Haechan kembali membuka suara, "Ehem. Darimana kau mendapatkan banyak uang seperti itu?"
"Manusia-manusia yang melakukan persembahan pada kaum iblis," jawab Minhyung.
Haechan berpikir sejenak.
Melihatnya, Minhyung mengernyit, "Jangan berpikir untuk melakukan hal yang sama."
Lelaki itu segera tersadar. "Ah! Bagaimana kau tahu apa yang kupikirkan?"
"Itu sangat terlihat diwajahmu, bodoh."
"Tapi, kenapa aku tidak boleh?" tanyanya penasaran, melirik dalam-dalam pada Minhyung.
Raja Iblis itu menghela napas. "Keuntungannya besar, resikonya besar. Mungkin kau bisa saja menjadi kaya, tapi kebahagiaan tidak akan berpihak padamu dalam jangka waktu yang lama. Harus ada yang dikorbankan untuk melakukan persembahan ini. Bisa saja itu keluargamu, umurmu, auramu bahkan dirimu sendiri."
Haechan ber'oh'ria saja sembari manggut-manggut. "Jadi selama ini, kau menggunakan uang persembahan manusia untuk dirimu sendiri?"
"Mereka yang memberikannya sendiri."
"Lalu, apa yang akan mereka dapat?" tanya Haechan lagi.
"Terserah pada mereka. Kekayaan, kekuatan, wajah, aura, pasangan atau apapun yang mereka inginkan secara cepat tanpa proses yang panjang," Minhyung melanjutkan, "Lebih daripada itu, sebenarnya mereka terjebak pada roda setan. Mereka tidak kaya, mereka justru kehilangan satu persatu hal yang penting untuk mereka.
"Tanpa sadar, umur mereka memendek. Kebahagiaan mereka, hilang. Satu persatu anggota keluarga mereka, ditukar sebagai jaminan masa depan yang sudah jelas tidak cerah. Bukankah itu bodoh? Yah, pada akhirnya mereka memang bodoh."
Haechan terdiam.
Minhyung menatapnya, bertanya, "Ada apa? Kenapa kau berhenti?"
"Rumah ini..." gumamnya.
Minhyung mengarahkan atensinya pada pandangan Haechan. "Ini rumah lamamu?" tanyanya merujuk pada bangunan dua tingkat berwarna abu-abu dengan banyak pohon dihalamannya.
"Bukan," balas Haechan kembali melanjutkan langkah kakinya. Dia bersedekap dada angkuh, berjalan seolah-olah sedang mengamati rumah mana yang layak untuk ia beli.
Minhyung bertanya ketus, "Lalu kenapa kau melihatnya seperti itu? Kau melihat seolah-olah jika rumah itu adalah rumahmu."
Haechan mengendikkan bahu. Raut wajahnya benar-benar sangat menyebalkan. Dia membalas enteng, "Aku hanya melihat, bukan berarti itu rumahku."
Minhyung mendecih kesal. Kalau saja ditangannya tidak ada box-box es krim, sudah dia terkam manusia dihadapannya itu!
Beberapa saat kemudian, Haechan kembali berhenti. Dia mengamati bangunan didepannya, berucap, "Ini bagus. Sangat besar dan luas. Wah! Ada kolamnya juga." Atensinya teralih pada Minhyung. "Kau punya ponsel?"
"Tidak."
"Tidak punya?" kaget Haechan. Dia mencibir, "Kukira kau benar-benar kaya. Ternyata sebelas dua belas denganku, huh."
Minhyung tersenyum remeh. "Aku bisa membelinya nanti. Bagaimana denganmu?"
Haechan mengulum bibir. "Tentu, tentu saja kau yang akan membelikannya juga. Kau yang kaya disini. Aku hanya anak yatim piatu yang baik dan tidak pernah mencuri. Tolong kasihanilah aku," ucapnya berpura-pura memohon. Mata cokelatnya berbinar dengan kedua telapak tangan yang menyatu.
Minhyung tersenyum penuh arti. "Boleh," jawabnya. "Biarkan aku memakanmu lagi."
Raut wajah Haechan berubah. Alisnya bertaut karena kesal. "Aku tidak menginginkan rumah lagi. Aku akan kembali tidur diteras rumah-rumah orang."
KAMU SEDANG MEMBACA
10000; SURREPTITIOUS || MARKHYUCK [ END ]
Fanfiction[ Completed ] || Fantasy Fiction •GS to BxB •Surreptitious - Dengan arti lain, Rahasia. Summary : Lee Minhyung, Raja Iblis tingkat ketujuh yang dikurung Kaisar Langit selama 10 ribu tahun, akhirnya terbebas. Saat terbebas, dirinya justru terikat den...