9. Kalo Sayang, Perjuangin!

971 129 14
                                    

⚠️ typos, 3300+ words ⚠️

Sejak berhari-hari setelah pertemuan terakhirnya dengan Ebizard, yang mana pada saat itu masa lalu Ebizard ia ketahui.
Zehra hanya sesekali memikirkan apakah takdir harus sejahat itu pada Ebizard, kenapa nyawa istrinya harus direnggut, padahal seharusnya waktu itu adalah hari yang membahagiakan.

Nggak pernah terbayangkan, bagaimana Ebizard merayakan ulang tahun Abiel yang bertepatan dengan hari kepergian istrinya. Namun, kita semua harus percaya bahwa semua itu adalah takdir, yang mana sekecil apapun itu pasti akan ada hikmahnya, meskipun hari ini kita belum menyadarinya.

Hari sidang skripsinya sudah mulai dekat, tinggal menunggu waktu 2 hari lagi.
Pagi-pagi sekali Zehra sudah bangun dari pulau kapuknya, ia juga terheran-heran baru kali ini ia bisa bangun tanpa harus mengandalkan kakaknya. Ia sudah bersiap untuk menuju ke kampusnya, naasnya ia baru dikabari oleh pembantu dirumahnya bahwa Bang Parman sopir pribadinya sedang pulang kampung karena istrinya sakit, sehingga mengharuskan Zehra memesan taksi online.

Kalau ada yang bertanya kenapa nggak pakai mobil sendiri, padahal dia punya, jawabannya Zehra nggak bisa ngendarain mobilnya, dulu ia pernah sewaktu SMA kecelakaan tunggal dan setelah itu ia jadi tak berani lagi menggunakan mobil sendiri, takut.

Hanya sekitar tiga puluh menit ia bisa sampai di kampusnya. Dengan santai, ia melangkahkan kakinya mendekati perpustakaan, ingin mencari beberapa ilmu tambahan sebagai penunjang bahan presentasi sewaktu sidang skripsi nanti.

Kemudian, ia mencari-cari temannya, Denissa. Mereka sudah berteman sejak masih menjadi mahasiswa baru. Setelah mendapatkan sosok temannya di perpustakaan, ia menghampirinya.

"Hei," sapa Zehra lirih, takut mengganggu fokus sekitar.

"Ra, cepet banget! tumben lo," sahut Denissa, yang membuat Zehra mendengus.

"Gue lagi semangat, by the way." Zehra tersenyum sambil mempersiapkan berbagai peralatan belajarnya.

"Uhuy, kenapa tuh?" tanya Denissa terlihat penasaran.

"Abis di semangatin ayang." Mendengar jawaban dari teman sebangkunya, Denissa ingin tertawa terbahak-bahak, tapi ditahan karena lokasinya yang tak mendukung.

"Lo mimpi apa anjir! Tipes lo, bisa-bisanya ayang-ayangan, lo nggak papa kan? atau udah gila gara-gara skripsi."
Denissa meneliti sekujur badan Zehra, ia menyentuh dahi temannya seakan memastikan Zehra tak demam.

Zehra memicingkan matanya menatap teman yang tak supportif itu, "Heh! gue bener ya anjir. Nggak mimpi lah, gue lagi deket sama cowok hehehe."

"Wow, ada yang suka sama lo ya di dunia ini."
Zehra memelototkan matanya, gemas sekali dengan perkataan tak senonoh temannya ini.
"Baru deket kan, belum jadian," tambah Denissa.

Zehra yang mendengar itu jadi sadar akan kenyataan yang ia alami. Ebizard memang sering menunjukkan sikap seperti sosok lelaki spesial di hidupnya, tetapi pada hakikatnya mereka sama sekali belum terikat hubungan apapun.

"Gimana-gimana, ayo ceritain ke gue," seru Denissa.

"Namanya Ebi, dia duda, punya anak satu." Denissa melotot, ia menutup mulutnya tak menyangka temannya ini akan tertarik dengan lelaki duda anak satu.

"Tuhkan! kenapa kaget sih anjir," seru Zehra.
"Nggak nyangka aja nyet! selera lo sugar dady," sahut Denissa.

"Huh, tapi masih muda tau, ganteng, bersih, wangi lagi. Cuma emang takdirnya kasihan tau istrinya meninggal."
Denissa mendengar cerita itu dengan antusias.

"Ya mungkin takdirnya sama gue kali yak!" tambah Zehra dengan senyum-senyum nggak jelas.

"Lo nyaman sama dia?" tanya Denissa.
Zehra dengan bersemangat menyahutinya, "BANGET ANJIR!" hingga membuat seisi perpustakaan menoleh kepadanya, Zehra merasa malu lalu meminta maaf kepada mereka semua.

ILY, Single Papim - Haechan Ryujin (HAERYU)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang