25. Hugs and Kisses

858 100 5
                                    

Usia kehamilan Zehra sudah memasuki trimester pertama bulan kedua, namun rasa mual yang ia alami masih terus menghampirinya. Ebizard sebenarnya tidak tega jika harus meninggalkan Zehra sendirian dan harus menghadapi rasa mual itu tanpa ada dirinya di sampingnya. Namun, tuntutan pekerjaan yang ada di pundaknya juga menjadi satu tanggung jawab yang harus ia lakukan, terlebih lagi ia tidak bisa meninggalkan hal itu begitu saja.

Ebizard selalu mencoba untuk mengatur waktu sebaik mungkin, agar bisa menyeimbangkan waktu dirinya untuk keluarga dan pekerjaan. Kehamilan Zehra membuat dirinya harus lebih ekstra dalam ikut serta menjaga Zehra dan anaknya, juga harus bekerja dengan cepat.

Setelah mendengar kabar dari Zehra yang mengeluh tentang rasa mual yang di hadapinya. Ebizard secepatnya menyelesaikan pekerjaannya, agar bisa segera menemani istrinya yang pasti sedang berjuang sendirian saat ini.

"Sayang."
Suara Ebizard kecil terdengar di telinga Zehra saat memasuki kamar. Mata Ebizard sudah tertuju pada perempuan itu yang terlihat sangat tertekan. Zehra mengetahui kedatangan Ebizard, lantas tersenyum kecil menyambut kedatangannya, meskipun Ebizard tau sekali, bahwa ia sedang menahan sakitnya.

"Sayang, masih mual terus?" tanya Ebizard, saat ia duduk menghadap Zehra dari samping ranjang. Telapak tangannya bergerak menyapu rambut-rambut Zehra yang berantakan di sekitar dahinya.

Zehra mengangguk pelan menjawab pertanyaan Ebizard, badannya lemas karena memang sedari tadi ia harus bolak balik ke kamar mandi hanya untuk mengeluarkan muntahannya yang hanya berupa cairan.

"Sekarang udah agak enakan kok, Mas," jawab Zehra.

"Kenapa nggak bobok sayang? Sakit punggungnya kalau nyenden di headboard gini," tutur Ebizard.

Zehra menggelengkan kepalanya, "kalau bobok kepalaku pusing, Mas."

"Yaudah, Mas bersih-bersih sebentar, nanti mas pangku aja, nyenden ke mas, biar cantik nggak capek punggungnya."

Zehra hanya menjawab dengan anggukan kecil serta senyum tipisnya. Ebizard mengecup dahi Zehra pelan sebelum melangkahkan kaki untuk melaksanakan kegiatannya bebersih diri. Sadar penuh bahwa tubuhnya juga masih lengket akibat seharian penuh ia bekerja di kantornya, kini ia bersegera untuk menyegarkan dirinya, karena Zehra sudah pasti menunggunya.

Zehra memeriksa ponselnya saat mendengar dering panggilan dari ponsel itu, rupanya itu adalah panggilan dari anak laki-lakinya.

"Mamim."

"Kenapa Abiel?"
"Abiel baru mau pulang les, mamim nitip apa?"

"Nggak perlu, sayang. Mamim udah kenyang."

"Mamim kenapa suaranya kecil banget, mamim sakit?"

"Mamim agak pusing. Tapi, nggak papa. Abiel cepet pulang aja ya. Mamim nggak nitip apa-apa sayang."

"Beneran kan mamim nggak papa?"

"Iya, sayang. Mamim nggak papa. Abiel hati-hati pulangnya. Pak Imam suruh pelan-pelan aja nyetirnya."

"Siap, mim. Yaudah, dadaaahhh."

"Dadaahh.."

Bersamaan dengan itu, Ebizard baru saja keluar dari kamar mandi dengan wujud yang lebih segar daripada sebelumnya. Ia hanya memakai kaos pendek berwarna putih juga di padukan dengan celana pendek selutut. Ebizard menyusul Zehra dan ikut duduk seranjang di samping Zehra.

"Mas...." ujar Zehra dengan rengekan kecil.

"Sini mas pangku aja." Ebizard menepuk pahanya sesekali, kemudian tangannya juga menarik sekaligus sedikit mengangkat badan Zehra ke atasnya.

ILY, Single Papim - Haechan Ryujin (HAERYU)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang