah penuh kesedihan, anak itu kesusahan sebenarnya membersihkan semuanya, tapi tetap berusaha keras.

"Yayah .... huni natal ... huni buat papa cakit .... "

"Jagoan?" Sunghoon menggendong si kecil itu.

"Tidak jagoan tidak salah, ayah yang salah," Jihoon menangis kencang didada bidang sang ayah.

"Papa cakit cekali kalena huni mau cucu .... " Sunghoon merasa sangat bersalah saat ini.









.

Hello Baby!! [sungjake]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang