28. Ldr

688 74 1
                                    

"Cantik, mas mau bilang sesuatu, tapi kamu jangan marah dulu ya."

Zehra mengernyitkan dahinya, menatap wajah layu Ebizard yang tubuhnya masih tergolong kurang sehat, lelaki itu duduk di sebelah Zehra, dengan ibu jarinya yang sibuk mengusap punggung tangan Zehra yang sejak tadi ia genggam.

"Kalo aneh-aneh ya marah," sahut Zehra, membuat Ebi memikirkan dua kali perkataan yang akan ia ucapkan.

Ebi tersenyum sekilas, "Hm, lusa kayaknya mas mau itu deh..." Ebi berhenti sejenak, melihat Zehra yang sepertinya sudah tau apa maksud perkataannya.

"Keluar kota ngurusin kerjaan?" seru Zehra, Ebizard meringis, memperlihatkan gigi-giginya yang rapi, lalu mengangguk kecil.

Zehra menghela napasnya tipis, "terserah mas deh, terserah semau mas ebi. sekarang aku gak peduli lagi mau mas masih sakit, sehat, gak peduli lagi aku."

Zehra melepas genggaman Ebizard lantas berlalu meninggalkan Ebizard sendiri di ruang kamar mereka, Ebi ikut mengambil napas sejenak, ia tahu betul Zehra akan marah kepadanya kalau berita ini ia dengar, sebenarnya ia jatuh sakit kemarin juga akibat terlalu sibuk mengurusi projectnya di luar kota, di kejar deadline oleh salah satu kliennya diluar kota, tepatnya orang Surabaya.

"Sayang, jangan marah gitulah."
Ebi ikut bangkit, dan mengikuti Zehra di belakangnya, sambil sesekali mencoba membujuk istrinya.

"Ini juga buat kerjaan loh, sayang. Mas gak main-main kok disana, beneran. Murni karena kerja."

"Ya karena kerja itu, Mas jadi sakit kayak gini, kalo udah kerja, mas itu gak kenal sama waktu, masih sakit juga."

Zehra berhenti di ujung tangga rumah mereka, tatapannya ke arah Ebizard yang kini menggaruk pelan lehernya sendiri, kikuk.

Ebi meraih tangan Zehra dan ia genggam sejenak. "Maaf, tapi proyek ini penting buat karir mas juga, sayang."

Bola mata Zehra sedikit memerah, ingin mengeluarkan air matanya, namun masih setia ia tahan, "Sepenting itu kah sampek mas sendiri nggak mentingin kesehatan mas ebi. Mas loh baru kemaren sakit, sekarang belum pulih, besok lusa udah mau kerja, di luar kota lagi."

"Bukan gitu sayang. Mas udah ngeluarin effort banyak buat proyek ini, nggak mungkin mas lepas gitu aja, lusa itu sebenarnya udah mundur dari deadline aslinya, mas ga mungkin minta waktu tambahan lagi." Penjelasan Ebizard masih belum bisa menenangkan hati Zehra, tatapannya nanar, tak ingin menerima permintaan izin dari Ebizard.

"Ya?" ujar Ebizard sekali lagi, seakan meminta Zehra untuk menyetujui permohonannya.

"Nggak!" balas Zehra telak.

"Sayang, please."

Ting-Ting, suara bel rumah besar itu berbunyi.

"Terserah deh, mas juga gak mungkin dengerin aku kan, yaudah, semau mas." Tutup Zehra memfinalkan perdebatan mereka, ia meninggalkan Ebizard yang masih berdiri di ujung tangga sana.

Zehra berlalu menuju ruang tamu, karena tadi memang terdengar dentingan bel rumah yang menandakan ada tamu untuk mereka.

"Bunda."
Zehra terdiam sejenak saat melihat sosok ibunda Ebizard yang sudah berdiri di ambang pintu itu. Bunda terlihat masih sangat bugar padahal umur sudah tak lagi muda, bunda melempar senyum sumringah saat melihat Zehra.

"Assalamualaikum, anak bunda."
Sapa bunda, seraya langsung memeluk Zehra, Zehra juga membalas pelukan bunda dengan hangat.

"Waalaikumussalam, Bunda. Bunda kok cepet udah dateng? kok nggak bilang juga." tanya Zehra saat pelukan itu terlepas.

ILY, Single Papim - Haechan Ryujin (HAERYU)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang